Sabtu, 05 November 2016

Balasan Kepada Orang Yang Sombong



Keburukan & balasan kepada orang yang sombong

 





Sombong dan takabbur adalah sifat Iblis lantaran ia memprotes perintah Allah. Jelas dalam firman Allah dalam Surah Al Baqarah ayat 34 yang bermaksud ;

“Dan ketika Kami berfirman kepada malaikat: “Tunduklah (beri hormat) kepada Nabi Adam”. Lalu mereka sekaliannya tunduk memberi hormat melainkan Iblis; ia enggan dan takbur, dan menjadilah ia dari golongan yang kafir.”

Sombong dan takabburnya manusia menghilangkan kemuliaan, bahkan membawa kehinaan akibat tidak mahu mendengar nasihat atau pantang menerima teguran menyebabkan keangkuhan semakin menyerap di hati, rasa bangga diri, konon dia sahaja manusia  terbaik di muka bumi. Tapi beringatlah sifat tinggi diri dan hidung tinggi tiada tempat di sisi Allah dan di Akhirat jua…

Ada pepatah mengatakan “ilmu itu akan hilang di antara malu dan sombong. Ilmu merobohkan segala keluhuran seperti banjir merobohkan bangunan…”

Rasulullah s.a.w bersabda maksudnya:

“Tidak akan masuk syurga orang yang ada sifat sombong sebesar biji sawi dalam hatinya”

Para bijak pandai hukama’ mengatakan “ tidak akan kekal kekuasaan yang disertai dengan kesombongan…”

Allah berfirman dalam Surah Al-Qashas : 83, yang bermaksud :

“Itulah negeri akhirat yang kami sediakan bagi orang-orang yang tidak bertujuan hendak mendapat pengaruh (kemuliaan) dan kerosakan di muka bumi dan itulah kesudahan yang baik bagi orang-orang yang bertaqwa”

Ayat di atas menggambarkan bahawa kenikmatan dan ganjaran-ganjaran baik hanyalah untuk orang-orang yang sentiasa tawaduk (merendah diri) dan bertakwa kepada Allah yang bakal diberikan Tuhan Yang Maha Agung pada akhirat kelak.

Allah berfirman dalam Surah Al-A’raf ayat 146, maksudnya
 :
“Aku akan memalingkan (hati) orang-orang yang sombong takbur di muka bumi dengan tiada alasan yang benar dari (memahami) ayat-ayatku (yang menunjukkan kekuasaanku); dan jika mereka melihat sebarang keterangan (bukti), mereka tidak beriman kepadanya, dan jika mereka melihat jalan petunjuk, mereka tidak mengambilnya sebagai jalan yang dilalui. dan sebaliknya jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus mengambilnya sebagai jalan yang dilalui. yang demikian itu, kerana mereka mendustakan ayat-ayat kami dan mereka sentiasa lalai daripadanya”

Ada lagi pepatah lain….

“Yang sombong hanyalah orang-orang yang hina dan yang mahu bertawaduk itu hanya orang-orang yang mulia”
Rasulullah s.a.w bersabda lagi :

”Ada tiga perkara yang menyebabkan kebinasaan: terlalu bakhil, menurut hawa nafsu dan menyombongkan diri”

Firman Allah Taala dalam Surah Luqman : Ayat 18, Maksudnya :

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu kepada orang lain dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan berlagak sombong. Sesungguhnya Allah tidak suka orang-orang yang sombong takbur, lagi membanggakan diri.”

Di dalam satu hadis sahih dinyatakan balasan bagi orang-orang yang sombong, bangga diri, takabbur dan sumpamanya itu Allah akan bangkitkan mereka sebesar semut pada pandangan orang lain dengan penuh kehinaan di Padang Mahsyar dan akan dipenjarakan dalam penjara bernama Bolas di sebuah lembah yang dipanggil Habhab di dalam neraka.

Wallahu a’lam….Moga mendapat manfaat berterusan…

Jumat, 04 November 2016

Masih Terbukakah Pintu Taubat?


Ketika Dosa Menggunung, Masih Terbukakah Pintu Taubat?

