Senin, 08 Agustus 2016

Makna Tadabbur al-Qur`an


"Apa yang dimaksud dengan tadabbur al-Qur`an? Dan apa manfaatnya ?"




Allah SWT. berfirman :

كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَ‌كٌ لِّيَدَّبَّرُ‌وا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ‌ أُولُو الْأَلْبَابِ

Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka mentadabburi (memperhatikan) ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran. (QS. Shad [38]: 29).

Dalam tafsirnya tentang ayat ini, al-Sa’di menjelaskan bahwa dalam al-Qur`an ini terdapat kebaikan dan ilmu yang sangat banyak. Di dalamnya terdapat petunjuk dari kesesatan, obat dari penyakit, cahaya untuk menerangi kegelapan, setiap hukum yang diperlukan manusia dan dalil yang tegas tentang segala yang diinginkan sehingga menjadikannya semulia-mulia kitab yang diturunkan Allah SWT.

Selanjutnya beliau menjelaskan bahwa hikmah diturunkannya al-Qur`an ini adalah agar manusia mentadabburi ayat-ayatnya, menggali ilmunya dan merenungkan rahasia dan hikmah-hikmahnya. Hanya dengan mentadabburi ayat-ayatnya, merenungkan maknanya serta memikirkannya secara terus menerus seseorang akan mendapatkan berkah dan kebaikan yang ada dalam al-Qur`an.

Kita harus menyadari bahwa al-Qur`an itu adalah kitab yang penuh berkah dan mengandung mutiara-mutiara yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia di dunia dan akhirat. Tetapi untuk dapat meriah mutiara dalam al-Qur`an itu hanya dapat dilakukan dengan cara mentadabburinya. Karena tadabbur itulah cara berinteraksi dengan al-Qur`an yang diinginkan oleh al-Qur`an sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah SWT.

Orang yang ingin meraih mutiara al-Qur`an, tapi tidak mau mentadabburi ayat-ayatnya maka ia ibarat orang yang ingin mendapatkan mutiara dari dasar lautan, tetapi ia hanya berdiri di tepi pantai menikmati pasir putih, debur ombak, terbit dan tenggelamnya matahari. Kalau itu yang ia lakukan tentu ia tidak akan pernah sampai kapanpun mendapatkan mutiara yang ia inginkan.

Secara bahasa tadabbur berarti melihat dan memperhatikan kesudahan segala urusan dan bagaimana akhirnya. al-Alusi dalam tafsirnya Ruh al-Ma’ani menjelaskan bahwa pada dasarnya tadabbur itu berarti memikirkan secara mendalam kesudahan sesuatu urusan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya.
Ibnu al-Qayyim juga menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan mentadabburi suatu perkataan adalah melihat dan memperhatikan perkataan itu dari awal dan akhir perkataan kemudian mengulang-ngulangi hal itu.

Dapat juga dikatakan bahwa tadabbur adalah proses berfikir mendalam dan menyeluruh yang dapat menghubungkan ke pesan paling akhir sebuah perkataan, dan mencapai tujuan maknanya yang terjauh.
Adapun yang dimaksud dengan tadabbur al-Qur`an adalah menggunakan ketajaman mata hati lewat proses perenungan mendalam secara berulang-ulang agar dapat menangkap pesan-pesan al-Qur’an yang terdalam dan mencapai tujuan maknanya yang terjauh.

Ibnu al-Qayimm dalam kitabnya al-Fawaid mengatakan, “Jika engkau ingin mengambil manfaat dari al-Qur`an maka pusatkanlah hatimu ketika membaca dan mendengarkannya, fokuskanlah pendengaranmu dan hadirlah seperti seseorang yang sedang diajak bicara oleh Allah SWT. dengan al-Qur`an itu karena ia merupakan perkataan Allah SWT. kepadamu melalui lisan Rasul-Nya.

Dan tadabbur al-Qur`an itu haruslah mengandung tujuan untuk mengambil manfaat dan mengikuti apa yang terkandung dalam al-Qur`an itu karena tujuan dari membaca dan mentadabburi ayat-ayat al-Qur`an itu adalah untuk mengamalkan dan berpegang pada isi kandungannya.

Syaikh Abdurrahman Habannakah menegaskan bahwa tujuan tadabbur bukanlah sekedar kemewahan ilmu, atau bangga dengan pencapaian pengetahuan, atau mampu untuk mengungkapkan makna untuk disombongkan, tetapi tujuan dari pemahaman itu adalah untuk mengingatkan dan mendapat pelajaran serta beramal sesuai dengan ilmu yang didapat, dan pelajaran inilah yang dimaksud dalam ayat yang tidak akan didapat kecuali oleh ulul albab (orang-orang yang mempunyai fikiran).

Ibnu taimiyyah mengatakan, “Barangsiapa yang mentadabburi al-Qur`an demi untuk mendapatkan pentunjuk darinya, maka akan jelas baginya jalan kebenaran”.

Dalam tafsirnya, Ibnu Katsir menyebutkan perkataan Hasan al-Basri tentang ayat ini, dimana beliau menegaskan, “Demi Allah! Tadabbur al-Qur`an itu bukanlah dengan menghafal huruf-hurufnya, tetapi mengabaikan batasan-batasan hukumnya, sehingga ada yang mengatakan, “Aku telah membaca al-Qur`an seluruhnya, namun al-Qur`an itu tidak nampak dalam akhlak dan amal perbuatannya.

Disamping untuk meraih mutiara-mutiara hikmah yang terkandung dalam al-Qur`an untuk kita amalkan dan kita jadikan sebagai pegangan dalam kehidupan. ada dua manfaat lain dari tadabbur al-Qur`an ini. Pertama, agar dapat merasakan bahwa al-Qur`an adalah sungguh-sungguh berasal dari Allah SWT. dan tidak menemukan kontradiksi antara al-Qur`an dengan hatinya, antara al-Qur`an dengan kenyataan dan antara satu ayat dalam al-Qur`an dengan ayat lainnya. Allah SWT. berfirman :

أَفَلَا يَتَدَبَّرُ‌ونَ الْقُرْ‌آنَ ۚ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِندِ غَيْرِ‌ اللَّـهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرً‌ا

Maka apakah mereka tidak mentadabburi (memperhatikan) Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. (QS. al-Nisa` [4]: 82).
Kedua, tadabbur al-Qur`an dapat membuka qalbu yang terkunci, karena qalbu adalah alat paling utama untuk menangkap pesan-pesan al-Qurán.

