Senin, 07 November 2016

Penyakit Diabetes



Pengertian Diabetes

Diabetes (diabetes melitus) adalah penyakit jangka panjang atau kronis yang ditandai dengan kadar gula darah (glukosa) yang jauh di atas normal. Glukosa sangat penting bagi kesehatan kita karena merupakan sumber energi utama bagi otak maupun sel-sel yang membentuk otot serta jaringan pada tubuh kita.
Penyakit ini memiliki dua jenis utama, yaitu diabetes tipe 1 dan tipe 2.




Indonesia sendiri termasuk dalam 10 negara terbesar penderita diabetes. Pada tahun 2013, penderita diabetes di Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 8,5 juta orang dengan rentang usia 20-79 tahun (dikutip dari Federasi Diabetes Internasional). Tetapi kurang dari 50% dari mereka yang menyadarinya.

Apa Saja Gejala Diabetes?


Sangatlah penting bagi kita untuk mengetahui gejala awal diabetes. Baik bagi yang berisiko tinggi maupun bagi yang merasa sehat dan tidak memiliki riwayat atau potensi mengidap diabetes.
Diabetes tipe 1 dapat berkembang dengan cepat dalam beberapa minggu, bahkan beberapa hari saja. Sedangkan banyak penderita diabetes tipe 2 yang tidak menyadari bahwa mereka telah mengidap diabetes selama bertahun-tahun karena gejalanya cenderung tidak spesifik. Beberapa gejala diabetes tipe 1 dan tipe 2 meliputi:
  • Sering merasa haus.
  • Sering buang air kecil, terutama di malam hari.
  • Rasa lapar yang ekstrem.
  • Turunnya berat badan tanpa sebab yang jelas.
  • Berkurangnya massa otot.
  • Terdapat keton dalam air seni. Keton adalah produk sampingan dari metabolisme otot dan lemak yang terjadi ketika produksi insulin tidak cukup.
  • Kelelahan.
  • Pandangan yang kabur.
  • Luka yang lama sembuh.
  • Sering mengalami infeksi, misalnya pada gusi, kulit, vagina, atau saluran kemih.
Apabila Anda mengalami gejala-gejala tersebut, segera periksakan diri Anda ke dokter. Pendeteksian sedini mungkin memungkinkan kita untuk mencegah bertambah parahnya kondisi diabetes kita.

Pengaruh Hormon Insulin dan Diabetes

Seluruh sel dalam tubuh manusia membutuhkan glukosa agar dapat bekerja dengan normal. Kadar zat gula dalam darah biasanya dikendalikan oleh hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas, yaitu organ yang terletak di belakang lambung.
Tetapi organ pankreas milik penderita diabetes tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh. Tanpa insulin, sel-sel tubuh tidak dapat menyerap dan mengolah glukosa menjadi energi.

Sekilas Tentang Diabetes Tipe 1

Penderita diabetes tipe 1 sangat bergantung kepada insulin karena sistem kekebalan tubuh penderita akan menyerang dan menghancurkan sel-sel pankreas yang memproduksi insulin. Hal ini memicu peningkatan kadar glukosa sehingga terjadi kerusakan pada organ-organ tubuh. Hingga saat ini, penyebab di balik diabetes tipe 1 belum diketahui secara pasti.
Penderita jenis diabetes ini umumnya berusia di bawah 40 tahun, biasanya muncul pada masa remaja atau anak-anak. Karena itu, diabetes tipe 1 juga disebut sebagai diabetes anak-anak.
Diabetes tipe 1 lebih jarang terjadi dibandingkan dengan diabetes tipe 2. Di antara 10 orang penderita diabetes, diperkirakan hanya sekitar 1 orang yang mengidap tipe 1.
Selain harus menerima suntikan insulin setiap hari, penderita diabetes tipe 1 juga disarankan untuk menjaga kadar glukosa dalam darah agar tetap seimbang. Misalnya dengan menerapkan pola makan sehat dan menjalani tes darah secara rutin.

Sekilas Tentang Diabetes Tipe 2

Diabetes tipe 2 merupakan jenis diabetes yang lebih umum terjadi. Sekitar 90 persen penderita diabetes di dunia mengidap diabetes tipe ini.
Diabetes jenis ini disebabkan oleh kurangnya produksi insulin dalam tubuh atau sel-sel tubuh yang menjadi kurang sensitif terhadap insulin. Kekurangpekaan sel-sel tubuh ini dikenal dengan istilah resistensi terhadap insulin.
Gejala pada penderita diabetes tipe ini biasanya dapat dikendalikan dengan pola makan sehat dan memantau kadar glukosa dalam darah. Tetapi, tetaplah waspada karena penyakit ini akan terus berkembang dalam tubuh dan lambat laun Anda akan membutuhkan langkah pengobatan.
Diabetes tipe 2 sering dihubungkan dengan obesitas. Memang tidak semua orang yang mengidap obesitas akan otomatis menderita diabetes tipe 2. Tetapi, makin tinggi indeks massa tubuh seseorang, maka risiko diabetes tipe ini juga meningkat. Diabetes akibat obesitas umumnya menyerang para manula.

Risiko Diabetes Kehamilan

Diabetes juga kerap menyerang para ibu hamil. Terdapat sebagian wanita yang memiliki kadar glukosa dalam darah yang sangat tinggi selama masa kehamilan, sehingga tubuh mereka tidak dapat memproduksi cukup insulin untuk menyerapnya. Diabetes yang dikenal sebagai diabetes kehamilan ini dapat terjadi pada sekitar 15 hingga 18 orang di antara 100 wanita yang hamil.
Penderita diabetes tipe 1 yang hamil juga akan memiliki risiko tinggi karena dapat berdampak pada ibu serta janin. Sangatlah penting bagi penderita diabetes yang sedang hamil untuk menjaga keseimbangan kadar gula darahnya.
Ibu yang sedang hamil sebaiknya lebih cermat memantau kadar gula darah pada trimester kedua (minggu 14-26). Pada masa itulah diabetes kehamilan umumnya berkembang dan kemudian hilang setelah melahirkan. Meski demikian, risiko diabetes tipe 2 pada wanita yang pernah mengalami diabetes kehamilan adalah sekitar tiga kali lebih tinggi dibandingkan populasi pada umumnya.