 

 

KETIKA seorang hamba merasa dirinya tidak akan mendapat ampunan akan dosa-dosa yang telah ia lakukan, ketika ia mengira Allah telah menutup pintu taubat baginya, padahal ia sangat ingin kembali kepada Allah, ia sangat ingin membersihkan dirinya dari kotoran kemaksiatan. Maka Allah berpesan melalui lisan Rasul-Nya:

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az Zumar: 53)
Inilah pesan dari Allah kepada para hamba-Nya yang merasa jauh dari rahmat Allah, merasa dirinya telah tidak mampu lagi membenahi diri, sehingga mengira lautan kebaikan dan keshalihan mustahil bagi dirinya.
Ketika dosa telah menggunung ingatlah bahwa firman Allah, “Innallaha Yaghfiru dzunuba jami’a” (Allah mengampuni segala dosa). Semua dosa? Ya, inilah janji Allah, Allah berfirman:
وَهُوَ الَّذِي يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ وَيَعْفُو عَنِ السَّيِّئَاتِ وَيَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ
“Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Asy Syuro: 25)
Bagaimana dengan orang-orang yang sering meninggalkan sholat? Ingatlah “Wa Ya’fu ‘Anissyyiat.” (dan memaafkan kesalahan-kesalahan), bagaimana dengan orang yang durhaka kepada kedua orang tua? Ingatlah “Wa Ya’fu ‘Anissyyiat.” (dan memaafkan kesalahan-kesalahan), bagaimana dengan orang yang pernah terjerumus dalam dosa riba? Ingatlah “Wa Ya’fu ‘Anissyyiat.” (dan memaafkan kesalahan-kesalahan).
ingatlah kepada sosok manusia paling durhaka, Firaun. Yang pernah berkata dengan kecongkakannya, “Ana rabbukumul A’la.” (Akulah Rabb kalian yang paling tinggi), ketika ia nyawa telah sampai ditenggorokannya, maka Malaikat Jibril bersegera memasukkan tanah ke dalam mulutnya. Mangapa Jibril melakukan hal ini? Ia khawatir jika Firaun berkata “La ilaha illah” dan Allah merahmatinya. Maka Allah berfirman kepada Jibril, “
وَعِزَّتِي وَجَلاَلِي لَوْ اسْتَغَاثَنِي وَاسْتَغْفَرَنِي لَغَفَرْتُ لَهُ.
“Demi kemuliaan-Ku dan keaguangan-Ku, jikalau ia berdoa dan memohon ampun kepada-Ku, niscaya aku akan ampuni ia.”
Wahai jiwa yang berputus asa, inilah rahmat Allah kepada manusia yang paling sombong dan melampaui batas kepada Allah, maka bagaimana dengan orang yang mengakui kesalahannya, ingin kembali kepada Allah, sambil meneteskan air mata dengan mengharapkan ampunan Allah?.
Dan ingat pula, bahwa di antara rahmat Allah kepada para hamba-Nya, Ia (Allah) mengajak para hamba-Nya untuk medapatkan ampunannya,
قَالَتْ رُسُلُهُمْ أَفِي اللَّهِ شَكٌّ فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يَدْعُوكُمْ لِيَغْفِرَ لَكُمْ مِنْ ذُنُوبِكُمْ
Berkata rasul-rasul mereka: “Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi? Dia menyeru kamu untuk memberi ampunan kepadamu dari dosa-dosamu…” (QS. Ibrahim: 10)
Allah sebagai dzat yang maha tinggi, maha mulia tidak hanya menerima ampunan ketika hamba-Nya datang kepada-Nya, namun dengan sifat pengasih-Nya Allah pun mengajak hamba guna memputihkan diri mereka dari noktah kemaksiatan, meskipun dosanya terbilang besar? Ya meskipun dosanya sebesar gunung Uhud.
Abu Nu’aim berkata dalam “Al Hilyah” dari Wahab bin Munabbih:
أَوْحَى الله إلى دَاود عَلَيْهِ السَّلاَمُ فَقَالَ: يَا دَاوُدَ لَوْ يَعْلَمُ المدْبِرُوْنَ عَنِّي انْتِظَارِي لَهمْ وَرِفْقِي بِهْم وَشَوْقِي إِلَى تَرْكِ مَعَاصِيْهِمْ لَمَاتُوا شَوْقًا إِلَّي وَلَتَقَطَّعَتْ أَوْصَالُهُمْ لِمَحَبَّتِي يَا دَاوُدُ هَذِهِ إِرَادَتِي باِلمدْبِرِيْنَ عَنِّي فَكَيْفَ بِالمقْبِلِيْنَ عَلَيَّ
Allah berfirman kepada Nabi Daud as: “Wahai Daud, ketahuilah jika orang-orang yang berpaling dari-Ku itu, mengetahui penungguan-Ku, kasih sayang-Ku, dan rasa rindu-Ku kepada mereka, untuk menghapus dosa-dosa mereka, niscaya mereka akan mati saat itu juga karena rindunya padaku, dan niscaya anggota tubuh mereka akan terputus karena kecintaannya kepada-ku, Wahai Daud inilah keinginan-Ku terhadap hamba yang berpaling dariku, lantas bagaimana perbuatan-Ku kepada hamba yang datang menghadap kepada-Ku?.”
Kalau saja perhatian Allah kepada orang-orang yang berpaling dari-Nya sedemikian rupa, maka bagaimana perhatian Allah terhadap orang-orang yang senantiasa berharap ampunan Allah, senantiasa tenggelam dalam sujudnya untuk meminta ampunan, bagaimana perhatian Allah terhadap orang yang wajahnya dibasahi dengan air mata karen takut terhadap siksaan Allah?
Inilah rahmat Allah kepada para hamba-Nya, semoga kita termasuk orang-orang yang sadar terhadap rahmat Allah, termasuk orang-orang yang menghadap kepada Allah dengan mengakui kesalahan dan kelalaian. Wallahu A’lam.