أَفَلَا يَتَدَبَّرُ‌ونَ الْقُرْ‌آنَ أَمْ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا

Maka apakah mereka tidak mentadabburi (memperhatikan) Al Quran ataukah hati mereka terkunci? (QS. Muhammad [47]: 24).

Semoga kita dapat menggunakan waktu kita dengan sebaik-baiknya untuk memperbanyak mentadabburi ayat-ayat al-Qur`an agar kita mendapatkan mutiara-mutiara yang terkandung dalam al-Qur`an dengan tujuan untuk kita amalkan dan kita jadikan sebagai petunjuk atau pelita untuk menerangi jalan kehidupan kita amienn..

Wallahu a’lam bish shawab..


Baca juga ; 17 Keutamaan Membaca Alqur'an Setiap Hari

Minggu, 07 Agustus 2016

KUMPULAN DO'A PARA NABI














Perkara Yang Dapat Membatalkan Syahadat


20 Perkara yang Membatalkan Syahadat 

 

أشهد أن لا اله الا الله وأشهد ان محمد رسول الله
Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasul (utusan) Allah.


Kalimat syahadat merupakan kalima yang menjadi "modal" pertama untuk menjadi seorang muslim. Bahkan kalimat ini menjadi rukun Islam pertama.

Hal apa sajakah yang membuat kalimat ini menjadi batal ?

 
1. Bertawakal dan bergantung kepada selain Allah.

 

Hal ini berdasarkan firman Allah pada Surat Al-Maidah ayat 23:
"Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman" (QS. Al-Maidah: 23)


Dalil ini berpedoman pada pengertian Laa Ilahaillallah yang maknanya antara lain tidak akan memohon ketenangan dan kekuatan kepada selain Allah SWT. Tawakkal bukan berarti pasrah tanpa usaha. Bahkan Allah SWT menyuruh kita untuk bekerja dan berusaha. Akan tetapi kita dilarang untuk menggantungkan hidup pada pekerjaan itu. Kita harus mengiringi usaha dan pekerjaan kita dengan keyakinan bahwa hanya Allah SWT sang Pemberi rizki.


Jelasnya, bergantung kepada sebab dan melupakan bahwa yang mengizinkan sebab itu berproses adalah Allah, adalah maksiat dan bergantung kepada sebab dan disertai keyakinan bahwa sebab-sebab itu tidak ada hubungannya dengan Allah SWT adalah syirik yang dapat menghancurkan syahadatain.
 

 2. Mengingkari nikmat Allah,
 

Nikmat Alloh itu meliputi yang tidak terlihat maupun yang terlihat. Nikmat Alloh ini suaaangggatttt banyak sekali, bahkan kalau Air laut sebagai tinta dan pohon sebagai penanya maka sesungguhnya kita tak akan bisa menghitung nikmat Alloh yang luar biasa banyak.

Salah satu keyakinan yang harus dimiliki oleh seseorang yang mengucapkan syahadatain adalah meyakini bahwa Allah SWT Maha Pemberi nikmat karena segala nikmat itu datangnya dari Allah, seperti yang Allah firmankan pada Surat Ibrahim ayat 34:
"Dan Ia beri kepada kamu tiap-tiap apa yang kamu minta; dan jika kamu hitung nikmat-nikmat Allah, kamu tidak bisa jumlahkan dia tetapi manusia itu zalim, tidak berterima kasih." (QS Ibrahim: 34)
 

3. Bekerja atau berkhidmat dengan tujuan karena selain Allah.
 

Hal ini sangat tidak disukai Allah berdasarkan firman-Nya: "Katakanlah: "Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku adalah karena Allah, Tuhan bagi sekalian mahluk." (QS. Al-An'am: 162)
Berdasarkan ayat tersebut terdapat penegasan bahwa tidak ada ibadah atau penghambaan yang disembah kecuali Allah SWT. Tidak ada peribadatan yang dipersembahkan kecuali hanya untuk Allah SWT dan karena-Nya.
Pengertian ibadah di sini tidak hanya terbatas pada masalah-masalah shalat, zakat, puasa, dan haji, tetapi mencakup semua pekerjaan yang dilakukan di atas syariat yang ditujukan dan diperuntukkan karena Allah SWT juga termasuk ibadah.
 

4. Membuat undang-undang menurut kemauan manusia,
 

Bukan menurut kehendak dan ketentuan yang telah digariskan oleh Allah.

Perbuatan ini termasuk melawan Allah SWT karena Allahlah yang mempunyai hak menetukan undang-undang bagi kehidupan manusia, halal dan haram, peraturan hidup, kehakiman, dan segala perintah serta larangan. Hal ini diperkuat dalam firman Allah Surat Al-A'raf ayat 54" "Bukankah pembikinan dan kekuasaan itu kepunyaan-Nya ? Maha Tinggi Allah, Pengurus Sekalian Mahluk." (QS. Al-A'raf: 54) 

5. Memfokuskan segala ketaatan kepada selain Allah SWT dengan cara yang tidak dikehendaki-Nya.
 

Salah satu makna Laa Ilahaillallah adalah bahwa tidak ada yang dipatuji selain Allah. Maka taat yang dibenarkan dan dikehendaki oleh Allah SWT adalah ketaatan kepada Rasul-Nya karena apabila ia menaati Rasul berarti menaati Allah SWT. Firman Allah: "Hai orang-orang yang beriman! Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul dan kepada orang-orang yang berkuasa dari antara kamu. Maka sekiranya kamu berbantahan di satu perkara, hendaklah kamu kembalikan kepada Allah dan Rasul jika kamu beriman kepada Allah dan Hari kemudian. Yang demikian itu sebaik-baik dan sebagus-bagus takwil." (QS. An-Nisa: 59)  
6. Menjalankan hukum selain dari hukum Allah atau tidak menggunakan hukum Allah sebagai rujukan dalam semua masalah.
 