Perbedaan diabetes kering dan basah




Diabetes atau Kencing manis di golongkan menjadi dua tipe, yaitu :
  • Diabetes tipe 1, tipe yang lebih jarang, terjadi akibat kerusakan pada pankreas (penghasil insulin)
  • Diabetes tipe 2, tipe yang sering terjadi (80%), terjadi akibat berkurangnya produksi insulin atau sel-sel tubuh menjadi kurang peka (resistensi) terhadap insulin


Sebenarnya tidak ada penggolongan kencing manis menjadi tipe kering dan basah. Istilah tersebut merupakan istilah yang sering beredar di masyarakat. Istilah Diabetes kering digunakan bagi penderita Diabetes tanpa luka ataupun infeksi, sedangkan tipe basah digunakan pada penderita Diabetes yang memiliki komplikasi berupa luka yang sulit sembuh. Tidak ada perbedaan bahwa seseorang dikatakan tipe kering dan orang yang lain memiliki tipe yang basah. Terjadi nya luka merupakan hal yang wajar pada manusia, namun pada penderita Diabetes, terutama yang kadar gula darah nya tinggi dan tidak terkontrol, luka menjadi sulit sembuh. Luka membutuhkan waktu lebih lama dan perawatan lebih pada orang dengan diabetes, karena luka yang tidak ditangani dengan baik dapat berlanjut menjadi infeksi yang kemudian berlanjut menjadi ganrene atau kematian jaringan dan berakibat perlu nya dilakukan tindakan amputasi. Mungkin istilah kering, lebih digunakan untuk penderita Diabetes dengan kadar gula darah yang terkontrol, tidak tinggi, sehingga meskipun terjadi luka, luka akan lebih mudah ditangani dan lebih cepat sembuh. Sedangkan pada penderita yang tidak konsumsi obat, kadar gula darah tidak dikontrol dengan baik dan cenderung selalu tinggi, kemudian mengalami luka, maka luka akan cenderung sulit sembuh dan jika tidak ditangani akan terus berlanjut menajdi lebih parah. Anda dapat membaca lebih lengkap mengenai diabetes tipe 1 maupun tipe 2 pada link diatas (silahkan klik kata-kata berwarna biru)

Pengertian Diabetes Tipe 1

Diabetes adalah penyakit kronis (menahun) yang terjadi ketika pankreas (kelenjar ludah perut) tidak memproduksi cukup insulin, atau ketika tubuh tidak secara efektif  menggunakan insulin. Sedangkan diabetes tipe 1 sendiri termasuk jenis diabetes dengan produksi insulin yang rendah. Oleh karena itu diabetes tipe 1 disebut juga  diabetes ketergantungan insulin, atau dikenal dengan istilah penyakit autoimun diabetes dengan penyebab yang belum diketahui pasti.





Kadar gula dalam darah biasanya dikendalikan oleh hormon insulin. Jika tubuh kurang insulin, kadar gula darah akan meningkat drastis akibat terjadinya penumpukan, ini yang disebut hiperglikemia. Inilah yang terjadi saat seseorang menderita diabetes mellitus tipe 1.
Penyebab kurangnya produksi insulin oleh pankreas pada penderita diabetes tipe 1 belum diketahui hingga saat ini sehingga belum dapat disimpulkan cara pencegahannya. Diabetes tipe ini dapat timbul pada usia berapa pun, umumnya menyerang pasien di bawah usia 40 tahun, khususnya anak-anak (childhood-onset diabetic). Terkadang dikenal dengan istilah diabetes ‘remaja’

Penderita Diabetes di Indonesia

Pada tahun 2015, penderita diabetes di Indonesia diperkirakan mencapai 10 juta orang dengan rentang usia 20-79 tahun (dikutip dari Federasi Diabetes Internasional). Namun, hanya sekitar separuh dari mereka yang menyadari kondisinya.
Asia Tenggara merupakan salah satu wilayah dengan prevalensi tinggi untuk diabetes tipe 1. Pada tahun 2010, diperkirakan ada sekitar 113.000 anak di bawah 15 tahun yang mengidap diabetes tipe 1 dengan perkiraan 18.000 kasus baru pada setiap tahunnya.

Gejala Umum dan Komplikasi Penderita Diabetes Tipe 1

Gejala umum diabetes pada awal penyakit, yang juga dikenal dengan gejala klasik di kalangan medis, adalah sering kencing (polyuria), sering haus (polydipsia) dan sering lapar(polyphagia). Gejala-gejala ini akan berkembang dan memburuk seiring dengan tidak terkontrolnya kadar gula yang sangat tinggi dalam darah (hiperglikemia) sehingga merusak jaringan dan organ-organ tubuh, dan berkomplikasi.
Tanpa insulin, gula dalam darah tidak dapat masuk dan digunakan oleh sel-sel tubuh. Akhirnya tubuh akan mengolah lemak dan otot menjadi energi sehingga menyebabkan penurunan berat badan. Ini dapat mengakibatkan kondisi akut yang disebut ketoasidosis diabetik , yaitu kondisi di mana darah menjadi terlalu asam dan terjadinya dehidrasi yang membahayakan.
Kadar glukosa darah yang tinggi juga bisa menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah, saraf, dan organ tubuh. Karena itu, diabetes bisa mengakibatkan sejumlah komplikasi jika tidak dikendalikan dengan baik. Peningkatan kadar gula darah yang tidak signifikan dan tidak memicu gejala pun bisa mengakibatkan kerusakan bila terjadi dalam  jangka panjang.

Diagnosa dan Langkah Pengobatan Diabetes Tipe 1

Diabetes ketergantungan insulin atau tipe 1 termasuk penyakit yang tidak bisa disembuhkan dan hanya bisa dikendalikan. Diagnosis diabetes sejak dini sangat penting agar pengobatan bisa segera dilakukan sehingga kadar gula darah penderita yang tinggi bisa dikendalikan.Pengobatan diabetes bertujuan untuk menjaga keseimbangan kadar gula darah dan mengendalikan gejala untuk mencegah komplikasi yang mungkin terjadi.
Organ pankreas dalam tubuh penderita diabetes tipe 1 tidak memproduksi insulin lagi sehingga mereka harus menerima suplai insulin dari luar tubuh secara rutin. Mereka juga dituntut untuk belajar menyesuaikan dosisnya dengan makanan yang dikonsumsi, kadar gula darah, dan aktivitas yang dilakukan.
Proses penyesuaian tersebut harus dilakukan secara bertahap. Beberapa jenis insulin yang bisa digunakan meliputi:
  • Insulin kerja panjang yang dapat bertahan satu hari.
  • Insulin kerja singkat yang dapat bertahan maksimal delapan jam.
  • Insulin kerja cepat yang tidak bertahan lama, tapi bereaksi cepat.
Cara pengobatan untuk penderita diabetes bisa menggunakan kombinasi dari jenis-jenis insulin di atas.
Transplantasi sel-sel pankreas yang memproduksi insulin (sel islet) juga mungkin dapat menolong sebagian penderita diabetes tipe 1. Dalam proses ini, sel islet dari yang diambil dari donor yang sudah meninggal akan dimasukkan ke pankreas penderita diabetes tipe 1.
Transplantasi islet memang efektif untuk mengurangi risiko serangan hipoglikemia parah. Hipoglikemia adalah keadaan di mana kadar gula darah jatuh terlalu rendah. Kondisi ini sama berbahayanya dengan kadar gula darah yang terlalu tinggi. Tetapi, walau ada negara-negara yang sudah menerapkan transplantasi islet, banyak juga penderita diabetes yang enggan menjalaninya karena risiko yang cukup tinggi.
Pola makan sehat dan seimbang serta olahraga teratur terbukti dapat menurunkan kadar gula darah bagi penderita diabetes. Berhenti merokok juga dapat mengurangi risiko komplikasi penyakit jantung.

