Rabu, 28 September 2016

Hakikat Do’a


Memahami Hakikat Do’a

 

 

Do’a adalah perkara yang sangat penting bagi setiap muslim. Memahaminya termasuk memahami agama Islam, dan orang memahaminya termasuk orang yang mendapatkan kebaikan, Nabi 

 صلى الله عليه وسلم 

 bersabda:
مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ


“Barang siapa yang dikehendaki Allah mendapat kebaikan maka (Allah) akan memahamkan perkara agamanya.” (HR. Bukhari: 71, 3116, 7312 dan Muslim: 1037)

Memahami hakikat do’a adalah puncak dari semua urusan agama ini. Oleh karena itu, Allah عزّوجلّ menamai agama ini dengan do’a. Firman-Nya:


فَادْعُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ


Maka berdo’alah kepada Allah dengan memurnikan agama/do’a ini kepada-Nya. (QS. al-Mu’min: 14)

Demikian juga Allah عزّوجلّ menamai ibadah sebagai do’a, sebagaimana dalam QS. al-Mu’min: 60.


وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ



“dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”. (QS. al-Mu’min: 60)



Keutamaan Do’a

Do’a memiliki banyak sekali keutamaan, di antaranya;
1.   Do’a adalah sesuatu yang paling mulia di sisi Allah عزّوجلّ.


Dalam sebuah hadits Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:

لَيْسَ شَيْءٌ أَكْرَمُ عَنْدَ اللهِ مِنَ الدُّعَاءِ


Tidak ada sesuatu pun yang lebih mulia di sisi Allah daripada do’a.” (HR. Tirmidzi 3370; dan dihasankan oleh al-Albani dalam Shahih al-Adab al-Mufrad: 549).

Dalam hadits lain Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ


“Do’a itu intisari ibadah.” (HR. Tirmidzi: 3247; dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih al-Adab al-Mufrad: 1757

Dalam hadits lain Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:

أَفْضَلُ الْعِبَادَةِ الدُّعَاءُ


“Ibadah yang paling afdhal adalah berdo’a.” (HR. al-Hakim dalam al-Mustadrak 1/491; dihasankan oleh al-Albani dalam ash-Shahihah: 1579).


 2.   Do’a jalan keselamatan.


Siapa saja yang meneliti al-Qur’an pasti mendapati demikian banyak ayat yang menerangkan keutamaan dan keagungan do’a. Al-Qur’an dibuka dengan do’a dalam Surat al-Fatihah dan ditutup dengan do’a dalam Surat an-Nas. Do’a dalam surat pertama adalah do’a yang paling agung yaitu permintaan kepada Allah جل جلا له berupa hidayah/petunjuk kepada jalan yang lurus dan supaya dijauhkan dari jalan orang-orang yang tersesat dan yang dimurkai, sedangkan do’a di akhir surat terdapat permintaan perlindungan dengan nama Allah جل جلا له dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi lagi membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.


Maka tidak ada sesuatu pun yang dapat mengokohkan diri di atas jalan yang lurus dan yang menyelamatkan diri dari setan yang terkutuk yang mengajak manusia tersesat melainkan dengan berdo’a dan meminta perlindungan kepada Allah عزّوجلّ. Maka pembukaan surat dengan do’a dan penutupannya dengan do’a mengisyaratkan pentingnya do’a, dan menunjukkan betapa manusia butuh kepada do’a supaya mendapatkan dan tetap di atas jalan yang lurus.



Para Nabi Dan Orang-Orang Shalih Selalu Berdo’a


Demikianlah perangai para nabi dan orang-orang shalih, mereka selalu berdo’a kepada Allah عزّوجلّ, dan itulah bentuk dari ibadah. Allah عزّوجلّ berfirman menceritakan mereka:


فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَوَهَبْنَا لَهُ يَحْيَى وَأَصْلَحْنَا لَهُ زَوْجَهُ إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ


Sesungguhnya mereka orang-orang yang selalu bersegera dalam perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka selalu berdo’a kepada kami dengan berharap (dikabulkan) dan cemas (akan siksa), dan mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada kami. (QS. al-Anbiya’: 90)


Allah عزّوجلّ Akan Mengabulkan Setiap Yang Berdo’a


Allah عزّوجلّ mengabarkan dalam al-Qur’an bahwa siapa saja yang berdo’a niscaya akan dikabulkan, dalam firman-Nya:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ


Dan Tuhanmu berfirman, “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan/perkenankan (do’a) mu.” (QS. al-Mu’min: 60)


Demikian ayat-ayat semisal seperti dalam QS. al-Baqarah: 186, dan QS. Ibrahim: 39.


وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ


Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran
.

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي وَهَبَ لِي عَلَى الْكِبَرِ إِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِنَّ رَبِّي لَسَمِيعُ الدُّعَاءِ


Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua (ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha mendengar (memperkenankan) doa.



Allah عزّوجلّ Senang/Cinta Orang Yang Berdo’a Dan Murka Kepada Yang Enggan Berdo’a.


Do’a merupakan sifat para nabi dan orang-orang shalih. Allah عزّوجلّ senang dan cinta kepada mereka yang meminta kepada-Nya karena Allah جل جلا له Maha Kaya, sedangkan makhluk-Nya lemah dan selalu butuh kepada-Nya. Sebaliknya, orang yang enggan berdo’a akan dimurkai Allah عزّوجلّ. Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:

مَنْ لَمْ يَسْأَلْ اللَّهَ يَغْضَبْ عَلَيْهِ


“Siapa saja yang tidak meminta/berdo’a kepada Allah, maka (Allah) murka kepadanya.” (HR. Tirmidzi: 3373; Ibnu Katsir berkata, “Sanadnya tidak ada masalah”, dan dihasankan oleh al-Albani dalam ash-Shahihah: 2654).

Benarlah ucapan orang dahulu:


اللهُ يَغْضَبُ إِنْ تَرَكْتَ سُؤَالَهُ

وَبُـنَيَّ آدَمَ حِيْنَ يُسْأَلُ يَغْضَبُ


Allah akan murka jika engkau tidak meminta-Nya

sedangkan anak Adam selalu marah ketika diminta.


Orang Yang Enggan Berdo’a Adalah Orang Sombong.


Allah عزّوجلّ berfirman:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ


Dan Tuhanmu berfirman: “Berdo’alah kepada-Ku niscaya Aku kabulkan (do’a)mu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri untuk beribadah/berdo’a kepada-Ku, akan masuk neraka dalam keadaan hina.” (QS. al-Mu’min: 60)


Bagaimana seorang hamba enggan berdo’a dan menyombongkan diri padahal dia selalu butuh kepada Allah عزّوجلّ sebab kefakirannya? Dia tidak akan mendapat kecukupan kecuali dari Allah جل جلا له. Dia butuh makan, minum, pakaian, bahkan sangat butuh petunjuk dari Allah عزّوجلّ. Dia tidak akan selamat dunia, agama, dan akhiratnya kecuali dari Allah جل جلا له.


Nabi صلى الله عليه وسلم Selalu Berdo’a Untuk Kebaikan Agama, Dunia, Dan Akhiratnya.


Jika seorang nabi yang telah dijamin surga saja masih terus berdo’a supaya agama, dunia, dan akhiratnya menjadi baik, bagaimana kiranya dengan manusia setelahnya yang tidak ada jaminan surga dari Allah عزّوجلّ . Dalam sebuah hadits Nabi صلى الله عليه وسلم berdo’a:


اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لِي دِينِي الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِي وَأَصْلِحْ لِي دُنْيَايَ الَّتِي فِيهَا مَعَاشِي وَأَصْلِحْ لِي آخِرَتِي الَّتِي فِيهَا مَعَادِي وَاجْعَلْ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِي فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلْ الْمَوْتَ رَاحَةً لِي مِنْ كُلِّ شَرٍّ


“Ya Allah perbaikilah agamaku karena (agamakulah) yang memelihara urusanku, perbaikilah duniaku karena (duniakulah) tempat hidupku (sekarang), perbaikilah akhiratku karena (akhiratkulah) tempat kembaliku, dan jadikanlah hidupku semakin bertambah segala kebaikan untukku, dan jadikanlah matiku waktu istirahat dari segala keburukan.” (HR. Muslim: 2720)