Ini berdasarkan firman Allah SWT dalam Surah Al-maidah ayat 44:
"Karena barangsiapa tidak menghukum dengan apa yang diturunkan oleh Allah, maka (adalah) mereka itu orang-orang yang kafir." (QS. Al-Maidah: 44) 


7. Merasa benci atau menantang salah satu kandungan ajaran Islam, atau membenci seluruh ajaran Islam.
 

Menentang dalam segala aspek seperti membenci hukum syariah ( kebanyakan orang jaman sekarang ), politik islam, muamalat, sistem perekonomian Islam. 

Masih gak percaya kalau sistem ekonomi dan ajaran islam paling benar ??? Coba kita mengngat masa lalu ketika andalusia masih dipegang kekuasaan kaum muslimin. Islah,  Yahudi, Kristen hidup damai bukan ?? namun ketika pasukan kristen memukul mundur Islam di Granada, Spanyol. Apa yang terjadi ?? ribuan orang non kristen dibaptis secaara paksa.!!!

Hal ini berdasarkan firman Allah SWT:

"Dan orang-orang yang tidak percaya, maka kecelakaanlah bagi mereka, dan Dia tidak anggap amal-amal mereka. Yang demikian karena mereka benci kepada apa-apa yang diturunkan oleh Allah; lantaran itu, Allah gugurkan amal-amal mereka." (QS. Muhammad: 8-9) 

8. Mencintai kehidupan dunia melebihi kecintaannya terhadap akhirat 

Kehidupan dunia sebenarnya hanyalah sebentar palin cuma maximal 90 tahun - 100 tahun tapi kehidupan akhirat selama lamanya. Jadi kita harus lebih mementingkan kehidupan akhirat dan jangan gila dunia.
Hal ini berdasarkan firman Allah SWT dalam Surat Ibrahim ayat 2 dan 3: "Allah itu ialah (Tuhan) Yang kepunyaan-Nyalah apa-apa yang ada di langit dan di bumi; dan kecelakaan dari azab yang pedih, adalah bagi orang-orang kafir. (Yaitu) orang yang lebih menyukai kehidupan akhirat dan menghalang-halangi manusia dari jalan Allah dan menginginkan agar jalan Allah itu bengkok. Mereka itu berada dalam kesesatan yang jauh." (QS. Ibrahim: 2-3).
Selain itu Allah SWT juga menerangkan balasan bagi orang-orang yang lebih mementingkan dunia dan melupakan Allah, Rasul, dan jihad fi sabilillah.
"Katakanlah: "Jika bapak-bapak kamu dan anak kamu dan saudara-saudara kamu dan istri-istri kamu dan keluarga kamu dan harta benda yang kamu dapati dan perdagangan yang kamu takuti mundurnya dan tempat-tempat tinggal yang kamu sukai itu lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan bersungguh-sungguh di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah datangkan urusan-Nya, karena Allah tidak akan pimpin kaum yang melewati batas." (QS. At-Taubah: 24)


 9. Menghina salah satu isi Al-Qur'an atau as-Sunnah 

Termasuk dalam kategori yang membatalkan syahadatain ialah menghina atau mengejek hukum-hukum Al-Qur'an misalnya dengan mengatakan bahwa hukum-hukum tersebut sudah kuno. Juga menghina orang-orang yang menegakkan sholat, atau merendahkan pelajaran agama dan para pelajarnya.  

10. Menghalalkan apa yang diharamkan Allah atau sebaliknya.
 

Seperti menghalalkan Pacaran ( sudah lazim dilingkungan kita ) ataupun yang lainya. Hal ini sangat dilarang kaena hukum Alloh bersifat mutlak, yang haram ya haram, yang halal ya halal. Tak bisa diganggu gugat.
Perbuatan ini merupakan suatu kebohongan yang paling besar seperti yang firmankan oleh Allah SWT: "Dan janganlah kamu ucapkan dusta yang disifatkan oleh lidah-lidah kamu: "Ini halal dan itu haram," untuk kamu ada-adakan dusta atas nama Allah; sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan dusta atas nama Allah tidak akan bahagia. (Yaitu) perhiasan yang sedikit, tetapi bagi mereka ada azab yang pedih." (QS. An-Nahl: 116-117)  

11. Tidak beriman dengan seluruh sumber-sumber hukum dari Al-Qur'an dan Sunnah.
 

Salah sat bukti islam nya seseorang ialah beriman kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah. Karena 2 ini yang merupakan penuntun jalan kita agar selamat di yaumul akhir kelak.
Hal ini berdasarkan firman Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah ayat 85: "Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al-Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain ? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat."
(QS. Al-Baqarah: 85)
 


12. Mengangkat orang-orang kafir dan munafiqin sebagai pemimpin 

Ini sangat menjamur dalam kehidupan kita. Dimana kita sudah biasa melihat gubernur non muslim maupun bupati non musim yang terpilih menjadi pemimpin. 

Larangan ini didasarkan pada firman Allah SWT pada Surat Al-Maidah ayat 57: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) diantara orang-orang yang telah diberi Kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman." (QS. Al-Maidah: 57)
 


13. Tidak beradab dalam bergaul dengan Rasulullah saw.

Termasuk kategori ini adalah orang yang suka mengejek Rasululloh baik itu melalui tulisan ataupun perkataan. Contohnya mengejek fisik nabi, Banyaknya istri nabi yang dimiliki, Mengejek risalah yang dibawanya ataupun lain sebagainya.
 
Hal ini diterangkan oleh Allah dalam Surat Al-Hujurat ayat 2:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dan jangnlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebahagian kamu terhadap sebahagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu sedangkan kamu tidak menyadari." (QS. Al-Hujurat: 2)


14. Rasa takut dan lemah hati dalam menegakkan Tauhid dan merasa senang dan terbuka dalam menegakkan syirik.
 

Alloh jelas jelas melarang kita untuk menegakkan syrik dan mewajibkan untuk bertauhid kepada-Nya.  Hal ini ditegaskan Allah dalam Al-Qur'an Surat Az-Zumar ayat 45: "Dan apabila hanya nama Allah saja yang disebut, kesallah hati orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat; dan apabila nama sembahan-sembahan selain Allah yang disebut, tiba-tiba mereka bergirang hati." (QS. Qz-Zumar: 45)  

15. Menyatakan bahwa dalam Al-Qur'an terdapat pertentangan antara ayat yang zahir dengan isi yang terkandung di dalamnya.