Gejala Diabetes Tipe 1

Gejala-gejala awal diabetes tipe 1 atau yang dikenal sebagai gejala klasik, yaitu:
  • Sering buang air kecil, terutama di malam hari (polyuria).
  • Sering haus (polydipsia).
  • Sering merasa lapar (polyphagia).
Selain itu juga dapat disertai gejala-gejala lain yang timbul tiba-tiba, antara lain:
  • Turunnya berat badan.
  • Pandangan kabur akibat perubahan bentuk lensa pada mata.
  • Kelelahan
Gejala diabetes tipe 1 dapat berkembang dan memburuk dengan cepat dalam beberapa minggu atau bahkan beberapa hari. Apabila penderita mengalami mual, muntah-muntah, napas dalam yang berat, napas berbau seperti buah-buahan, kehilangan nafsu makan, sakit perut, atau demam tinggi, segera temui dokter.


Penyebab Diabetes Tipe 1


Penyebab diabetes tipe 1 tidak diketahui, tapi diduga gen ikut berpengaruh terhadap munculnya penyakit ini.
Diabetes tipe 1 pernah dianggap sebagai kondisi autoimun. Pada umumnya, sistem kekebalan tubuh manusia berfungsi untuk melawan dan menghancurkan apa saja yang dianggap asing atau berbahaya. Dalam kasus diabetes tipe 1, sistem kekebalan tubuh telah keliru menyerang sel-sel dalam pankreas sehingga produksi insulin pun berhenti. Ini karena kekebalan tubuh mengira sel-sel pankreas tersebut membahayakan tubuh.
Penyebab di balik reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap sel-sel pankreas ini belum diketahui secara pasti. Namun, kombinasi dari beberapa faktor dipercaya dapat menyebabkan kondisi ini.
Faktor keturunan merupakan faktor pemicu utama diabetes yang telah diketahui. Risiko seseorang untuk terkena diabetes tipe 1 akan sedikit lebih tinggi jika ada keluarga inti (ibu, ayah, atau saudara kandung) yang mengidap penyakit yang sama.
Lingkungan juga dipercaya dapat mempertinggi risiko diabetes tipe 1. Contohnya adalah sebagai berikut:
  • Virus. Ada salah satu teori yang mendeskripsikan bahwa terdapat sejumlah yang diduga merangsang respons autoimun yang akan menyerang sel-sel yang terinfeksi beserta sel-sel beta dalam pankreas. Misalnya, enterovirus, virus Epstein-Barr, virus rubella, rotavirus, serta virus gondongan.
  • Obat-obatan dan senyawa kimia. Terdapat sejumlah obat atau senyawa kimia yang dipercaya bisa menghancurkan sel-sel pankreas, yaitu pyrinuron serta strepzotocin.
  • Gluten. Salah satu protein dalam gluten, yaitu gliadin, diduga berpotensi memengaruhi perkembangan diabetes tipe 1.


Diagnosis Diabetes Tipe 1


Diagnosis diabetes sejak dini sangatlah penting agar pengobatan bisa segera dilakukan. Jika mengalami gejala diabetes, Anda dianjurkan untuk secepatnya berkonsultasi pada dokter.

Tes Urine dan Glukosa Darah untuk Menentukan Kandungan Glukosa

Dokter biasa akan meminta Anda untuk menjalani tes urine dan tes darah. Sampel urine akan dites untuk memeriksa kandungan glukosanya. Pada kondisi normal, urine tidak mengandung glukosa. Namun, zat tersebut akan menumpuk dan mengalir ke ginjal serta urine, jika Anda menderita diabetes. Dokter juga biasanya akan memeriksa apakah ada kandungan keton (senyawa yang mengindikasikan diabetes tipe 1 yang sudah berkomplikasi) dalam urine Anda.
Apabila terdapat glukosa dalam urine, Anda biasanya akan dianjurkan untuk menjalani tes darah guna memastikan diagnosis. Sampel darah Anda umumnya diambil sebanyak dua kali, yaitu glukosa puasa dan dua jam setelah makan.
Sampel darah untuk tes glukosa puasa akan dilakukan pada pagi hari setelah Anda berpuasa selama 8 hingga 12 jam. Anda kemudian akan diberikan segelas minuman yang mengandung kadar gula yang telah ditentukan.
Tepat dua jam setelahnya, sampel darah Anda akan kembali diambil untuk tes glukosa guna mengevaluasi aktivitas insulin dalam tubuh Anda.


Tes HbA1c


Hasil pemeriksaan ini akan menunjukkan kadar gula rata-rata dalam darah pasien selama periode 2 hingga 3 bulan terakhir. Tingkat HbA1c dengan angka 6,5% atau lebih akan menandakan pasien mengidap diabetes. Tes ini juga dapat digunakan sebagai pemeriksaan awal  untuk orang yang berisiko mengidap diabetes.


Tes Autoantibodi


Prosedur ini dapat digunakan untuk membedakan diabetes tipe 1 dan 2 sebelum pasien mengalami hiperglikemia.


Pengobatan Diabetes Tipe 1


Diabetes tidak bisa disembuhkan. Pengobatan diabetes bertujuan untuk menjaga keseimbangan kadar gula darah dan mengendalikan gejala untuk mencegah komplikasi yang mungkin terjadi.


Langkah Pengobatan dengan Insulin


Organ pankreas dalam tubuh penderita diabetes tipe 1 tidak mampu memproduksi insulin sehingga penderita harus menerima suplai insulin tiap hari. Ada beberapa jenis insulin yang bisa digunakan. Di antaranya:
  • Insulin kerja cepat yang efeknya tidak bertahan lama, tapi bereaksi cepat.
  • Insulin kerja singkat yang efeknya dapat bertahan maksimal delapan jam.
  • Insulin kerja panjang yang efeknya dapat bertahan maksimal sehari.
Pengobatan untuk penderita diabetes mungkin menggunakan kombinasi dari jenis-jenis insulin di atas.