Jadilah Orang Kaya Yang 'Miskin'



RASULULLAH : JADILAH ORANG KAYA YANG 'MISKIN'







Suatu hari seorang laki-laki miskin mendatangi Aisyah istri Rasulullah saw, Aisyah pun memberinya sedekah. Lalu Aisyah memanggil pembantunya Barirah dan menyuruh memperhatikan dan menyelidiki laki-laki itu , apa benar laki-laki itu miskin atau pura-pura miskin, lalu dipakai apa itu sedekah yang didapatnya.

Melihat kejadian tersebut Rasulullah kemudian menegur Aisyah dengan sabdanya
Jangan kau berhitung dalam memberi sedekah karena Allahpun tidak pernah berhitung dalam memberikan rezeki kepada kita “ (HR.Nasa’i , Ibnu Hibban, Ahmad dan Haitsami )

Dalam kesempatan lain Rasulullah juga menganjurkan: 
“Wahai Aisyah, berlindunglah dari api neraka (kebangkrutan) meski hanya dengan bersedekah separuh biji korma, sungguh separuh biji korma itu mengisi perut orang yang lapar sama seperti ia mengisi perut orang yang kenyang “ (artinya walau separuh biji korma itu sudah cukup mengenyangkan bagi orang-orang yang sedang kelaparan) ( HR.Ahmad dan Mundziri )

Rasulullah SAW adalah seorang Pemimpin dan Wirausahawan sejati, kemenangan demi kemenangan terus diraih demikian pula kekayaan selalu mengejar-ngejar beliau, sehingga ketika beliau menjadi Pemimpin tertinggi kekayaan negarapun melimpah ruah. Tapi taukah kita ada salah satu doa yang beliau ucapkan sehingga Aisyah istrinya terkejut ?.


Aisyah mendengar Rasulullah berdoa : 
“Ya Allah, jadikanlah gaya hidupku seperti gaya hidup orang miskin, cabutlah nyawaku dalam keadaan miskin, lalu kumpulkanlah aku pada Hari Kiamat bersama kelompok orang miskin “.

Mendengar doa itu Aisyah protes : “ Mengapa engkau berdoa seperti itu wahai Rasulullah ? “, Beliau menjawab :

“orang-orang miskin akan masuk Sorga 40 tahun lebih awal dari pada orang-orang kaya, wahai Aisyah jangan pernah menolak orang-orang miskin meski engkau hanya bisa memberi separuh biji korma, cintailah orang miskin dan dekatkanlah mereka kepadamu agar Allah juga mendekatkanmu kepadaNYA pada Hari kiamat nanti “ ( HR.Tirmidzi, Baihaqi dan Mundziri )

Mengapa Nabi berdoa demikian, apakah kita tidak boleh kaya raya ? Rosulullah bukan orang miskin, Beliau Pemimpin yang kaya raya tetapi gaya hidup diri dan keluarganya adalah gaya hidup orang yang paling miskin, pernah dalam 40 malam rumah beliau tidak ada api yang menyala artinya tidak ada bahan makanan yang bisa dimasak juga tidak ada lentera penerang, belau hanya mengkonsumsi beberapa biji korma dan air saja.