Al-Qur'an merupakan kitab terakhir yang diturunkan Alloh melalui nabinya. Kitab ini juga dijamin kebenaranya. Maka dengan begitu kita harus percaya kepada semua isi kandungan yang ada dalam Al-Qur'an  

16. Tidak mengenal Allah dengan pengenalan yang benar dan jelas 

Serta mengingkari sifat-sifat ketuhanan-Nya atau mengingkari nama-nama-Nya.
Seseorang yang tidak menganggap Alloh tidak memiliki kekurangan past masuk dalam golongan ini.

Padahal Alloh sudah berfirman berfirman: "Hanya milik Allah asmaul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan asmaul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam menyebut nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Al-A'raf: 180)

17. Tidak mengetahui atau mengenal Rasulullah secara benar
Sebagai muslim, wajib hukumnya untuk mengenal Rasullullah. Kita tidak boleh menghina rasul karena beliau merupakan suri tauladan yang baik.

Alloh Telah berfirman :
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah."
(QS. Al-Ahzab: 21)


18. Mengkafirkan orang yang mengucapkan dua kalimah syahadat 
Hal ini juga mencakup orang yang tidak mengkafirkan orang yang sudah jelas2 kafir


19. Mengerjakan suatu ibadat bukan karena Allah
Dalam Islam, kita diwajibkan untuk beribadah hanya karena Alloh. Kita dilarang untuk melakukan ibadah untuk orang lain, Jin ata lain sebagainya. Contohnya menyembelih hewan buat sesajen. 
Alloh telah mengingatkan hal ini dalam firmanya yang berbunyi : 
"Katakanlah: "Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, matiku adalah karena Allah, Rabb sekalian mahluk." (QS. Al-An'am: 162)


20. Terlibat Riya (kegiatan hidupnya ingin pujian manusia).
Riya merupakan sebuah keiasaan yang dibenci Alloh. Sebenarnya Riya ini termasuk kedalam kelompok syirik kecil. Namun apabila dilakakukan secara terus menerus mungkin syahadat kita bisa batal.

Sabtu, 06 Agustus 2016

Para Malaikat Pendamping Dan Penjaga Manusia

Subhanallah, Inilah Para Malaikat Pengiring Dan Penjaga Manusia



 

Pada hakikatnya, manusia adalah makhluk yang rapuh. Jika manusia tidak dianugerahi oleh Allah dengan akal yang aktif, maka spesies manusia tidak akan pernah bertahan hidup. Allah SWT mengirimkan malaikat penjaga dan tak lupa malaikat pencatat amal baik-buruk agar dikiamat kelak manusia dimintai pertanggungjawaban atas anugerah yang diterimanya.

1. Malaikat Hafadzah (penjaga)

Dalam hadits qudsi, Allah menerangkan peristiwa pengadilan pada hari kiamat kelak dan menyebut keberadaan malaikat hafadzah ini sebagai salah satu pencatat amalan manusia. Hadits tersebut adalah sebagai berikut:

Dari Abdullah bin Amr bin Ash, ia berkata: Rasulullah pernah bersabda: “Sesungguhnya Allah akan membersihkan salah seorang umatku atas para kepala makhluk pada Hari kiamat. Lalu Allah menebarkan sembilan puluh sembilan catatannya. Setiap catatan seperti pandangan mata. Kemudian Dia berfirman: ‘Apakah kamu mengingkari hal ini barang sedikit? Apakah tukang catat-Ku Malaikat Hafadzah menganiaya kamu?’ ia menjawab ‘Tidak wahai Tuhan.’ Dia berfirman “Baiklah kamu mempunyai kebaikan. Sesungguhnya pada hari ini tidak ada penganiayaan atasmu.’ Maka dikeluarkan secarik kertas yang didalamnya terdapat lafazh syahadat. Dia berfirman: ‘Datangkan timbanganmu.’ Ia menjawab: ‘Wahai tuhanku, apakah artinya secarik kertas ini dibandingkan dengan catatan-catatan ini? Dia berfiman ‘Sungguh kamu tidak didzhalimi.’ Beliau bersabda ‘ catatan itu diletakan pada sebuah piringan neraca dan secarik kertas itu berat, karena tidak ada sesuatu yang mempunyai timbangan berat dibandingkan dengan sesuatu yang bersama nama Allah.’” (HR. At-Tirmidzi)

Maka teranglah bagi kita tentang keberadaan malaikat ini. Maka sebaiknya lebih berhati-hati lagi dalam bertindak karena kita dijaga oleh malaikat penjaga.

2. Malaikat Muaqqibaat (malaikat yang mengikuti)

Keberadaan malaikat ini sebagaimana telah dikabarkan dalam ayat berikut ini:
“Sama saja (bagi Tuhan), siapa di antaramu yang merahasiakan ucapannya, dan siapa yang berterus terang dengan ucapan itu, dan siapa yang bersembunyi di malam hari dan yang berjalan (menampakkan diri) di siang hari. Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS. Ar Ra’ad 10 -11)

Dari teks ayat tersebut dijelaskan bahwa konteks “mengikuti”nya adalah di muka dan di belakang. Mereka menjaga sisi depan dan belakang manusia. Istilah atau penamaan malaikat ini dengan nama muaqqibaat  adalah merujuk pada bunyi ayat tersebut, yakni pada kata “lahu muaqqibaatun”

3. Malaikat pencatat amal (Raqib, Atid dan Mutalaqqiyan)

Keberadaan malaikat Raqib dan Atid merujuk kepada firman Allah:

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya, (Yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (Qaf: 16-18)

Penamaan raqib dan atid merujuk pada istilah pengawas yang dipakai oleh Allah dalam ujung ayat 18 tersebut yakni “illa ladaihi raqibun atidun.” Sesungguhnya ada sebuatan yang lain bagi para malaikat pencatat amal yakni malaikat Mutalaqqiyan. Keberadaan mereka merujuk kepada surah Qaf: 17.