Insulin lewat suntikan

Cara pemberian insulin yang paling umum adalah lewat suntikan. Cara ini dipilih karena jika diminum dalam bentuk tablet, insulin akan dicerna dalam perut seperti makanan dan tidak bisa masuk ke dalam darah.
Pada tahap awal pemakaian, dokter biasanya akan membantu Anda untuk menyuntikkan insulin. Lalu Anda akan diajari cara menyuntik dan menyimpan insulin serta membuang jarum dengan aman.
Ada dua metode yang biasanya digunakan untuk memberikan suntikan insulin, yaitu lewat jarum dan alat suntik atau pena. Penderita diabetes umumnya membutuhkan dua hingga empat suntikan per hari.

Pompa Insulin

Alternatif lain untuk menyuntikkan insulin adalah dengan pompa insulin. Alat penampung insulin ini berukuran kecil. Selang kecil lengkap dengan jarum di ujungnya akan menghubungkan pompa ke tubuh Anda. Jarum tersebut umumnya dimasukkan ke tubuh lewat perut, tapi ada juga yang memasukkannya lewat pinggul, paha, bokong, atau lengan.
Pompa ini akan menyalurkan insulin ke aliran darah dengan takaran yang bisa diatur, sehingga Anda tidak perlu melakukan suntikan insulin lagi. Tetapi Anda tetap harus waspada dan memantau kadar gula darah dengan saksama untuk memastikan Anda menerima dosis insulin yang tepat.
Pompa insulin sangat praktis dan dapat digunakan oleh semua penderita diabetes tipe 1, terutama yang sering mengalami kadar gula rendah. Alat ini juga belum digunakan secara luas di Indonesia karena harganya yang mahal.

Pemantauan Kadar Gula Darah 

Menjaga kadar gula darah agar tetap seimbang

Tujuan utama dari pengobatan diabetes adalah menjaga keseimbangan glukosa darah. Anda bisa melakukannya dengan pengobatan insulin dan pola makan sehat, tetapi untuk memastikan kadar gula darah yang normal, Anda membutuhkan pemeriksaan kadar gula darah secara rutin.
Beberapa faktor yang bisa memengaruhi kadar gula darah Anda adalah:
  • Stres.
  • Frekuensi dan intensitas olahraga.
  • Penyakit lain seperti pilek atau batuk.
  • Mengonsumsi obat lain.
  • Konsumsi minuman beralkohol.
  • Perubahan jumlah hormon selama menstruasi.
Pemeriksaan kadar gula darah sendiri dapat dilakukan lewat tes darah sederhana dengan tusukan kecil di jari. Tes ini umumnya dianjurkan bagi para penderita diabetes. Anda mungkin perlu melakukannya sebanyak empat kali atau lebih dalam sehari. Tipe pengobatan insulin yang Anda jalani akan memengaruhi frekuensi tes yang dibutuhkan. Dokter juga akan menjelaskan tentang kadar gula darah yang ideal.
Milligrams/deciliter (mg/dL) adalah satuan untuk kadar gula darah yang digunakan secara umum di Indonesia. Karena itu, Anda sebaiknya berhati-hati, memastikan satuannya terlebih dulu saat membeli alat tes glukosa darah dan mengetahui nilai rujukannya .

Pemeriksaan kadar gula darah secara teratur

Selain pemantauan sendiri yang dilakukan tiap hari, Anda dianjurkan untuk menjalani tes HbA1c setiap 2-6 bulan sekali. Proses ini akan menunjukkan keseimbangan kadar gula darah Anda serta tingkat keefektifan jenis pengobatan yang Anda jalani.

Metode Penanganan Hiperglikemia

Kadar gula darah yang terlalu tinggi (hiperglikemia) dapat terjadi karena beberapa sebab, misalnya porsi makan yang terlalu banyak, kondisi kesehatan yang menurun, atau dosis insulin yang kurang. Penyesuaian pola makan atau dosis insulin akan dibutuhkan penderita diabetes yang mengalami hiperglikemia. Dokter juga dapat membantu Anda untuk menemukan penyesuaian terbaik.
Hiperglikemia yang tidak diobati dapat menyebabkan komplikasi serius. Tubuh akan mengolah lemak dan otot sebagai sumber energi alternatif, serta meningkatkan kadar asam dalam darah (ketoasidosis diabetik).
Ketoasidosis diabetik sangat berbahaya dan dapat mengakibatkan penderita mengalamidehidrasi, muntah-muntah, kehilangan kesadaran, bahkan kematian. Karena itu, penderita diabetes yang mengalami hiperglikemia harus segera ditangani di rumah sakit. Penderita juga biasanya akan diberi infus untuk menambah cairan tubuh, seperti cairan saline dan potasium.

Metode Penanganan Hipoglikemia


Saat kadar gula darah Anda terlalu rendah, Anda akan mengalami hipoglikemia. Kondisi ini dapat terjadi pada semua penderita diabetes, tapi umumnya terjadi pada penderita diabetes tipe 1.
Beberapa gejala untuk hipoglikemia ringan adalah lemas, gemetaran, dan lapar. Kondisi ini bisa diatasi dengan mengonsumsi makanan atau minuman manis, misalnya minuman bersoda (bukan yang jenis diet), gula, atau kismis. Glukosa murni dalam bentuk tablet atau cair juga bisa dikonsumsi untuk mengatasi hipoglikemia secara cepat.
Hipoglikemia berat akan mengakibatkan penderita diabetes merasa linglung, mengantuk, bahkan kehilangan kesadaran. Penderita diabetes yang mengalami kondisi ini harus diberi suntikan glukagon (hormon yang dapat meningkatkan kadar gula darah dengan cepat) langsung pada otot atau vena.
Kehilangan kesadaran akibat hipoglikemia berarti hipoglikemia kemungkinan bisa kambuh lagi beberapa jam kemudian. Karena itu, beristirahatlah dan pastikan ada yang menemani Anda.
Anda akan membutuhkan pertolongan medis secepatnya dan suntikan glukagon lagi jika tetap merasa mengantuk atau tidak siuman selama 10 menit setelah menerima suntikan glukagon pertama pada otot.

Penanganan dengan Transplantasi Islet


Transplantasi islet juga mungkin dapat menolong sebagian penderita diabetes tipe 1. Dalam proses ini, sel islet diperoleh dari donor yang sudah meninggal dan ditranplantasikan ke dalam pankreas penderita diabetes tipe 1. Sel islet adalah jenis sel pankreas yang menghasilkan insulin.


Penanganan dengan Transplantasi Pankreas


Transplantasi pankreas bisa mengembalikan kemampuan pengendalian glukosa tubuh, khususnya bagi pengidap diabetes tipe 1 dengan kondisi yang fluktuatif atau memiliki kadar gula darah yang tidak stabil. Namun, prosedur ini berisiko tinggi karena membutuhkan proses imunosupresi yang lebih berbahaya dibanding terapi penggantian insulin sehingga hanya dianjurkan beserta atau setelah transplantasi ginjal.


