Makkah Sekitar Maqam & Zamzam
Hijir Ismail
Dulu Hijir Ismail berbentuk lingkaran penuh tetapi pada zaman quraisy
terjadilah perbaikan dan terpotong separuh lingkarannya dengan demikian
disebut:Hathim yang artinya terpotong. Hijir yaitu tempat dimana
Ibarahim as meletakan istrinya Hajar dan putranya Ismail. Ia
memerintahkan Hajar untuk membuat bangsal di tempat itu. Ada pula yang
meriwayatkan bahwa nabi Ismail as dan ibunya dikubur di Hijir Ismail.
Banyak riwayat yang menjelaskan bahwa Hijir ismail atau Hathim ini
adalah bagian dari kabah (kira-kira 3 meter) oleh sebab itu tidak sah
thawaf seseorang jika hanya mengelilingi Ka’bah tapi harus juga
mengelilingi Hijir Ismail.
Dulu Hijir Ismail termasuk bagian dari Ka’bah, makanya saat thawaf
diharuskan mengelilinginya. Pada masa Quraisy Ka’bah mengalami
perombakan. Setelah dirombak, bangunan asli Ka’bah berobah dengan
bangunan yang dibangun oleh Nabi Ibrahim as dan mengalami penyempitan.
Penyempitan itu terjadi di daerah Rukun Syami, sehingga membuat Hijir
Ismail tidak lagi masuk dalam Ka’bah. Hijir Ismail seolah-olah berada di
luar bangunan Ka’bah dan bentuknya seperti yang kita lihat sekarang.
Hal ini dikuatkan melalui Hadits Rasulallah saw. Siti Aisyah ra. pernah
bertanya kepada rasulullah saw. mengenai dinding hijir ismail.Apakah ia
bagian dari rukun suci ini? Nabi menjawab: “betul”. Kemudian Aisyah
bertanya lagi: Mengapa mereka tidak memasukkan sekalian sisanya ke
kabah? Nabi menjawab:”sebab kaummu kekurangan dana.” (H.R. Nasa’i)
Pada zaman Abdullah bin Zubair menjadi penguasa Makkah, beliau
berkehendak mengembalikan Ka’bah sesuai dengan bentuk yang dibangun oleh
Nabi Ibrahim as. Setelah dimusyawaratkan dengan pemuka pemuka Makkah,
beliau melakukan hal tersebut, ia menghancurkan Ka’bah dan membangunnya
kembali. Ia memasukkan hijir Ismail (batu setengah lingkaran yang berada
di halaman Ka’bah) ke dalam bangunan Ka’bah, lalu membuat dua pintu
Ka’bah yang rata dengan tanah, satu arah timur dan satu arah barat.
Pada kekuasaan Abdul malik bin Marwan, ia memerintahkan Hajjaj bin
Yusuf Ats-tsaqafi untuk menutup pintu Ka’bah bagian barat yang dibuat
oleh Ibnu Zubair ra dan menghancurkan bangunan tambahan di Hijir Ismail
yang masuk ke dalam bangunan Ka’bah. Kemudian Hajjaj menutup pintu
Ka’bah bagian barat dan membongkar dinding ke arah Hijir ismail sehingga
terpisah dari Ka’bah. Demikianlah bentuk Ka’bah dibiarkan dalam posisi
sepeti itu sampai sekarang ini.
Menurut riwayat dari Aisyah ra. bahwasanya beliau berkata:”Aku ingin
sekali masuk ke kabah dan sholat didalamnya, lalu rasulullah saw.
menarik tanganku dan membawanya ke dalam hijir ismail, sambil
berkata:”Sholatlah di dalamnya jika engkau ingin masuk kabah, karena ia
merupakan bagian dari Ka’bah”
Setengah lingkaran Hijir Ismail membentang sepanjang 21,57 meter.