Apakah malaikat raqid-atid dan mutalaqqiyan adalah malaikat yang sama? Menurut penulis mereka bertiga adalah malaikat yang berbeda. Alasannya, pada ayat yang menyebutkan Raqib dan Atid, Allah memberikan keterangan bahwa tugas mereka adalah pencatat amal yang terkait apa yang diucapkan oleh manusia lihat ayat 18 surat Qaf diatas. Sementara malaikat muatalaqqiyan  bersifat lebih umum. Yakni melengkapi semua amal perbuatan manusia. Wallahua’alam.

Tentang bagaimana malaikat-malaikat pencatat ini bertugas, rasulullah bersabda; “Allah berfirman (kepada malaikat pencatat amal): ‘Bila hamba-Ku berniat melakukan perbuatan jelek, maka janganlah kalian catat sebagai amalnya. Jika ia telah mengerjakannya, maka catatlah sebagai satu keburukan. Dan bila hamba-Ku berniat melakukan perbuatan baik, lalu tidak jadi melaksanakannya, maka catatlah sebagai satu kebaikan. Jika ia mengamalkannnya, maka catatlah kebaikan itu sepuluh kali lipat.”

Dalam hadits lain, ada penjelasan tentang kedudukan keduanya, “(Malaikat) penulis kebaikan berad di sebelah kiri seseorang dan (Malaikat) penulis keburukan berada di sebelah kiri seseorang. (Malaikat) penulis kebaikan lebih berkuasa atas (Malaikat) penulis keburukan. Jika seseorang melakukan kebaikan, maka penjaga disebelah kanan akan menuliskannya sepuluh. Jika melakukan keburukan, maka penjaga disebelah kanan berkata kepada penjaga disebelah kiri, ‘Biarkan dulu selama tujuh jam, barangkali dia akan bertasbih atau beristighfar.” (Diriwayatkan  Al-Baghawi dari Abu Umamah)

Ada beberapa situasi yang tidak diikuti atau dicatat oleh para malaikat pencatat, perhatikan hadits berikut ini:

Dari Aisyah bahwa nabi pernah bersabda: “Pena diangkat dari tiga orang, yaitu: orang tidur hingga ia bangun, anak kecil hingga ia dewasa, dan orang gila hingga ia berakal normal atau sembuh.”

Dalam keterangan yang lain, malaikat pencatat amal manusia akan selalu berada dan mengirngi manusia yang telah baligh, tidak pernah lalai, kecuali dalam dua kondisi yang sedang dialami atau dilakukan oleh manusia yakni; pada saat jinabah dan buang air.

4.   Kemungkinan adanya jenis malaikat pencatat amal yang lain.

Dalam surat al-Infithar:10-12, Allah menyebutkan nama yang berbeda untuk malaikat pencatat amal. Pada ayat kesebelas ada istilah “Kiraman Katibin” yang digunakan untuk mewakili kata “pencatat amal.” Apakah ia sekedar sebutan yang berbeda bagi malaikat pencatat amal ataukah menunjukan adanya malaikat yang lain.

Baca juga : Nama-nama Malaikat & tugasnya

Husnul Khotimah atau Suul Khotimah


Tanda-Tanda Husnul Khotimah dan Suul Khotimah




Firman Allah swt:

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan. (AL'ANKABUUT 57).

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami lah kamu dikembalikan. (AL ANBYAA' 35)

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.(ALI 'IMRAN 185).

Katakanlah: "Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudaratan dan tidak (pula) kemanfaatan kepada diriku, melainkan apa yang dikehendaki Allah." Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak (pula) mendahulukan (nya). (YUNUS 49).

Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". (AL JUMU'AH 08).

Dari ayat-ayat di atas kita mendapatkan informasi dengan jelas bahwa kematian adalah sesuatu yang pasti terjadi pada setiap makhluk Allah Swt yang bernafas dan waktunya pun sudah di tentukan. Tapi sayang kita tidak bisa mendapatkan informasi tentang kapan, dimana dan diwaktu apa makhluk menemui ajalnya, karena hal itu adalah hak prerogatif Allah Swt. Akan tetapi yang paling penting bagi kita adalah berusaha dan berdoa agar supaya akhir kehidupan kita berakhir dengan husnul khotimah dan bukan su`ul khotimah.

Karena kita telah mengetahui bahwa dalam kematian hanya ada dua pilihan yaitu husnul khotimah dan su`ul khotimah. Dan yang mengetahui kematian seseorang khusnul khotimah atau su`ul khotimah secara hakiki hanyalah Allah Swt, namun Allah Swt menginformasikan kepada kita melalui nabi Muhammad Saw tentang tanda-tanda seseorang yang mati dengan membawa gelar husnul khotimah, yang dapat kita ketahui saat seseorang dalam keadaan sakaratul maut.

Berikut ini sebagian kecil tanda-tanda seseorang mati dalam keadaan husnul khotimah :

1. Ditinjau dari kata-kata terakhirnya, apabila kata-kata terakhirnya adalah kalimah-kalimah toyyibah, maka itu tandanya dia mati dalam keadaan husnul khotimah.

Dari Mu`adz bin Jabal Ra, Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa ucapan terakhirnya : La ilaha illallah, maka dia masuk surga" (HR Abu Daud & Al-Hakim). 

Dari Anas bin Malik Ra, Rasulullah Saw bersabda : "Sebaik-baiknya dzikir adalah La ilaha illallah dan sebaik-baiknya doa adalah Alhamdulillah" (HR At-Turmudzi & Ibnu Majah).

Karena itulah sunnah hukumnya membimbing orang yang sedang sakaratul maut untuk mengucapkan kalimat tahlil.

Dari Abi Sa`id Al-Hudri Ra, Rasulullah Saw bersabda : "Bimbinglah orang mati kalian untuk mengucapkan La ilaha illallah" (HR Muslim).

2. Di tinjau dari aktifitas terakhirnya, apabila seseorang di masa-masa akhir hidupnya beribadah baik ibadah mahdho maupun ghoiru mahdho dan dia meninggal dalam keadaan beribadah atau usai menjalankan ibadah maka itulah tandanya dia mati dalam keadaan husnul khotimah.