Obat-obatan Lain untuk Mengurangi Risiko Komplikasi


Penderita diabetes tipe 1 memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami komplikasi, sepertipenyakit jantungstroke, dan penyakit ginjal. Karena itu dokter mungkin akan menyarankan obat-obatan berikut untuk mengurangi risikonya, seperti:
  • Statin untuk mengurangi kadar kolestrol tinggi.
  • Obat penurun tekanan darah tinggi.
  • Obat-obatan ACE inhibitor, seperti enalapril, lisinopril, atau ramipril, jika ada indikasi penyakit ginjal diabetik. Perkembangan penyakit yang ditandai dengan adanya protein albumin dalam urine ini bisa dikendalikan jika segera ditangani.
  • Aspirin dosis rendah untuk mencegah stroke.
Di samping penanganan medis, menerapkan gaya hidup sehat juga dapat membantu dalam menangani diabetes tipe 1. Contohnya dengan melakukan diet rendah karbohidrat, olahraga yang cukup, serta menghindari stres.


Komplikasi Diabetes Tipe 1


Kadar gula darah yang tinggi bisa menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah, saraf, dan organ tubuh. Karena itu, diabetes bisa memicu sejumlah komplikasi jika tidak dikendalikan dengan baik. Peningkatan kadar gula darah yang tidak signifikan dan tidak memicu gejala pun dapat mengakibatkan dampak jangka panjang.

Diabetes Retinopati


Diabetes dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah pada retina (retinopati). Pembuluh darah tersebut bisa tersumbat, bocor, atau tumbuh secara acak sehingga menghalangi cahaya untuk mencapai retina. Komplikasi ini dapat mengakibatkan kebutaan jika dibiarkan.
Memeriksakan mata Anda tiap tahun akan membantu pendeteksian dini retinopati sehingga dapat ditangani secepatnya.
Retinopati diabetik yang terdeteksi sejak dini dapat ditangani dengan operasi laser. Tetapi, prosedur ini hanya untuk mempertahankan daya penglihatan dan bukan menyembuhkan.

Diabetes Neuropati (Kerusakan Saraf)


Kelebihan glukosa darah dapat merusak pembuluh darah halus dan saraf. Hal ini dapat memicu sensasi kesemutan atau perih yang biasa berawal dari ujung jari tangan dan kaki, lalu menyebar ke bagian tubuh lain. Neuropati yang menyerang sistem pencernaan dapat menyebabkan mual, muntah, diare, atau konstipasi.
Sesuatu yang biasa terlambat kita sadari, yaitu kerusakan pada saraf atau terhambatnya aliran darah pada kaki bisa meningkatkan risiko terjadinya komplikasi kesehatan kaki. Jika dibiarkan, luka serta goresan kecil pada kaki penderita diabetes dapat berkembang menjadi infeksi serius.
Penderita yang telah mengalami kerusakan saraf sebaiknya mengecek kondisi kakinya tiap hari. Apabila terjadi perubahan, konsultasikanlah dengan dokter. Pemeriksaan kondisi kaki oleh dokter juga dianjurkan setidaknya sekali dalam setahun. Komplikasi pada kaki yang harus Anda waspadai adalah:
  • Luka yang tidak kunjung sembuh.
  • Kulit yang terasa panas saat disentuh.

Penyakit Jantung serta Stroke


Penderita diabetes memiliki risiko lima kali lebih tinggi untuk terkena penyakit jantung ataustroke. Kadar gula darah yang tidak seimbang dan dibiarkan cukup lama akan meningkatkan risiko atherosklerosis, yaitu penyempitan aliran pembuluh darah yang biasanya terjadi akibat akumulasi kolesterol. Komplikasi ini memiliki risiko-risiko berikut:
Menghambat aliran darah ke jantung dan menyebabkan serangan angina (dikenal dengan istilah angin duduk). Serangan angina diindikasikan dengan adanya sakit dada yang terasa menekan.
Menyebabkan serangan jantung atau stroke karena meningkatkan risiko penyumbatan pembuluh darah pada jantung atau otak.

Diabetes Nefropati (Kerusakan Ginjal)


Ginjal memiliki jutaan pembuluh darah halus yang menyaring limbah dari darah. Jika pembuluh darah halus tersebut tersumbat atau bocor, kinerja ginjal Anda akan menurun.
Kerusakan parah pada ginjal dapat menyebabkan gagal ginjal. Apabila mengalami gagal ginjal, Anda akan membutuhkan dialisis (cuci darah) atau bahkan transplantasi ginjal.

Disfungsi Seksual


Diabetes dapat merusak pembuluh darah halus serta saraf. Karena itu, para penderita diabetes pria (terutama yang merokok) dapat mengalami disfungsi ereksi. Gangguan ini biasanya dapat diatasi dengan obat-obatan.
Sementara, penderita diabetes wanita juga berpotensi mengalami gangguan disfungsi seksual, seperti kepuasan seksual yang menurun, kurangnya gairah seks, gagal mencapai orgasme, rasa sakit saat berhubungan intim, serta vagina yang kering. Penanganan pada penderita diabetes wanita yang mengalami kekurangan cairan vagina atau merasa sakit saat berhubungan intim dapat menggunakan pelumas atau gel.

Keguguran dan Lahir Mati pada Janin


Penyakit ini dapat membahayakan sang ibu maupun janin. Risiko keguguran dan kelahiran mati akan meningkat apabila diabetes ibu hamil tidak ditangani dengan saksama. Kadar gula darah yang tidak dijaga dengan baik pada masa awal kehamilan sang ibu juga bisa mempertinggi risiko cacat lahir.
Ibu hamil yang menderita diabetes dianjurkan untuk memeriksakan kondisi diabetesnya secara teratur ke rumah sakit atau klinik. Konsultasi rutin ini akan mempermudah dokter untuk memantau kadar gula darah sang ibu dan mengendalikan dosis insulin yang harus diberikan.


Pengertian Diabetes Tipe 2


Diabetes adalah penyakit kronis (menahun) yang terjadi ketika pankreas (kelenjar ludah perut) tidak memproduksi cukup insulin, atau ketika tubuh tidak secara efektif  menggunakan insulin. Diabetes biasa ditandai dengan kadar gula darah di atas normal. Sedangkan diabetes tipe 2 adalah diabetes yang disebabkan tubuh tidak efektif menggunakan insulin atau kekurangan insulin yang relatif dibandingkan kadar gula darah.




Penderita Diabetes Tipe 2 di Indonesia


Pada tahun 2015, penderita diabetes di Indonesia diperkirakan mencapai 10 juta orang dengan rentang usia 20-79 tahun (dikutip dari Federasi Diabetes Internasional). Namun, hanya sekitar separuh dari mereka yang menyadari kondisinya.
Hasil penelitian Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) dari Kementrian Kesehatan Indonesia pada tahun 2013, sekitar 12 juta penduduk Indonesia yang berusia di atas 15 tahun menderita diabetes tipe 2. Ini berarti 6,9 persen dari total penduduk usia di atas 15 tahun. Tapi hanya 26 persen saja yang sudah terdiagnosis, sedangkan sisanya tidak menyadari dirinya sebagai penderita diabetes tipe 2.

Penyebab Diabetes Tipe 2


Sel-sel dalam tubuh manusia membutuhkan energi dari gula (glukosa) untuk bisa berfungsi dengan normal. Yang biasanya mengendalikan gula dalam darah adalah hormon insulin. Insulin membantu sel mengambil dan menggunakan glukosa dari aliran darah. Jika tubuh kekurangan insulin yang relatif, artinya kadar gula darah sangat banyak akibat asupan berlebihan sehingga kadar insulin tampak berkurang; atau muncul resistensi terhadap insulin pada sel-sel tubuh, kadar gula (glukosa) darah akan meningkat drastis. Inilah yang memicu dan menjadi penyebab penyakit diabetes (diabetes melitus).
Diabetes tipe 2 biasanya terjadi pada orang-orang yang memiliki berat badan berlebih dan kurang gerak fisik. Biasanya pola hidup yang tidak aktif banyak memicu terjadinya penyakit ini. Itulah sebabnya diabetes tipe 2 sejak dahulu biasa ditemukan pada orang-orang dewasa. Tapi sekarang, jumlah penderita diabetes tipe 2 pada anak-anak juga mulai meningkat.

Gejala-gejala Diabetes


Gejala diabetes tipe 2 merupakan gejala klasik, artinya ini merupakan gejala yang selalu ada di dalam diabetes, baik tipe 1 maupun tipe 2. Di antaranya:
  • Sering buang air kecil, terutama di malam hari.
  • Sering merasa haus.
  • Rasa lapar yang bertambah sering.
Gejala lain yang bisa juga muncul pada diabetes tipe 2, antara lain:
  • Kelelahan.
  • Berkurangnya massa otot.
  • Turunnya berat badan.
  • Luka yang lambat sembuh atau sering mengalami infeksi.
  • Pandangan yang kabur.
Konsultasikanlah kepada dokter jika Anda merasakan gejala-gejala di atas sehinggadiagnosis serta pengobatan dini dapat dilakukan.


Pengobatan dan Komplikasi Diabetes Tipe 2


Meski diabetes tidak bisa disembuhkan, diagnosis dini sangat penting agar diabetes dapat segera ditangani. Pendeteksian dini memungkinkan kadar gula darah penderita diabetes untuk dikendalikan.
Tujuan pengobatan diabetes adalah untuk mempertahankan keseimbangan kadar gula darah dan mengendalikan gejala untuk mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. Mengubah gaya hidup juga bisa mengendalikan gejala-gejala diabetes tipe 2, misalnya dengan menerapkan pola makan sehat, teratur berolahraga, membatasi konsumsi minuman beralkohol, serta berhenti merokok.
Jenis diabetes ini merupakan penyakit yang progresif. Karena itu, penderita diabetes tipe 2 umumnya akan membutuhkan obat-obatan untuk menjaga keseimbangan kadar gula darahnya.
Diabetes dapat mengakibatkan sejumlah komplikasi jika diabaikan. Kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah, saraf, dan organ tubuh.

Diabetes yang Dialami Ibu Hamil


Diabetes juga bisa dialami oleh ibu hamil dan biasanya dikenal dengan istilah diabetes gestasional. Ini terjadi karena wanita yang hamil terkadang memiliki kadar gula darah yang melebihi normal tapi masih belum termasuk kadar gula pada diabetes, namun insulin juga tidak bisa mengendalikannya.
Diabetes gestasional dapat meningkatkan risiko komplikasi kesehatan pada ibu serta janin. Karena itu, sangat penting bagi penderita diabetes yang sedang hamil untuk menjaga keseimbangan kadar gula darahnya.


Gejala Diabetes Tipe 2


Gejala klasik diabetes tipe 2 sama dengan diabetes tipe 1, yaitu:
  • Sering buang air kecil, terutama di malam hari.
  • Sering merasa haus.
  • Rasa lapar yang bertambah.
Selain itu, gejala-gejala ini juga bisa menyertai gejala klasik, antara lain:
  • Turunnya berat badan.
  • Luka yang lambat sembuh atau sering mengalami infeksi.
  • Gatal-gatal.
  • Pandangan yang kabur.
  • Sering kelelahan.
Gejala-gejala ini timbul setelah gula darah meningkat di dalam darah selama beberapa waktu tertentu. Awalnya, gejala diabetes tipe 2 cenderung ringan. Oleh sebab itu, banyak penderitanya yang sering tidak menyadari bila mereka sudah mengidap penyakit ini.
Bila kadar gula darah terus meningkat dan menjadi terlalu tinggi (hiperglikemia), maka akan timbul:
  • Mulut kering dan merasa sangat haus.
  • Sering buang air kecil.
  • Infeksi yang sering kambuh, contohnya sariawan serta infeksi kandung kemih.
  • Pingsan.
  • Tekanan darah rendah.
Diagnosis dan pengobatan diabetes secara dini dapat mengurangi risiko komplikasi. Konsultasikanlah kepada dokter secepatnya jika Anda mengalami gejala diabetes.


Penyebab Diabetes Tipe 2


Diabetes tipe 2 terjadi pada saat organ pankreas dalam tubuh penderita tidak memproduksi relatif cukup insulin untuk mempertahankan kadar gula darah dalam batas normal. Penyebab lainnya adalah sel-sel tubuh yang menjadi kurang peka terhadap insulin atau yang dikenal dengan istilah resistensi terhadap insulin.
Kadar gula darah biasanya dikendalikan oleh hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas. Insulin berfungsi untuk memindahkan gula dari darah ke sel-sel tubuh yang akan mengubahnya menjadi energi.