Manusia Yang Paling Lemah Adalah Yang Tidak Berdo’a


Orang yang tidak mampu berdo’a kepada Allah عزّوجلّ berarti dia manusia yang paling lemah di muka bumi. Bagaimana tidak, padahal do’a adalah sebuah ibadah yang tidak membutuhkan tenaga dan biaya. Siapa saja bisa berdo’a sambil duduk, berjalan, atau berbaring, dan demikianlah kondisi Nabi kita صلى الله عليه وسلم selalu berdo’a baik ketika masuk dan keluar rumah, berkendaraan, berjalan, masuk dan keluar masjid, dalam shalatnya, makan, dan minumnya, saat berkumpul dengan istrinya, dan segala keadaannya tidak lepas dari berdo’a. Oleh karena itu, Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:

أَعْجَزُ النَّاسِ مَنْ عَجَزَ عَنِ الدُّعَاء


“Manusia yang paling lemah adalah manusia yang lemah untuk berdo’a.”

(HR. Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad: 1042, dan dishahihkan oleh al-Albani dalam ash-Shahihah. 601).


Makna dan Hakikat Do’a


Do’a (الدُّعَاءُ) secara bahasa bermakna permintaan, dan berdo’a berarti meminta. Sementara itu, makna do’a secara syari’at adalah meminta sesuatu yang bermanfaat, dan meminta supaya dihilangkan atau dijauhkan dari sesuatu yang membahayakan. (Majmu’ Fatawa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah 15/10, dan lihat Bada’i al-Fawa’id 3/835).


Do’a tidak lepas dari permintaan supaya dilimpahi kebaikan atau supaya dihindarkan dari keburukan/marabahaya baik yang belum atau sudah terjadi. Sebab itu, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

الدُّعَاءَ يَنْفَعُ مِمَّا يَنْزِلُ، وَمِمَّا لَمْ يَنْزِلْ


“Do’a itu bermanfaat baik untuk sesuatu yang sudah turun atau yang belum turun.”

(HR. Hakim 6/70; dihasankan oleh al-Albani dalam Shahih al-Jami’: 5721).

Jika kita memperhatikan do’a-do’a Rasulullah صلى الله عليه وسلم, maka kita dapati do’a tersebut tidak lepas dari dua perkara di atas, seperti do’a Rasulullah صلى الله عليه وسلم:


اللَّهُمَّ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ


“Ya Allah anugerahkan kepada kami kebaikan di dunia dan akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. al-Baqarah: 201)

Rasulullah صلى الله عليه وسلم dalam sebuah haditsnya juga berdo’a:


اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لِي دِينِي الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِي وَأَصْلِحْ لِي دُنْيَايَ الَّتِي فِيهَا مَعَاشِي وَأَصْلِحْ لِي آخِرَتِي الَّتِي فِيهَا مَعَادِي وَاجْعَلْ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِي فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلْ الْمَوْتَ رَاحَةً لِي مِنْ كُلِّ شَرٍّ


“Ya Allah perbaikilah agamaku karena (agamakulah) yang memelihara urusanku, perbaikilah duniaku karena (duniakulah) tempat hidupku (sekarang), perbaikilah akhiratku karena (akhiratkulah) tempat kembaliku, dan jadikanlah hidupku semakin bertambah segala kebaikan untukku, dan jadikanlah matiku waktu istirahat dari segala keburukan.” (HR. Muslim: 2720)


Dan masih banyak lagi do’a-do’a Rasulullah صلى الله عليه وسلم yang menggabungkan antara permintaan kebaikan dan permintaan dihindarkan dari keburukan, atau pada suatu waktu beliau meminta kebaikan secara tersendiri, dan pada waktu lain beliau meminta dihindarkan dari keburukan secara tersendiri, seperti meminta ketakwaan, meminta supaya dihindarkan dari sifat malas, terlilit hutang, dan sebagainya.