Dari Ali bin Abi Tholib Ra, Dia berkata : "Suatu hari saya akan menunaikan sholat subuh di mesjid bersama Rasulullah Saw, tapi ditengah jalan aku bertemu dengan seseorang yang sudah renta juga mau ke mesjid untuk menunaikan sholat subuh, aku terus berjalan dibelakangnya, dan ketika kami berdua sampai di mesjid ternyata sholat berjamaah sudah usai, akhirnya aku sholat subuh berjamaah dengan kakek itu, dan ketika aku salam tahiyyat akhir si kakek tetap bersujud dan ternyata si kakek telah meninggal dunia, lalu para sahabat bertanya kepada Rasulullah Saw, "Ya Rasulullah, bagaimana keadaan kakek ini di akherat?" Rasulullah menjawab, "Dia masuk surga" (HR Ahmad & Daruqutni).

3. Di tinjau dari hari terakhirnya (hari jum`at), begitu banyak orang-orang sholih yang meninggal dunia pada hari jum`at, karena mati pada hari jum`at adalah tanda kematian husnul khotimah.

Dari Ibnu umar Ra, Rasulullah Saw bersabda : "Tiada seorang muslim yang meninggal pada hari atau malam jum`at, kecuali Allah akan menyelamatkannya dari siksa kubur" (HR Ahmad & At-Turmudzi).

Dari Abi Hurairah Ra, Rasulullah Saw bersabda : "Sebaik-baik hari adalah hari jum`at, karena pada hari jum`at itulah Adam di ciptakan. Pada hari jum`at ia di masukkan ke surga dan pada hari jum`at ia di keluarkan dari surga. Pada hari jum`at ia wafat dan tidak akan terjadi kiamat kecuali hari jum`at" (HR As-Syafi`I dan Ahmad).

4. Di tinjau dari kondisi terakhir fisiknya. Kita sering menyaksikan seseorang meninggal dengan kondisi tubuh yang tidak wajar seperti tubuh gosong, penuh dengan luka dan nanah, berbau busuk, keluar belatung, lidah menjulur dan mata melotot atau bahkan tidak ada yang mau memandikan, mengkafani dan mensholatkan dll. Seseorang yang matinya husnul khotimah tidak akan mengalami kejadian-kejadian seperti diatas, malah sebaliknya seperti wajah mayit terlihat tenang dan damai bahkan ada yang tersenyum, banyak yang berta`ziyah dan mensholatkan dll.

Dari Abu Darda Ra, Rasulullah Saw bersabda : "Tidak akan keluar ruhnya seorang mu`min sampai dia melihat tempatnya di surga, dan tidak akan keluar ruhnya seorang kafir sampai dia melihat tempatnya di neraka" (HR Al-Baihaqi).

Dari Aisyah Ra, Rasulullah bersabda: "Tidak satu mayit pun yang di sholatkan oleh seratus orang kaum muslimin dan semuanya memintakan syafa`at untuknya, pasti syafa`at mereka di terima" (HR Muslim)

Semoga kita bersama di karunia Allah Swt untuk dapat berusaha dan berdoa supaya kita mendapat gelar husnul khotimah di akhir hayat kita. Amin Amin Yaa Robbal Alamin. Wallahu a`lam bisshowaab.




SUUL KHOTIMAH

Sebahagian besar orang yang Soleh-soleh,  sangat takut akan Suul Khotimah.  Maka ketahuilah sekarang,  semoga Allah memberi engkau hidayah bahawa Suul Khotimah itu ada dua tingkatan; masing-masing besar bahayanya.
Tapi ada yang lebih besar bahayanya diantara yang dua itu,  iaitu,  hati kita di waktu sakaratulmaut atau di waktu payah menderita sakit dengan kepada sakaratulmaut dan sudah zhohir huru-haranya,  datang di hati keragu-raguan,  atau ketidak percayaan sama sekali terhadap Allah.  Maka nyawanya dicabut dalam keadaan tidak beriman,  tidak percaya kepada Allah swt.  atau dikuasai oleh keragu-raguan,  naudzubillah.

Jadi yang menguasainya ialah keruwetan kufur yang menjadi tabir penghalang hatinya antara dia dengan Allah swt. selama-lamanya.

Yang demikian itu akan menyebabkan dia terjatuh dari Allah selama-lamanya,  dan azab yang kekal terus menerus tidak bisa terpisah yaitu azab kekufuran,  jauh dari Allah swt.

Tingkat yang ke dua : yaitu hatinya dikuasai oleh kecintaan terhadap soal-soal dunia yang tidak ada hubungannya dengan akhirat atau satu keinginan dari soal-soal duniawi yang selalu terbayang di hatinya,  misalnya dia sedang membangun sebuah rumah,  dan hatinya masghul/berbimbang  akan hal itu saja sehingga pada waktu sakaratulmaut,  terbayang saja rumah yang belum selesai itu ia tenggelam di dalamnya,  hatinya penuh,  sampai tidak ada tempat untuk yang lain.

Bila kebetulan nyawanya di cabut dalam keadaan demikian,  maka tidak ada tempat bagi Allah swt dihatinya.
Jadi hatinya tenggelam dalam keadaan demikian,  kepalanya di jungkir balik;  kepalanya kedunia dan kakinya ke Allah swt.  Mukanya hanya melihat dunia sahaja,  sedangkan punggungnya dikasihkan kepada Allah swt.  Kalau muka sudah berpaling daripada Allah,  datanglah tabir itu.  Kalau tabir penghalang antara dia dengan Allah sudah turun,  artinya sudah ada azab itu,  siksa sudah ada tak dapat tiada.  Sebab api yang menyala-nyala itu,  yang disebut dalam

Al-Quran, hanya akan memakan orang-orang yang dihijab itu.
Ada pun orang mukmin yang sehat hatinya,  jadi tidak tertambat oleh hubbud-dunya,  dan menghadap kepada Allah swt. 

Yaitu yang disebut dalam firman Allah yang bermaksud:

"Pada hari itu,  hari manusia meninggalkan dunia,  tidak ada gunanya uang dan anak-anak.  Yang selamat hanyalah orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang sehat". Artinya sehat tidak ada penyakit hubbu-dunya.