Dan ketika beliau meninggal hampir tidak ada harta warisan yang beliau tinggalkan, seluruh kekayaannya diwakafkan dan disedekahkan untuk perjuangan Islam, jadi apakah tidak logis doa Rosulullah tersebut ?

Kita wajib bisa kaya raya selama umur kita masih produktif karena ada kewajiban Zakat, haji dan sedekah. namun banyak diantara kita yang kaya raya atau hidup berkecukupan, tapi mampukah kita hidup dengan gaya hidup orang miskin, gimana sih gaya hidup orang miskin itu? sederhana saja sebenarnya mereka selalu puasa minimal Senin-Kamis, tidak makan kalau masih kenyang dan berhenti makan sebelum kekenyangan, jadi tidak harus makan 3 kali sehari, demikian juga dalam hal berpakaian tidak selalu mengikuti mode dan trend baru, mereka mengganti pakaian atau perabot ya kalau sudah rusak, gimana gampang kan ?

Demikian juga ketika umur kita sudah tidak produktif lagi, maka saatnya kita delegasikan seluruh kekayaan kita untuk perjuangan Islam melalui anak, istri dan keluarga kita atau orang lain yang mampu mengelola dan mendayagunakan seluruh harta kekayaan kita untuk kepentingan perjuangan memuliakan Islam dan Kaum Muslimin, sehingga ketika Malaikat Maut menjemput kita kelak tidak ada lagi kekayaan dunia di tangan kita, kita benar-benar miskin. Jadi tidak akan ada lagi kekayaan kita yang harus diaudit pada saat Hari Perhitungan kelak, semuanya totalitas akan menjadi Aset Pembela kita pada saat itu. Mudah bukan jadi orang miskin? inilah maksud doa Rosulullah SAW tersebut.



▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
                                                                                                                              privatebundas.blogspot.com
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

Islam Memotivasi Umatnya Untuk Kaya


Ibadah Dalam Islam, Memotivasi Umatnya Untuk Menjadi Kaya

 

 

Islam mengajarkan agar umatnya untuk hidup terbebas dari kemiskinan, sebagaimana do’a Rasulullah :
“…Dan aku memohon perlindungan kepada-Mu dari kefakiran/miskin dan kekafiran…”
[Hadits Shahih atas syarat Bukhari, dikeluarkan oleh Imam Hakim (1/530) dan Imam Ibnu Hibban (no. 2446).]
Di dalam salah satu hadis, Rasulullah menganjurkan umatnya untuk menjadi dermawan dan bukan menjadi peminta-minta.


حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ عَنْ مَالِكِ بْنِ أَنَسٍ فِيمَا قُرِئَ عَلَيْهِ عَنْ نَافِعٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَهُوَ عَلَى الْمِنْبَرِ وَهُوَ يَذْكُرُ الصَّدَقَةَ وَالتَّعَفُّفَ عَنْ الْمَسْأَلَةِ الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنْ الْيَدِ السُّفْلَى وَالْيَدُ الْعُلْيَا الْمُنْفِقَةُ وَالسُّفْلَى السَّائِلَةُ

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’id dari Malik bin Anas -sebagaimana yang telah dibacakan kepadanya- dari Nafi’ dari Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda di atas mimbar, beliau menyebut tentang sedekah dan menahan diri dari meminta-minta. Sabda beliau: “Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang dibawah. Tangan di atas adalah tangan pemberi sementara tangan yang di bawah adalah tangan peminta-minta (HR. Muslim No.1715)

Dalam praktek peribadatan, sesungguhnya sangat banyak kita ditemui perintah-perintah yang pada hakekatnya, memberi motivasi untuk hidup berkecukupan, di antaranya :


Di dalam bacaan Shalat duduk diantara dua sujud, kita selalu memohon untuk diberikan kelapangan rezeki. 



RABBIGHFIRLI WARHAMNI WAJBURNI WARFA’KNI WARZUQNI WAHDINI WA’AFINI WA’FU ‘ANNI.   artinya:
Ya Tuhanku ampunilah aku, rahmatilah aku, perbaikilah aku, angkatlah darjatku, berilah aku rezeki, pimpinlah aku, sehatkanlah aku dan maafkanlah aku.
Hidup berumah tangga, adalah salah satu cara memperoleh karunia ALLAH serta memberi motivasi kita untuk hidup layak, dimana memberi nafkah untuk keluarga bernilai Shadaqah.