Oleh karena itu, jika Rasulullah صلى الله عليه وسلم menjenguk orang sakit atau jika orang sakit datang kepadanya, beliau mendo’akan:


اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ أَذْهِبْ الْبَاسَ وَاشْفِهِ وَأَنْتَ الشَّافِي لَا شِفَاءَ إِلَّا شِفَاؤُكَ شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سَقَمًا


“Ya Allah Tuhannya manusia, hilangkanlah penyakit ini, dan sembuhkanlah karena Engkau maha menyembuhkan, tidak ada kesembuhan melainkan dari-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan bekas.” (HR. Bukhari: 5743 dan Muslim: 2191)


Demikian pula beliau mengajari orang yang sakit untuk berdo’a, seperti Utsman bin Abil Ash رضي الله عنه saat sakit dan datang kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم, beliau memerintahnya untuk meletakkan tangan (Utsman) di tempat yang sedang sakit, lalu beliau bersabda:


“Ucapkan bismillah 3 (tiga) kali lalu ucapkan do’a (di bawah ini) 7 (tujuh) kali:


أَعُوذُ بِاللَّهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ


“Aku berlindung dengan kemuliaan Allah dan kekuasaan-Nya dari buruknya sesuatu yang aku jumpai atau aku khawatirkan.” (HR. Muslim: 2202)


Sebab-Sebab Utama Dikabulkannya Do’a
Di antara sebab-sebab dikabulkannya do’a oleh Allah عزّوجلّ adalah:
1.   Merasa yakin akan dikabulkan do’anya dengan hati yang khusuk dan tenang

sebagaimana Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:


اُدْعُوا اللهَ تَعَالَى وَاَنْتُمْ مُوْقِنُوْنَ بِالاِجَابَةِ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ لَا يَسْتَجِيْبُ دُعَاءً مِّنْ قَلْبِ غَافِلٍ لاَهٍ


“Berdo’alah kepada Allah Ta’ala dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak akan mengabulkan do’a dengan hati yang lalai lagi bermain-main.”

(HR. al-Hakim dalam al-Mustadrak 1/493; dihasankan oleh al-Albani dalam Shahih al-Jami’: 245).


Jika seorang hamba berdo’a kepada Tuhannya pasti akan didengar dan dikabulkan selama terpenuhi syarat-syaratnya, bahkan Allah malu jika tidak mengabulkannya, Nabi bersabda;


إِنَّ اللهَ حَيِيٌّ كَرِيمٌ يَسْتَحْيِي إِذَا رَفَعَ الرَّجُلَ إِلَيْهِ يَدَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا خَائبَتَيْن


“Sesungguhnya Allah malu lagi maha pemurah. Dia malu jika seorang hamba-Nya berdo’a sambil mengangkat tangannya kepada-Nya, lalu Allah mengembalikannya dengan tangan hampa (tidak mengabulkannya).”

(HR. Abu Dawud: 1488; dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih al-Jami’: 2638).
2.   Merasa sangat butuh kepada Allah yang membentangkan kebaikan dunia dan akhirat  

serta yang menghindarkan segala keburuan dunia dan akhirat. Jika seseorang yang meminta tidak merasa butuh kepada Allah, maka dia tidak akan serius meminta dan akhirnya tidak berdo’a. Oleh karena itu, Allah akan memperkenankan do’anya orang yang sedang dalam kondisi darurat sebab mereka pasti berdo’a karena benar-benar butuh kepada Allah dan mereka yakin yang mengabulkan hanya Allah, dalam firman-Nya:


أَمَّنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ
“Siapakah yang mampu memperkenankan do’anya orang yang sedang kesulitan/darurat (melainkan Allah) jika dia berdo’a kepada-Nya dan Dialah yang menghilangkan kesusahan” (QS. an-Naml: 62)

3.   Memperbanyak do’a tidak hanya di saat susah.


Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda dalam sebuah hadits:


مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَسْتَجِيبَ اللَّهُ لَهُ عِنْدَ الشَّدَائِدِ وَالْكَرْبِ فَلْيُكْثِرْ الدُّعَاءَ فِي الرَّخَاءِ


Barangsiapa yang ingin dikabulkan do’anya oleh Allah ketika lapang dan sulit, maka hendaknya memperbanyak do’anya saat lapang.” (HR. Tirmidzi: 3382, al-Hakim 1/544; dihasankan oleh al-Albani dalam Shahih al-Jami’: 6290).


Do’a Untuk Kebaikan Agama Lebih Penting Dari Kebaikan Dunia


Kebaikan dunia, agama, dan akhirat hanya di tangan Allah عزّوجلّ. Rasulullah صلى الله عليه وسلم meminta kepada Allah جل جلا له semua perkara itu supaya menjadi lebih baik, beliau berdo’a:


اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لِي دِينِي الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِي وَأَصْلِحْ لِي دُنْيَايَ الَّتِي فِيهَا مَعَاشِي وَأَصْلِحْ لِي آخِرَتِي الَّتِي فِيهَا مَعَادِي وَاجْعَلْ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِي فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلْ الْمَوْتَ رَاحَةً لِي مِنْ كُلِّ شَرٍّ


“Ya Allah perbaikilah agamaku karena (agamaku-lah) yang memelihara urusanku, perbaikilah duniaku karena (duniakulah) tempat hidupku (sekarang), perbaikilah akhiratku karena (akhiratkulah) tempat kembaliku, dan jadikanlah hidupku semakin bertambah segala kebaikan untukku, dan jadikanlah matiku waktu istirahat dari segala keburukan.” (HR. Muslim: 2720)


Rasulullah صلى الله عليه وسلم dalam do’a di atas mendahulukan do’a untuk kebaikan agama, setelah itu untuk kebaikan dunia, bukan berarti urusan dunia tidak penting atau tidak boleh mementingkan urusan dunia. Boleh mementingkan urusan dunia, tetapi jangan sampai tujuan pokok dari segala urusan adalah dunia. Oleh karena itu, Rasulullah صلى الله عليه وسلم juga berdo’a:


وَلَا تَجْعَلْ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلَا مَبْلَغَ عِلْمِنَا


“Dan janganlah Engkau jadikan dunia ini menjadi tujuan pokokku serta puncak ilmu pengetahuanku.”  (HR. Tirmidzi: 3502; dihasankan oleh al-Albani dalam Misykat al-Mashabih: 2492).


Setiap hamba selalu membutuhkan pertolongan Tuhannya dalam setiap urusannya karena yang memudahkan segala urusan hanyalah Allah عزّوجلّ baik urusan dunia lebih-lebih urusan ibadah dan akhiratnya, oleh karenanya Rasulullah صلى الله عليه وسلم berpesan kepada salah seorang sahabatnya supaya setiap akhir shalat tidak melupakan do’a;


اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ


“Ya Allah tolonglah aku (untuk dimudahkan) berdzikir/mengingat-Mu, mensyukuri-Mu, dan beribadah kepada-Mu dengan cara yang baik.” (HR. Abu Dawud).

Tidak ada yang memudahkan kita untuk shalat dan segala urusan kita kecuali Allah جل جلا له. Karena itu, para sahabat Nabi صلى الله عليه وسلم pernah bersajak dengan ucapan:
 

وَاللهِ لَوْلاَ اللهُ مَا اهْتَدَيْنَا وَلاَ صُمْنَا وَلاَ ضَلَّيْنَا


“Demi Allah, jika tidak (karena) Allah, kita tidak mendapat petunjuk dan juga tidak akan berpuasa serta shalat.”



Meminta Jalan Yang Lurus Adalah Do’a Yang Paling Bermanfaat.


Do’a yang paling besar manfaatnya tidak lain adalah do’a meminta petunjuk jalan yang lurus, dalam Surat al-Fatihah. Oleh karena itu, setiap muslim akan mengulang-ulang do’a ini dalam shalatnya minimal dalam sehari semalam sebanyak 17 kali. Orang yang mendapat jalan yang lurus pasti akan dimudahkan untuk melakukan ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan, sehingga dia tidak akan ditimpa keburukan baik di dunia atau di akhirat.