Kepada orang itu,  maka api neraka berkata:
"Boleh engkau lewat wahai orang mukmin,  sebab nur yang afdhal di hatimu itu sudah memadamkan nyala apiku". Ini diriwayatkan dalam hadis Ya'la bin Munabbih.

Kalau kebetulan dicabut nyawanya dalam keadaan tertarik oleh hubbu-dunya,  dikuasai oleh hubbu-dunya (hubbu-dunya itu cintakan dunia yang tidak ada hubungannya dengan akhirat),  ini sangat berbahaya sekali.  Sebab,  manusia itu matinya bagaimana hidupnya,  begitu hidupnya begitu pula matinya,  juga begitu matinya begitu pula bangkitnya dari kubur,  jadi keadaannya berantai.

Apabila engkau bertanya: "Apa yang menyebabkan suul khotimah itu ?".  Maka jawabnya: Ketahuilah bahwa sebab-sebabnya banyak,  tidak bisa diperinci satu per satu tetapi bisa ditunjukkan pokok-pokoknya saja.
Ada kalanya karena mati dalam keragu-raguan dan dalam keadaan terhijab.  Sebab-sebabnya bisa disingkatkan menjadi dua sebab.

Seseorang bisa jadi Suul Khotimah,  padahal dia itu seorang yang warak zuhud dan solleh.  Mengapa sampai demikian??

Karena di dalam iktikadnya ada bidaah, bertentangan dengan iktikad yang yang diiktikadkan oleh Rasulullah SAW,  sahabat dan tabi'iinya.  Ia memang rajin solatnya,  rajin membaca Al-Quran,  sampai kata Rasulullah (tentang khawaridj itu) :"Membaca Al-Quran lebih rajin dari kamu (para sahabat) dan solatnya lebih rajin daripada kamu; sampai masing-masing jidadnya(dahinya) hitam ,  tapi mereka membaca Al-Quran tidak sampai ke lubuk hatinya dan solatnya tidak diterima oleh Allah swt."  Oleh itu iktikad bida'ah di dalam hati adalah sangat berbahaya,  seperti mengiktikadkan apa-apa yang nantinya dapat menyesatkan dia kepada kepercayaan bahwa Allah seperti makhluk Misalnya :  betul-betul duduk dalam Arash,  padahal Allah itu Laisakamislihi syai'un.

Kelak apabila pintu hijab itu telah terbuka,  maka dapatlah diketahui bahwa Allah itu tidaklah sebagaimana yang kau lukis dalam hati,  akhirnya nanti akan ingkar kepada Allah.  Nah di kala itu ia akan mati dalam Suul Khotimah.  Kelak kalau orang sudah sakaratulmaut dan terbuka hijab,  baru menyadari bahwa urusan ini demikianlah sebenarnya.

Kalau tidak sama dengan apa yang ditekadkan dalam hatinya,  dia akan bingung.  Nah,  dalam keadaan begitu dia matinya dalam Suul Khotimah,  meskipun amal-amalnya baik,  nauzubillah.  Maka yang paling penting itu adalah iktikad.
Tiap-tiap orang yang salah iktikad karena pemikirannya sendiri atau karena ikut-ikutan pada orang lain,  ia jatuh dalam bahaya ini.  Kesholehan dan kezuhudan serta tingkah laku yang baik,  juga tidak mampu untuk menolak bahaya ini. 

Bahkan tidak ada yang akan menyelamatlkan dirinya melainkan iktikad yang benar.  Kerana itu perhatian leluhur kita kepada yang baik-baik karena didasari iktikad baik.  Orang yang fikirannya sederhana adalah lebih selamat.  Sederhana,  tidak berfikir secara mendalam,  meskipun bisa dikatakan orang kurang ilmunya,  tapi ia lebih selamat daripada orang yang berlagak mempunyai ilmu,  tapi dasar iktiqadnya tidak benar.

Orang yang sederhana itu,  ialah orang yang beriman kepada Allah,  kepada Rasul-Nya,  kepada Akhirat,  dan ini hanya garis besarnya saja.  Nah inilah selamat.

Kalau kita tidak mempunyai waktu untuk memperdalam pengetahuan ilmu Tauhid,  maka usahakan dan perjuangkan agar dalam garis besarnya kita tetap yakin dan percaya; seperti itu sudah selamat. Cukup kalau didalam hatinya ia berkata :
"Ya saya beriman kepada Allah S.W.T.,  hakikatnya berserah diri kepada Allah,  dan iman kepada akhirat dan sebagainya,  dalam garis besarnya saja".  Terus dia beribadah dan mencari rezeki yang halal dan mencari pengetahuan yang berguna bagi masyarakat,  sebetulnya itu lebih selamat bagai orang yang tidak sempat belajar secara mendalam.

Tapi iman yang hanya secara garis besarnya saja harus kuat; seperti petani-petani yang jauh dari kota dan orang-orang awam yang tidak berkecimpung dalam perdebatan yang tidak menentu.

Rasulullah s.a.w. suka memperingatkan,  pada suatu waktu ada orang-orang yang sedang berdebat tentang takdir sampai berlangsung lama,  melihat ini Rasulullah sampai merah padam wajahnya,  lalu berpidato : "Sesatnya orang-orang yang dulu itu kerana suka berdebat,  antara lain tentang qada dan qodar".

Dan baginda bersabda:
"Orang-orang yang asalnya benar,  tapi kemudian sesat,  itu dimulai karena suka berbantah-bantahan".

Berbantah-bantahan itu kadang-kadang memperebutkan hal-hal yang tidak ada gunanya.
Sabda Rasulullah s.a.w.:

"Sebahagian besar daripada penghuni syurga itu adalah orang-orang yang fikirannya sederhana saja".
Tidak was-was,  cukup dengan garis besarnya saja dari hal iktiqad.  Ini diriwayatkan oleh Imam Baihaqi dalam Sju-Abil Iman.  Karena itu maka leluhur kita suka melarang orang bercakap yang sia-sia dan tidak penting; jangan suka mengkritik urusan orang lain,   urus saja,  kaji saja,  soal bagaimana supaya ibadah sah,  supaya kamu bisa mencari rezeki yang halal.