Garis tengah dari Rukun Hajar Iraqi dan Rukun Syami 11,94 meter, dan
dari dinding Ka’bah ke bagian dinding dalam 8,42 meter. Lebar kedua sisi
pintunya 2,29 meter, panjang dari pintu ke pintu 8,77 meter. Di dalam
Hijir Ismail yang kecil itulah orang berebutan masuk, shalat dan berdoa
meminta apa saja sesuai dengan hajat masing-masing. Konon do’a yang
paling mustajab di Hijir Ismail dilakukan di bawah talang air.
Sejak terpisahnya dari dari Ka’bah, Hijir Ismail mengalami perbaikan.
Dan orang yang pertama kali memperbaiki Hijir Ismail dengan memasang
marmer pada pilar Hijir adalah Abu Ja’far Manshur, khalifah Bani
Abbasiah, pada tahun 140 H. Demikian seterusnya Hijir Ismail mengalami
pembaharuan dari tahun ke tahun sampai sekarang ini.
Hijir Ismail, Tempat Mustajab untuk Berdoa
Hijir Ismail adalah lokasi sebelah utara Ka'bah
yang dibatasi tembok yang berbentuk setengah lingkaran. Disitulah Nabi
Ismail tinggal semasa hidupnya dan kemudian menjadi kuburan beliau dan
juga ibunya.
Ketika suku Quraisy memugar Ka'bah (606 M), mereka kekurangan dana untuk dapat membangun seukuran Ka'bah yang asli. Mereka mengurangi panjang tembok ke bagian utara sehingga Hijir Ismail semakin luas.
Oleh sebab itu, sebagian Hijir Ismail termasuk Ka'bah. Maka, orang yang melakukan tawaf harus mengitari Ka'bah dan Hijir Ismail. Tidak sah tawaf seseorang kalau ia mengitari Ka'bah dengan melewati gang antara Hijir Ismail dan Ka'bah.
Kalau seseorang ingin shalat didalam Ka'bah, cukup shalat di dalam Hijir Ismail ini. Seperti yang pernah diriwayatkan Siti Aisyah, "Aku pernah minta kepada Rasulullah agar diberi izin masuk Ka'bah untuk shalat didalamnya. Lalu, beliau membawa aku ke Hijir Ismail dan bersabda: Shalatlah di sini kalau ingin shalat di dalam Ka'bah karena Hijir Ismail ini termasuk bagian Ka'bah."
Shalat di Hijir Ismail adalah sunah yang berdiri sendiri. Dalam arti tidak ada kaitan dengan tawaf atau umrah atau haji atau ibadah lainnya. Jadi, sebaiknya kalau sudah selesai tawaf dan akan melakukan sa'i, shalatlah di Maqam Ibrahim, terus lakukanlah sa'i tanpa shalat di Hijir Ismail.
Kalau ada kesempatan lain baru lakukan shalat di Hijir Ismail dengan tenang. Karena Hijir Ismail ini juga termasuk tempat mustajab untuk berdoa, terutama yang persis di bawah pancuran (mizab).
Nabi Ismail terkenal dengan kisah sumur zamzam yang fenomenal. Ketika itu, Ismail ditinggalkan berdua dengan Siti Hajar oleh suaminya, Ibrahim AS, di salah satu tempat di Makkah. Kala itu, Makkah merupakan wilayah tandus tak berpenghuni karena tidak ada sumber mata air. Ibrahim meninggalkan Hajar dan Ismail karena harus melaksanakan perintah Allah.
Suatu saat, bekal kurma dan air yang ditinggalkan Nabi Ibrahim untuk istri dan anaknya habis. Si kecil Ismail terus menangis karena dahaga. Siti Hajar yang tak tega melihat putranya dalam keadaan seperti itu menjadi kebingungan.
Hajar berlari ke puncak Bukit Safa dan Marwah dengan harapan bisa melihat orang yang melintas dan meminta pertolongan. Tapi, hingga tujuh kali berlari, pulang-pergi dari puncak Safa dan Marwah tidak juga ditemui orang yang melintas. Terkait kejadian itu, HR Ibnu Abbas menyebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: Itulah (asal mula) sai yang dilakukan sekarang antara Safa dan Marwah.”