Tidak ada selain Allah عزّوجلّ yang memudahkan kita untuk mendapatkan jalan yang lurus, dan tetap kokoh/teguh di atasnya. Allah عزّوجلّ berfirman:


يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ


Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh, dalam kehidupan dunia dan akhirat, dan Allah-lah yang menyesatkan orang-orang yang zalim, dan Allah memperlakukan apa yang Dia kehendaki. (QS. Ibrahim: 27)


Yang Harus Diperhatikan Dalam Adab Berdo’a


Allah عزّوجلّ berfirman:


ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ. وَلا تُفْسِدُوا فِي الأرْضِ بَعْدَ إِصْلاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا إِنَّ رَحْمَةَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ


Berdo’alah kepada Tuhanmu dengan merendahkan diri dan suara lembut, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah (Allah) memperbaikinya, berdo’alah dengan rasa takut (tidak diterima) dan berharap (dikabulkannya), sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS. al-A’raf: 55-56)


Do’a adalah salah satu ibadah seperti ibadah lainnya yang mempunyai syarat dan ketentuan adab yang harus diperhatikan, ayat di atas mengumpulkan beberapa adab berdo’a:

  1. Ikhlas dalam berdo’a, tidak memalingkan do’a kepada selain Allah; hal itu lantaran do’a adalah ibadah yang harus murni/ikhlas untuk Allah (lihat QS. al-Bayyinah: 5, az-Zumar: 3, dan lainnya).
  2. Merendahkan diri, dengan memohon terus-menerus, memperbanyak dan mengulang-ulang do’a, dan tidak tergesa-gesa dalam berdo’a karena hal itu sebab tidak dikabulkannya. Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

يُسْتَجَابُ لِأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ يَقُولُ دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِي


“Akan dikabulkan do’a seseorang dari kalian selagi tidak tergesa-gesa, yaitu jika mengatakan, ‘Aku telah berdo’a tetapi belum dikabulkan.'” (HR. Bukhari: 6340 dan Muslim: 2735)

  1. Merendahkan suara saat berdo’a, sekiranya seorang hamba menyampaikan hajatnya hanya antara dirinya bersama Allah عزّوجلّ semata. Karena itu, tatkala para sahabat mengeraskan suara mereka berdzikir saat bepergian, maka Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:

أَيُّهَا النَّاسُ، ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ إِنَّكُمْ لَا تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلَا غَائِبًا إِنَّكُمْ تَدْعُونَ سَمِيعًا قَرِيبًا وَهُوَ مَعَكُمْ


“Wahai sekalian manusia pelankanlah (suara) pada diri-diri kalian! Sesungguhnya kalian tidak menyeru Zat yang tuli lagi gaib, sesungguhnya kalian menyeru Zat yang maha mendengar, maha dekat, dan Dia bersama kalian.” (HR. Bukhari: 4205 dan Muslim: 2J04.)

  1. Tidak melampaui batas dalam berdo’a. Melampaui batas dalam berdo’a termasuk sebab ditolaknya do’a, dan di antara bentuk melampaui batas dalam berdo’a;

  • Menyekutukan Allah yaitu berdo’a kepada selain Allah عزّوجلّ, dan ini adalah yang paling besar.
  • Meninggalkan petunjuk Nabi صلى الله عليه وسلم sehingga jatuh kepada amalan bid’ah, demikian pula berdo’a meminta hal yang haram, dan selain-nya termasuk sebab ditolaknya do’a.

  1. Tidak membuat kerusakan di bumi setelah Allah عزّوجلّ memperbaikinya dengan keimanan, yaitu dengan merusak di muka bumi menggantikan keimanan dengan kemaksiatan dan dosa-dosa di antaranya adalah dengan makan, minum, dan berpakaian dari sesuatu yang haram.
  2. Merasa takut dan berharap, takut kepada Allah عزّوجلّ akan ditolak do’anya sebab kekurangan pada dirinya, dan berharap apa yang ada di sisi Allah عزّوجلّ berupa pengabulan do’a, ampunan, dan rahmat-Nya.

Masih banyak adab-adab berdo’a selain yang disebutkan di atas, karena tulisan ini ringkas, maka kami menyebutkan beberapa saja dan insya Allah bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Electricity Lightning