Boleh saja kamu menjadi tukang sepatu,  jadi petani,  atau jadi doktor,  pokoknya jangan mengkritik urusan sesuatu,  kalau bukan ahlinya!!!. Leluhur kita suka memberi nasihat demikian.  Karena kasihan,  gunanya belum tentu,  tapi bahayanya sudah nampak. Garis besarnya adalah sebagaiman berikut:

Apa yang terdapat dalam Al-Quran saya percaya dan kalau ada ayat-ayat Al-Quran yang saya tidak mengerti,  saya serahkan kepada Allah swt dan apa yang dalam hadits saya percaya. Bagi orang-orang awam yang bukan ahli,  garis besarnya,  cukup demikian, pokoknya kita jangan menyekutukan Tuhan dengan apa,   pegang saja laisa kamislihi syai'un.  Apa yang terlintas di hati,  sebetulnya hanya buatan hati saja,  sebaik saja timbul waswas yang dilakukan oleh syaitan,  maka tolaklah itu.  Bagaimana Allah itu ??? Wallahu a'lam.

Allah sendiri Yang Tahu,  Adapun tentang diri kita sendiripun,  kita tidak tahu, apalagi zat Allah swt. Kerana leluhur kita suka melarang,  jangan main ta'wil-ta'wilan terus diselindungi dengan Ayat Al-Quran,  katanya agar dimengerti oleh fikiran yang sehat,  akhirnya ketika dicocokkan dengan undang-undang alam,  padahal teori itu berubah.

Dulu ada orang yang suka mencocokkan ayat-ayat Al-Quran dengan teori-teori ilmu fisika dan sebagainya,  akhirnya teori-teorinya itu berubah.  Orang yang berbuat demikian itu sudah mati dan tafsirannya hanya menjadi sampah belaka.
Sebab sudah ternyata teorinya itu bisa berubah,  sedangkan dia sudah mendasarkan tafsirnya pada Al-Quran bagi teori-teori itu,  lalu dibawanya mati, ini berbahaya sekali.

Karena itu, kita jangan mencoba-coba berani menafsirkan Al-Quran hanya atas dasar pikiran raba-raba saja.  Sebab ilmu pengetahuan , baik yang lama maupun yang moden,  dasarnya hanya pengalaman dan percobaan yang hanya merupakan perhitungan saja.

Oleh karena itu,  janganlah sekali-kali kita berani mendasarkan i'tikad yang hanya didasarkan pada hasil perhitungan saja.  Sebaiknya kita mengetahuinya secara global saja,  sebab hal itu ada yang melarang, agar pintunya jangan dibuka sama sekali.  Kerana ada orang yang mendapat ilham dari Allah dengan dibersihkan hatinya dan inkisyaf,  sebelum mati sudah inkisyaf,  nanti setiap orang juga inkisyaf,  meskipun bukan Wali.  Namun Aulia Allah pun tempo-tempo selagi hidup sudah inkisyaf.

Para Wali tahu akan adab kesopanan, mereka diam,  karena tidak ada bahwa yang cukup menerangkannya,  seandainya hal ini dibahas maka akan banyak sekali bahaya-bahayanya.  Tanjakan-tanjakannya sulit,  akal lahir tidak mampu kalau dipakai untuk menyusun/mengoreksi sifat dan Zat Allah swt.  Dan didekatinya oleh Arifin itu dengan rasa saja,  tidak dengan akal lahir tapi dengan rasa batin.  Dan rasa batin itu belum ada bahasanya, hanya tempo-tempo beliau-beliau itu mengadakan istilah untuk dipakai di antara beliau-beliau saja.  Ini sebab yang pertama.

 yang kedua bagi Suul Khotimah itu, kerana imannya saja yang lemah dan lemah iman itu banyak sebab-sebabnya,  sebahagian besar dari campur gaul.  Kalau orang bercampur gaul dengan orang-orang yang lemah imannya,  apalagi bergaul dengan orang -orang yang suka mengejek,  maka akan makin lemah saja imannya.  Dan juga dari bacaan-bacaan;  kalau orang sudah cenderung membaca apa-apa yang bisa melemahkan iman,  akhirnya orang itu jadi atheis,  dan benar-benar kufur.

Kedua,  sebab dari lemah iman itu ditambah oleh suatu istilah: hatinya dikuasai oleh hubbud-dunya.  Sudah imannya lemah,  dikuasai pula oleh hubbud-dunya.  Mementingkan diri sendiri dalam soal-soal keduniawian itu artinya hubbu-dunya.  Kalau iman sudah lemah,  cinta kepada Allah juga jadi lemah,  dan kuat cintanya kepada dunia yang berarti mementingkan diri sendiri dalam soal-soal keduniawian. Akhirnya kalau sudah dikuasai betul-betul hubbud dunya,  tidak ada tempat untuk cinta kepada Allah S.W.T.

Hanya itu saja yang terlintas dihati;  Oh,  cinta kepada Allah,  Allah pencipta diriku. Tapi pengakuan ini hanya merupakan hiasan bibir batin saja.  Hal inilah yang meyebabkan dia terus menerus melampiaskan syahwatnya,  sehingga hatinya menghitam dan membatu,  bertumpuk-tumpuk kegelapan dosa itu dihatinya.  Imamnya semakin  lama,  semakin padam; akhirnya hilang sama sekali dan jadilah ia kufur,  hal ini sudah menjadi tabiat.

Firman Allah S.W.T.:
"Hati mereka itu sudah dicap,  jadi mereka tidak bisa mengerti".

Dosa mereka merupakan kotoran yang tidak bisa dibersihkan dari hatinya. Kalau sudah datang sakaratul maut,  maka cinta mereka kepada Allah semakin lemah,  sebab mereka merasa berat dan sedih meninggalkan dunianya,  karena keduniawian sudah menguasai diri mereka.  Setiap orang yang meninggalkan kecintaannya tentu akan merasa sedih lalu timbul dalam fikirannya :

"Kenapa Allah mencabut nyawaku ?"

Kemudian berubah hati murninya,  sehingga dia membenci takdir Allah.  Kenapa Allah mematikan aku dan tidak memanjangkan umurku ?  Kalau matinya dalam keadaan demikian,  maka ia mati dalam keadaan Suul Khotimah, 

naudzubillah.
Demikianlah keterangan singkat dari Imam Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin.





Electricity Lightning