Terdapat sejumlah faktor di balik kurangnya produksi insulin dalam diabetes tipe 2. Beberapa faktor risiko tersebut meliputi:
  • Faktor Usia. Risiko diabetes tipe 2 akan makin tinggi seiring bertambahnya usia. Ini mungkin dipicu oleh berat badan yang cenderung bertambah dan frekuensi olahraga yang berkurang saat kita makin tua. Diabetes jenis ini umumnya menyerang orang-orang yang berusia 40 tahun ke atas. Risiko orang beretnis Asia bahkan tinggi, yaitu pada usia 25 tahun ke atas.
  • Pengaruh Faktor KeturunanMemiliki anggota keluarga (terutama keluarga inti seperti ayah, ibu, dan saudara kandung) yang menderita diabetes juga akan meningkatkan risiko Anda. Risiko bagi anak-anak dengan ayah atau ibu penderita diabetes tipe 2 juga sepertiga lebih tinggi untuk terkena diabetes.
  • Dampak Berat Badan. Risiko diabetes tipe 2 lebih tinggi pada orang yang mengalami kelebihan berat badan dan obesitas. Mengukur pinggang untuk mengecek tumpukan lemak di bagian ini adalah cara tercepat untuk mengukur risiko diabetes Anda. Yang berisiko lebih tinggi adalah wanita dengan ukuran pinggang 80 cm atau lebih serta pria Asia dengan ukuran pinggang 90 cm atau lebih.
  • Faktor Etnis. Etnis Asia memiliki risiko diabetes tipe 2 yang lebih tinggi.
  • Pradiabetes, yaitu kondisi kadar gula darah yang selalu melebihi normal, tapi belum mencapai tahap diabetes. Jika Anda mengalami kondisi ini, maka risiko berkembang menjadi diabetes juga semakin meningkat.
  • Diabetes gestasional. Wanita yang pernah mengalami kondisi ini memiliki risiko mengidap diabetes tipe 2 yang lebih tinggi.


Diagnosis Diabetes Tipe 2


Diagnosis sejak dini sangat penting agar diabetes dapat ditangani secepatnya. Jika Anda mengalami gejala diabetes, Anda sebaiknya segera mengkonsultasikannya kepada dokter. Sejumlah pemeriksaan yang umumnya akan dianjurkan adalah sebagai berikut:


Tes HbA1c


Pemeriksaan ini akan menunjukkan kadar gula rata-rata dalam darah pasien selama periode 2-3 bulan terakhir. Tingkat HbA1c dengan angka 6,5% atau lebih akan menandakan pasien mengidap diabetes tipe 2. Tes ini juga dapat digunakan sebagai pemeriksaan awal  untuk orang yang berisiko mengidap diabetes.


Tes Toleransi Glukosa Oral


Tes ini berfungsi untuk mengevaluasi aktivitas insulin dalam tubuh. Sampel darah pasien diambil sebanyak dua kali untuk pemeriksaan glukosa puasa dan dua jam setelah makan.
Tes glukosa puasa akan dilakukan pada pagi hari setelah Anda berpuasa selama 8 jam, hanya air putih yang tetap diperbolehkan minum. Anda juga dianjurkan untuk tidak meminum obat-obatan tertentu yang dapat memengaruhi hasil tes. Sampel darah akan diambil menjelang akhir fase berpuasa.
Kemudian, Anda akan diminta untuk minum sirup yang mengandung 75 gram glukosa (gula). Tepat dua jam setelahnya, sampel darah Anda akan kembali diambil untuk tes glukosa guna mengevaluasi aktivitas insulin dalam tubuh.

Cara Mengetahui Hasil Tes Anda


Kadar gula Anda yang diketahui dari hasil tes toleransi glukosa oral akan menentukan apakah Anda menderita gangguan toleransi glukosa atau diabetes.
Milligrams/deciliter atau biasa disingkat mg/dL adalah satuan untuk kadar gula darah yang digunakan secara umum di Indonesia. Takaran gula darah yang normal adalah:
  • 80-100 mg/dL sebelum makan.
  • 80-144 mg/dL sesudah makan (diperiksa tepat dua jam setelah makan).
Sementara takaran gula darah penderita gangguan toleransi glukosa adalah:
  • 108-126 mg/dL sebelum makan.
  • 142-198 mg/dL sesudah makan (diperiksa tepat dua jam setelah makan).
Perubahan gaya hidup akan dianjurkan jika hasil tes menunjukkan Anda menderita gangguan toleransi glukosa. Dokter juga mungkin akan memberikan obat untuk menurunkan kadar gula darah Anda.
Sedangkan takaran gula darah bagi penderita diabetes adalah:
  • Lebih dari 126 mg/dL sebelum makan.
  • Lebih dari 198 mg/dL sesudah makan (diperiksa tepat dua jam setelah makan).
Jika hasil tes menunjukkan Anda menderita diabetes, dokter biasanya akan memberikan obat-obatan untuk menurunkan dan menjaga keseimbangan kadar gula darah Anda.


Pengobatan Diabetes Tipe 2


Kadar gula darah yang sangat tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah, saraf, dan organ tubuh. Diabetes termasuk penyakit kronis yang berkembang secara bertahap, hingga akhirnya bisa memicu sejumlah komplikasi jika tidak ditangani dengan baik. Berikut adalah sejumlah komplikasi yang umumnya dialami oleh penderita diabetes.
  • Penyakit kardiovaskular. Penderita diabetes memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena penyakit jantungstroke, aterosklerosis, dan tekanan darah tinggi.
  • Kerusakan saraf atau neuropati. Kadar gula darah yang berlebihan dapat merusak saraf dan pembuluh darah halus. Kondisi ini bisa menyebabkan munculnya sensasi kesemutan atau perih yang biasa berawal dari ujung jari tangan dan kaki, lalu menyebar ke bagian tubuh lain. Neuropati pada sistem pencernaan dapat memicu mual, muntah, diare, atau konstipasi.
  • Kerusakan pada organ kaki. Neuropati atau terhambatnya aliran darah pada kaki penderita diabetes berkemungkinan meningkatkan risiko komplikasi kesehatan kaki yang biasanya terlambat disadari. Sekitar 10 persen penderita diabetes mengalami infeksi serius akibat luka atau goresan kecil pada kaki. Gejala komplikasi kaki yang harus diwaspadai adalah pembengkakan, kulit yang terasa panas saat disentuh, serta luka yang tidak kunjung sembuh.
  • Kerusakan mata, khususnya retina. Retinopati muncul saat terjadi masalah pada pembuluh darah di retina yang dapat mengakibatkan kebutaan jika dibiarkan. Glaukoma dan katarak juga termasuk komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita diabetes.
  • Kerusakan ginjal. Ginjal memiliki jutaan pembuluh darah halus yang menyaring limbah dari darah. Jika pembuluh darah halus tersebut tersumbat atau bocor, kinerja ginjal Anda bisa menurun. Kerusakan parah pada ginjal dapat menyebabkan gagal ginjal yang membutuhkan dialisis (proses cuci darah) atau bahkan transplantasi ginjal.
  • Disfungsi seksual. Kerusakan pembuluh darah halus serta saraf pada para penderita diabetes pria (terutama perokok) dapat mengakibatkan disfungsi ereksi. Pada penderita diabetes wanita, komplikasi ini mungkin berupa kepuasan seksual yang menurun, kurangnya gairah seks, vagina yang kering, atau gagal mencapai orgasme.
  • Gangguan kulit. Diabetes akan membuat penderitanya rentan terkena penyakit kulit seperti infeksi jamur maupun bakteri.
  • Keguguran atau kelahiran mati. Kadar gula darah yang tinggi dapat membahayakan sang ibu dan janin. Risiko keguguran dan kelahiran mati akan meningkat jika diabetes gestasional tidak segera ditangani. Kadar gula darah yang tidak terjaga pada awal kehamilan juga bisa mempertinggi risiko cacat lahir. Ibu hamil yang menderita diabetes dianjurkan untuk memantau kadar gula darahnya secara teratur.