 
Firman ALLAH :

وَ أَنْكِحُوا الْأَيامى‏ مِنْكُمْ وَ الصَّالِحينَ مِنْ عِبادِكُمْ وَ إِمائِكُمْ إِنْ يَكُونُوا فُقَراءَ يُغْنِهِمُ اللهُ مِنْ فَضْلِهِ وَ اللهُ واسِعٌ عَليمٌ

“Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki, dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan mencukupkannya dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberiannya) lagi Maha Mengetahui,”
(QS an-Nuur (24) ayat 32).
Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:

مَا أطْعَمْتَ نَفْسَكَ فَهُوَ لَكَ صَدَقَةٌ، وَمَا أطْعَمْتَ وَلَدَكَ فَهُوَ لَكَ صَدَقَةٌ، وَ مَا أطْعَمْتَ وَالِدَكَ فَهُوَ لَكَ صَدَقَةٌ، وَ مَا أطْعَمْتَ زَوْجَكَ فَهُوَ لَكَ صَدَقَةٌ،

“Apa yang engkau berikan untuk memberi makan dirimu sendiri, maka itu adalah shadaqah bagimu, dan apa yang engkau berikan untuk memberi makan anakmu, maka itu adalah shadaqah bagimu, dan apa yang engkau berikan untuk memberi makan ORANG TUAmu, maka itu adalah shadaqah bagimu. Dan apa yang engkau berikan untuk memberi makan isterimu, maka itu adalah shadaqa bagimu…”
[HR Ibnu Majah, 2138; Ahmad, 916727; dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Ibnu Majah, 1739]
Rasulullah bersabda :

فْضَلُ دِيْنَارٍ يُنْفِقُهُ الرَّجُلُ دِيْنَارٌ يُنْفِقُهُ عَليَ عِيَالِهِ

Dinar terbaik yang dibelanjakan oleh seseorang lelaki adalah dinar seseorang yang dibelanjakan untuk nafkah keluarganya
[HR. Muslim (2/574)]
Shalat Tahajud, sarana menggapai kebaikan dunia dan akhirat.




و حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي سُفْيَانَ عَنْ جَابِرٍ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ فِي اللَّيْلِ لَسَاعَةً لَا يُوَافِقُهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللَّهَ خَيْرًا مِنْ أَمْرِ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ وَذَلِكَ كُلَّ لَيْلَةٍ

Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Jarir dari Al A’masy dari Abu Sufyan dari Jabir ia berkata; Saya mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya di waktu malam terdapat suatu saat, tidaklah seorang muslim mendapati saat itu, lalu ia memohon kebaikan kepada Allah ‘azza wajalla baik kebaikan dunia maupun akhirat, kecuali Allah memperkenankannya. Demikian itu terjadi pada setiap malam.” (HR. Muslim)
Shalat Dhuha, adalah bentuk peribadatan bernilai sedekah, serta Kunci mendapatkan Rezeki


 
Rasulullah bersabda :

“Wahai anak Adam, jangan sekali-kali engkau malas mengerjakan empat rakaat shalat dhuha, karena dengan shalat tersebut, Aku cukupkan kebutuhanmu pada sore harinya.”
(HR Hakim dan Thabrani)

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda:

أَنَّهُ قَالَ يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

“Setiap pagi dari persendian masing-masing kalian ada sedekahnya, setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, dan setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir sedekah, setiap amar ma’ruf nahyi mungkar sedekah, dan semuanya itu tercukupi dengan dua rakaat dhuha.” (HR. Muslim)
Mencegah orang lain berbuat mungkar, terkadang juga memerlukan dana yang cukup besar, namun balasannya adalah akan memperoleh rahmat dari ALLAH.



Allah Ta’ala berfirman :

وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

yang artinya: “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
(QS. At-Taubah (9) ayat 71)
Pembebasan Hutang, tentu diperlukan harta yang cukup. Dan keutamaan seorang yang membebaskan hutang saudaranya, akan mendapat kemudahan dari ALLAH di hari akhir




Råsulullåh shållallåhu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ

“Barang siapa yang melapangkan suatu kesusahan seorang mukmin di dunia, niscaya Allah akan melonggarkan satu kesusahannya di akhirat.

وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ

Barang siapa yang memudahkan urusan orang yang ditimpa kesulitan (hutang), niscaya Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat

وَاللَّهُ فِى عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِى عَوْنِ أَخِيهِ

…Dan Allah senantiasa menolong seorang hamba selama ia juga menolong saudaranya.”
(Riwayat Muslim)

Menuntut Ilmu dengan tujuan agar memberi kebaikan kepada orang lain, tentu memerlukan dana yang besar, namun balasannya setara dengan sedekah Jariyah.



Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ : إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Apabila manusia telah meninggal dunia maka terputuslah semua amalannya kecuali tiga amalan : shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yang mendoakan dia.” [HR. Muslim].
Kita diperintahkan untuk meninggalkan ahli waris dalam keadaan cukup.



Rasulullah bersabda :

“Sesungguhnya engkau tinggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya (cukup) lebih baik dari pada engkau tinggalkan mereka hidup melarat/miskin yang menadahkan tangan-tangan mereka kepada manusia (meminta-minta)”.
[Hadits Riwayat Bukhari 3/186 dan Muslim 5/71 dan lain-lain]
Menghidupi Karyawan yang bekerja kepada kita, tentu memerlukan biaya yang cukup besar, dan akan bernilai sedekah bagi kita.



Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:

وَ مَا أطْعَمْتَ خَادِمَكَ فَهُوَ لَكَ صَدَقَةٌ

“…dan apa yang engkau berikan untuk memberi makan pelayanmu, maka itu adalah shadaqah bagimu.”
[HR Ibnu Majah, 2138; Ahmad, 916727; dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Ibnu Majah, 1739]
Membantu orang yang berjuang di jalan ALLAH, diperlukan dana yang tidak sedikit, namun balasannya juga sangat luar biasa.


Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam telah bersabda :

مَنْ جَهَّزَ غَازِيًا فِى سَبِيلِ اللَّهِ فَقَدْ غَزَا وَمَنْ خَلَفَهُ فِى أَهْلِهِ بِخَيْرٍ فَقَدْ غَزَا

“Barangsiapa menyiapkan bekal bagi seorang mujahid di jalan Allah sungguh ia telah berjihad dan barangsiapa menjaga keluarga yang ditinggalkan seorang mujahid maka sungguh ia telah berjihad”
(HR.Muslim : 12/425)
Pembagunan Masjid, terkadang memerlukan dana yang sangat besar, dan balasannya juga sangat hebat 




Rasulullah bersabda:

مَنْ بَنَى مَسْجِداً يَبْتَغِي بِهِ وَجْهَ اللهِ بَنَى اللهُ لَهُ مِثْلَهُ فِي الْجَنَّةِ . وفي رواية لمسلم: بَيْتاً فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa membangun masjid –karena mengharap wajah Allah- maka Allah akan membangunkan untuknya yang semisalnya di dalam syurga.” Dan dalam riwayat Muslim disebutkan dengan lafal: “rumah di dalam syurga.”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Memberi makanan berbuka puasa



Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

من فطر صائما كان له مثل أجره ، غير أنه لا ينقص من أجر الصائم شيئا

“Orang yang memberikan hidangan berbuka puasa kepada orang lain yang berpuasa, ia akan mendapatkan pahala orang tersebut tanpa sedikitpun mengurangi pahalanya.”
(HR. At Tirmidzi no 807, ia berkata: “Hasan shahih”)
Menjadi juru dakwah, diperlukan dana operasional yang lumayan besar 



Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda,

“Barangsiapa menyeru ke jalan petunjuk (kebaikan), maka baginya pahala seperti pahala orang-orang yang mengikutinya, yang tidak terkurangi sedikitpun dari pahala-pahala amal mereka sama sekali. Barangsiapa menyeru kepada jalan yang menyesatkan, maka baginya dosa semisal (sama) dosa orang-orang yang mengikutinya, yang tidak terkurangi sedikitpun dari dosa-dosa mereka sama sekali.” (Shahih Ibnu Majah : No. 0172).
Pelindung bagi anak Yatim 



ALLAH berfirman :

وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا﴿٨﴾ إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا

Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allâh, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.
[QS. al-Insân (76) ayat 8-9].
Bersedekah adalah mengundang rezeki 



Rasulullah saw bersabda:

“Tidak akan berkurang rezeki orang yang bersedekah, kecuali bertambah, bertambah, bertambah.”(HR. Al Tirmidzi)
Infaq menghindari diri dari kebinasaan



ALLAH berfirman :

