Sabtu, 03 September 2016

Kisah Seorang Anak yang Menjadi Imam Besar Masjidil Haram


Kisah Seorang Anak yang Menjadi Imam Besar Masjidil Haram Berkat Do'a Ibunya Ketika Sedang Marah!






Riwayat Imam Besar Masjidil Haram Abdurrahman As-Sudais


Abdurrahman bin Abdul Aziz as-Sudais an-Najdi (bahasa Arab: عبد الرحمن السديس), dilahirkan di Riyadh, Arab Saudi tahun 1961 (umur 51/52 tahun). Dia adalah imam besar Masjidil Haram Kota Suci Mekkah, Arab Saudi.









Sudais berasal dari Bani Anza. Ia telah hafal al-Qur’an pada umur 12 tahun. Tumbuh di Riyadh, Sudais belajar di SD Al-Muthana bin Harits, dan setelah itu kuliah di Riyadh Scientific Institution dan lulus tahun 1979 (umur 17–18 tahun) dengan nilai baik. Ia memperoleh ijazah Syariah dari Universitas Riyadh pada tahun 1983 (umur 21–22 tahun), dan menjadi anggota PPI (Pengetahuan Pokok Islam) sebagai pemberi ceramah atau dosen. Ia mempelajari Islam dari gurunya di Universitas Islam Imam Muhammad bin Saud pada tahun 1987 (umur 25–26 tahun) dan menerima gelar Ph.D. Ia aktif di Universitas Syariah Islam Ummul Qura pada tahun 1995 (umur 33–34 tahun) sebagai asisten profesor setelah aktif di Universitas Riyadh.

Kisah Seorang ibu yang mendoakan anaknya menjadi Imam Besar Masjidil Haram

 






Seorang bocah mungil sedang asyik bermain-main tanah. Sementara sang ibu sedang menyiapkan jamuan makan yang diadakan sang ayah. Belum lagi datang para tamu menyantap makanan, tiba-tiba kedua tangan bocah yang mungil itu menggenggam debu. Ia masuk ke dalam rumah dan menaburkan debu itu diatas makanan yang tersaji.


Tatkala sang ibu masuk dan melihatnya, sontak beliau marah dan berkata: “idzhab ja’alakallahu imaaman lilharamain,” yang artinya “Pergi kamu…! Biar kamu jadi imam di Haramain…!”



Dan SubhanAllah, kini anak itu telah dewasa dan telah menjadi imam di masjidil Haram…!! Tahukah kalian, siapa anak kecil yang di doakan ibunya saat marah itu…?? Beliau adalah Syeikh Abdurrahman as-Sudais, Imam Masjidil Haram yang nada tartilnya menjadi favorit kebanyakan kaum muslimin di seluruh dunia.



Ini adalah teladan bagi para ibu, calon ibu, ataupun orang tua… hendaklah selalu mendoakan kebaikan untuk anak-anaknya. Bahkan meskipun ia dalam kondisi yang marah. Karena salah satu doa yang tak terhalang adalah doa orang tua untuk anak-anaknya. Sekaligus menjadi peringatan bagi kita agar menjaga lisan dan tidak mendoakan keburukan bagi anak-anaknya. Meski dalam kondisi marah sekalipun.



Janganlah kalian mendoakan (keburukan) untuk dirimu sendiri, begitupun untuk anak-anakmu, pembantumu, juga hartamu. Jangan pula mendoakan keburukan yang bisa jadi bertepatan dengan saat dimana Allah mengabulkan doa kalian…(HR. Abu Dawud)



Pengalaman Pribadi dengan Imam Besar Masjidil Haram Abdurrahman As-Sudais



Alhamdulillah pada tahun 1421 H (2001 M) saya dan istri dapat menunaikan ibadah haji. Beberapa kesempatan kami dapat sholat berjamaah dimana imamnya adalah Imam Besar Masjidil Haram Abdurrahman As-Sudais, seorang imam yang dikenal dalam membaca Al Qur’an dengan artikulasi yang jelas dan suara yang merdu. Beliau adalah salah satu imam Masjidil Haram yang terkenal dengan suaranya yang merdu dan khusyuk. Bahkan tak jarang ada jemaah haji yang sholat di Masjidil Haram, meneteskan air mata saat diimami Beliau. Tersentuh dan hanyut dalam keindahan suara Beliau



Dalam hadist shahih, satu kali salat di Masjidil Haram sama dengan 100.000 kali salat di masjid-masjid lain, kecuali Masjid Nabawi dan Masjidil Aqsha. Satu kali salat di Masjid Nabawi sama dengan 1.000 kali salat di masjid-masjid lain, kecuali Masjidil Haram dan Masjidil Aqsha. Adapun satu kali salat di Masjidil Aqsha sama dengan 250 kali salat di masjid-masjid lain, kecuali Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.



Kesempatan kedua adalah ketika kami menjalankan Umrah pada tahun 1412 H (2005 M) dan dapat menjalankan tarawih di Masjidil Haram. Salah satu imamnya adalah Imam Besar Syaikh DR, Abdurrahman bin ‘Abdul ‘Aziz as-Sudais yang lebih dikenal dengan Syaihk Sudais. Adapun Sholat Tarawih di Masjidil Haram dilaksanakan 2 rakat-2 rakaat dengan 1 kali salam. Sementara utuk 3 rakaat witir dilaksanakan dengan 2 kali salam, pada satu rakaat terkhir sholat witir setelah ruku Imam akan membaca do’a.



Selama bertahun-tahun pelaksanaan Sholat Tarawih di Masjidil Haram sebanyak 23 rakaat selalu dipimpin oleh dua orang Imam secara bergantian selama sebulan penuh dengan menamatkan Al-Qur’an. Shalat Tarawih 11 rakaat, 13 rakaat atau 23 rakaat seperti yang dilaksanakan di Masjidil Haram semua dibenarkan, sesuai dan mengikuti apa yang diajarkan oleh  Nabi Muhammad SAW.





Nah itulah tadi sedikit kisah tentang doa ibu yang menjadi kenyataan, walaupun kalian dalam keadaan apapun jangan sampai kalian mendoakan anak-anak kalian dengan perkataan yang tidak baik karena semua itu akan langsung di terima oleh Allah dan ingatlah "ridhonya Allah ada pada ridhonya kedua orang tua dan sebaliknya juga dengan murkanya Allah juga ada pada murkanya kedua orang tua". 


Wallahu A'lam




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Electricity Lightning