Komplikasi Diabetes Tipe 2


Kadar gula darah yang tinggi bisa menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah, saraf, dan organ tubuh. Pada akhirnya diabetes bisa mengakibatkan sejumlah komplikasi jika tidak ditangani dengan baik. Peningkatan kadar gula darah yang tidak signifikan dan meski tidak memicu gejala pun dapat mengakibatkan dampak secara jangka panjang.

Komplikasi yang Menyebabkan Penyakit Jantung dan Stroke


Penderita diabetes memiliki risiko lima kali lebih tinggi untuk terkena penyakit jantung ataustroke. Keseimbangan kadar gula darah yang dibiarkan tidak terjaga dalam waktu cukup lama bisa meningkatkan risiko aterosklerosis, yaitu penyempitan pembuluh darah yang biasanya terjadi akibat akumulasi kolesterol. Komplikasi ini memiliki risiko-risiko sebagai berikut:
Menyebabkan serangan jantung atau stroke karena peningkatan risiko penyumbatan pembuluh darah pada jantung atau otak.
Menghambat aliran darah ke jantung dan menyebabkan serangan angina (angin duduk). Serangan angina terindikasi dengan adanya sakit dada yang terasa menekan.

Komplikasi yang Menyebabkan Kerusakan Neuropati (Saraf)


Kadar gula darah yang berlebihan dapat merusak saraf dan pembuluh darah halus. Hal ini dapat menyebabkan sensasi kesemutan atau terbakar yang biasa berawal dari ujung jari tangan dan kaki lalu menyebar ke bagian tubuh lain. Selain itu, komplikasi saraf ini bisa membuat kaki menjadi mati rasa sehingga tidak terasa sakit saat terluka dan akhirnya mengakibatkan borok. Kerusakan saraf yang menyerang sistem pencernaan dapat menyebabkan rasa mual, muntah, diare, atau konstipasi.


Komplikasi yang Menyebabkan Kerusakan pada Organ Kaki


Kerusakan pada saraf atau terhambatnya aliran darah pada kaki penderita diabetes bisa meningkatkan risiko komplikasi kesehatan kaki yang biasanya terlambat disadari. Ada sekitar 10% penderita diabetes yang mengalami infeksi serius akibat luka atau sekadar goresan kecil pada kaki.
Penderita yang telah mengalami kerusakan saraf sebaiknya memeriksakan kakinya tiap hari dan mengkonsultasikan perubahan yang dirasakan kepada dokter. Komplikasi pada kaki yang harus Anda waspadai antara lain:
  • Pembengkakan.
  • Kulit yang terasa panas saat disentuh.
  • Luka yang tidak kunjung sembuh.
Periksakanlah kaki Anda kepada dokter secara rutin tiap tahun.


Komplikasi yang Menyebabkan Kerusakan Retina


Retinopati muncul saat terjadi masalah pada pembuluh darah di retina (jaringan pada mata yang sensitif terhadap cahaya) yang dapat mengakibatkan kebutaan jika dibiarkan. Pembuluh darah tersebut dapat bocor, tersumbat, atau tumbuh secara acak sehingga menghalangi cahaya untuk sampai ke retina.
Lakukanlah pemeriksaan mata secara rutin tiap tahun. Jika ada kerusakan serius, Anda akan dirujuk ke dokter spesialis mata agar dapat ditangani secepatnya. Keseimbangan kadar gula darah yang terjaga dengan baik juga bisa menurunkan risiko Anda.
Retinopati diabetik yang terdeteksi sejak dini dapat ditangani dengan operasi laser. Tetapi penanganan ini hanya bertujuan untuk mempertahankan daya penglihatan yang tersisa dan bukan untuk menyembuhkan.

Komplikasi yang Menyebabkan Kerusakan Ginjal


Ginjal memiliki jutaan pembuluh darah halus yang menyaring limbah dari darah. Jika pembuluh darah halus tersebut tersumbat atau bocor, kinerja ginjal Anda bisa menurun. Komplikasi ini biasanya juga berhubungan dengan tekanan darah tinggi. Sangatlah penting untuk memilih penanganan yang tepat.
Kerusakan parah pada ginjal bahkan dapat menyebabkan gagal ginjal. Jika Anda mengalami gagal ginjal, Anda membutuhkan dialisis (proses pengobatan yang meniru fungsi ginjal) atau bahkan transplantasi ginjal.

Komplikasi yang Menyebabkan Disfungsi Seksual


Kerusakan pembuluh darah halus serta saraf pada para penderita diabetes pria (terutama perokok) dapat mengakibatkan disfungsi ereksi. Gangguan ini biasanya dapat diatasi dengan obat-obatan.
Penderita diabetes wanita juga dapat mengalami gangguan disfungsi seksual, misalnya:
  • Kepuasan seksual yang menurun.
  • Kurangnya gairah seks.
  • Vagina yang kering.
  • Rasa sakit saat berhubungan intim.
  • Gagal mencapai orgasme.
Penderita diabetes wanita yang mengalami kekurangan cairan vagina atau merasa sakit saat berhubungan intim dapat menggunakan pelumas atau gel.


Keguguran dan Kelahiran Mati


Kadar gula darah yang tinggi dapat membahayakan sang ibu dan janin. Risiko kegugurandan kelahiran mati akan meningkat jika diabetes pada ibu hamil tidak ditangani dengan saksama. Kadar gula darah yang tidak dijaga dengan baik pada awal kehamilan juga bisa mempertinggi risiko cacat lahir.
Ibu hamil yang menderita diabetes dianjurkan untuk memeriksakan kondisi diabetesnya secara teratur kepada dokter spesialis obstetri, rumah sakit, atau klinik. Konsultasi rutin ini akan mempermudah dokter untuk memantau kadar gula darah sang ibu, termasuk mengendalikan dosis insulin yang harus diberikan, dan perkembangan janin.


▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
                                                                                                                              privatebundas.blogspot.com
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Electricity Lightning