وَأَنفِقُواْ فِى سَبِيلِ اللَّهِ وَلاَ تُلْقُواْ بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ وَأَحْسِنُواْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

Dan berinfaklah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al Baqarah (2) ayat 195)
Zakat adalah sebagai pembersih



ALLAH berfirman :

خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka. Dengan zakat itu, kamu membersihkan dan mensucikan mereka”.
[QS. At Taubah (9) ayat 103].
Ber-Qurban tentu diperlukan dana yang tidak sedikit, namun balasannya sangat besar



Dari Zaid ibn Arqam, ia berkata atau mereka berkata: “Wahai Rasulullah SAW, apakah qurban itu?” Rasulullah menjawab: “Qurban adalah sunnahnya bapak kalian, Nabi Ibrahim.” Mereka menjawab: “Apa keutamaan yang kami akan peroleh dengan qurban itu?” Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai rambutnya adalah satu kebaikan.”Mereka menjawab: “Kalau bulu-bulunya?”Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai bulunya juga satu kebaikan.” [HR. Ahmad dan ibn Majah]
Haji dan Umroh adalah ibadah dengan dana yang lumayan besar, dan menjadi sarana terkabulnya do’a, dimana balasan bagi Haji yang Mabrur, adalah Surga




Dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

اَلْغَازِي فِيْ سَبِيْلِ اللهِ وَالْحَاجُّ وَالْمُعْتَمِرُ، وَفْدُ اللهِ، دَعَاهُمْ فَأَجَابُوهُ. وَسَأَلُوهُ فَأَعْطَاهُمْ.

“Orang yang berperang di jalan Allah dan orang yang menunaikan haji dan umrah, adalah delegasi Allah. (ketika) Allah menyeru mereka, maka mereka memenuhi panggilan-Nya. Dan (ketika) mereka meminta kepada-Nya, maka Allah mengabulkan (pemintaan mereka).”
[Hasan: Sunan Ibni Majah (II/966, no. 2893); lihat Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir (no. 2339)]
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

اَلْعُمْرَةُ إِلَى الْعُمْرَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُمَا، وَالْحَجُّ الْمَبْرُوْرُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ.

“Umrah ke umrah adalah penghapus dosa antara keduanya, dan haji yang mabrur tidak ada pahala baginya selain Surga.”
[ Muttafaq ‘alaih: Shahiih al-Bukhari (III/597, no. 1773), Shahiih Muslim (II/987, no. 1349), Sunan at-Tirmidzi (II/206, no. 937), Sunan Ibni Majah (II/964, no. 2888), Sunan an-Nasa-i (V/115)]



Teladan Sahabat



Para sahabat, yang dikenal sebagai MILYADER, antara lain :


1. Utsman bin Affan ra.
Saat Perang Tabuk, beliau menyumbang 300 ekor unta, setara dengan nilai Rp. 3 Milyar, serta dana sebesar 1.000 Dinar Emas, yang setara dengan Rp. 2,37 Milyar.
Ubaidullah bin Utbah memberitakan, ketika terbunuh, Utsman ra. masih mempunyai harta yang disimpan penjaga gudangnya, yaitu: 30.500.000 dirham (setara dengan Rp. 2,05875 Trilyun) dan 100.000 dinar (setara dengan Rp. 237 Milyar).

2. Abdurrahman bin Auf  ra.

Ketika menjelang Perang Tabuk, Abdurrahman bin Auf mempelopori dengan menyumbang dana sebesar 200 Uqiyah Emas atau setara dengan Rp. 3,5 Milyar.
Menjelang wafatnya, beliau mewasiatkan 50.000 dinar untuk infaq fi Sabilillah, atau setara dengan nilai Rp. 118,5 Milyar.

Dari Ayyub (As-Sakhtiyani) dari Muhammad (bin Sirin), memberitakan ketika Abdurrahman bin Auf ra. wafat, beliau meninggalkan 4 istri. Seorang istri mendapatkan warisan sebesar 30.000 dinar emas. Hal ini berarti keseluruhan istri-nya memperoleh 120.000 dinar emas, yang merupakan 1/8 dari seluruh warisan.

Dengan demikian total warisan yang ditinggalkan oleh Abdurrahman bin Auf ra, adalah sebesar 960.000 dinar emas, atau jika di-nilai dengan nilai sekarang setara dengan Rp. 2,2752 Trilyun.




▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
                                                                                                                              privatebundas.blogspot.com
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬



Electricity Lightning