Terakhir, ketika kembali ke Bukit Marwah, Siti Hajar berdoa, "Berikanlah pertolongan kepadaku jika engkau mempunyai kebaikan.” Saat itulah terlihat malaikat Jibril. Selanjutnya, malaikat Jibril mengais tanah dengan tumit kakinya. Tapi, dalam riwayat lain, disebutkan dengan sayapnya. Di tempat Jibril itu terpancarlah air. Demikianlah kisah sumber air zamzam
Ketika suku Quraisy memugar Ka'bah (606 M), mereka kekurangan dana untuk dapat membangun seukuran Ka'bah yang asli. Mereka mengurangi panjang tembok ke bagian utara sehingga Hijir Ismail semakin luas.
Oleh sebab itu, sebagian Hijir Ismail termasuk Ka'bah. Maka, orang yang melakukan tawaf harus mengitari Ka'bah dan Hijir Ismail. Tidak sah tawaf seseorang kalau ia mengitari Ka'bah dengan melewati gang antara Hijir Ismail dan Ka'bah.
Kalau seseorang ingin shalat didalam Ka'bah, cukup shalat di dalam Hijir Ismail ini. Seperti yang pernah diriwayatkan Siti Aisyah, "Aku pernah minta kepada Rasulullah agar diberi izin masuk Ka'bah untuk shalat didalamnya. Lalu, beliau membawa aku ke Hijir Ismail dan bersabda: Shalatlah di sini kalau ingin shalat di dalam Ka'bah karena Hijir Ismail ini termasuk bagian Ka'bah."
Shalat di Hijir Ismail adalah sunah yang berdiri sendiri. Dalam arti tidak ada kaitan dengan tawaf atau umrah atau haji atau ibadah lainnya. Jadi, sebaiknya kalau sudah selesai tawaf dan akan melakukan sa'i, shalatlah di Maqam Ibrahim, terus lakukanlah sa'i tanpa shalat di Hijir Ismail.
Kalau ada kesempatan lain baru lakukan shalat di Hijir Ismail dengan tenang. Karena Hijir Ismail ini juga termasuk tempat mustajab untuk berdoa, terutama yang persis di bawah pancuran (mizab).
Nabi Ismail terkenal dengan kisah sumur zamzam yang fenomenal. Ketika itu, Ismail ditinggalkan berdua dengan Siti Hajar oleh suaminya, Ibrahim AS, di salah satu tempat di Makkah. Kala itu, Makkah merupakan wilayah tandus tak berpenghuni karena tidak ada sumber mata air. Ibrahim meninggalkan Hajar dan Ismail karena harus melaksanakan perintah Allah.
Suatu saat, bekal kurma dan air yang ditinggalkan Nabi Ibrahim untuk istri dan anaknya habis. Si kecil Ismail terus menangis karena dahaga. Siti Hajar yang tak tega melihat putranya dalam keadaan seperti itu menjadi kebingungan.
Hajar berlari ke puncak Bukit Safa dan Marwah dengan harapan bisa melihat orang yang melintas dan meminta pertolongan. Tapi, hingga tujuh kali berlari, pulang-pergi dari puncak Safa dan Marwah tidak juga ditemui orang yang melintas. Terkait kejadian itu, HR Ibnu Abbas menyebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: Itulah (asal mula) sai yang dilakukan sekarang antara Safa dan Marwah.”
Terakhir, ketika kembali ke Bukit Marwah, Siti Hajar berdoa, "Berikanlah pertolongan kepadaku jika engkau mempunyai kebaikan.” Saat itulah terlihat malaikat Jibril. Selanjutnya, malaikat Jibril mengais tanah dengan tumit kakinya. Tapi, dalam riwayat lain, disebutkan dengan sayapnya. Di tempat Jibril itu terpancarlah air. Demikianlah kisah sumber air zamzam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar