Jumat, 12 Agustus 2016

Kanker Rahim


Pengertian Kanker Rahim

 

Rahim merupakan bagian penting dalam sistem reproduksi wanita. Salah satu penyakit yang dapat menyerang organ ini adalah kanker rahim. Jenis kanker ini juga sering disebut kanker endometrium karena umumnya muncul dengan menyerang sel-sel yang membentuk dinding rahim atau istilah medisnya endometrium.

Kanker ini juga dapat menyerang otot-otot di sekitar rahim sehingga membentuk sarkoma uteri. Tetapi jenis penyakit ini sangat jarang terjadi.




Gejala kanker rahim yang biasa dialami penderita adalah pendarahan vagina. Walau tidak semua pendarahan abnormal disebabkan oleh kanker rahim, tapi Anda tetap perlu waspada dan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter. Terutama jika Anda:
  • Sudah menopause, tapi tetap mengalami pendarahan.
  • Belum menopause, tapi mengalami pendarahan di luar siklus menstruasi.

Penderita Kanker Rahim di Indonesia

Kanker rahim menduduki peringkat keenam dunia dalam daftar kanker yang paling sering terjadi pada wanita. Penyakit ini diperkirakan sudah menyerang sekitar 320.000 wanita pada tahun 2012.

Di Indonesia sendiri, kanker rahim tidak termasuk ke dalam sepuluh besar kanker yang menyerang wanita. Pada tahun 2002, terhitung ada sekitar 17,500 wanita di Indonesia yang menderita kanker rahim.

Faktor Pemicu Kanker Rahim

Penyebab kanker rahim belum diketahui secara pasti. Tetapi faktor utama yang dapat meningkatkan risiko kanker rahim adalah ketidakseimbangan hormon tubuh, terutama estrogen. Kadar hormon estrogen yang tinggi dapat meningkatkan risiko seseorang untuk terkena kanker rahim.

Beberapa faktor lain yang dapat menimbulkan hormon yang tidak seimbang adalah:
  • Menopause yang terlambat.
  • Terapi penggantian hormon.
  • Penggunaan tamoksifen jangka panjang.
Karena penyebabnya yang belum diketahui, langkah pencegahan yang pasti untuk kanker rahim juga tidak ada. Meski demikian, langkah-langkah untuk mengurangi risikonya tetap ada. Misalnya:
  • Menjaga berat badan yang sehat.
  • Memperbanyak konsumsi kedelai.
  • Penggunaan jangka panjang untuk jenis kontrasepsi tertentu, misalnya pil KB kombinasi.

Pengobatan Untuk Kanker Rahim

Pilihan dalam pengobatan kanker rahim sangat bergantung pada tahap perkembangan penyakit tersebut serta status kesehatan pasien. Tetapi langkah yang umumnya dianjurkan adalah operasi pengangkatan rahim, atau istilah medisnya histerektomi.

Langkah penanganan untuk melenyapkan sel-sel kanker serta mencegah penyebarannya juga mungkin akan Anda jalani. Langkah-langkah ini meliputi radioterapi, kemoterapi, serta terapi hormon.

Gejala Kanker Rahim


Gejala yang paling umum terjadi dalam kanker rahim adalah pendarahan vagina. Diperkirakan sekitar 9 dari 10 penderita kanker rahim mengalami indikasi ini.
Meski tidak semua pendarahan abnormal disebabkan oleh kanker rahim, tapi Anda tetap perlu untuk berwaspada dan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter jika ini terjadi.

Gejala-gejala yang Anda bisa waspadai sejak awal, antara lain adanya pendarahan vagina yang terjadi di luar siklus menstruasi atau bahkan setelah menopause. Rasa sakit yang timbul juga perlu diperhatikan, seperti sakit pada panggul atau ketika Anda berhubungan seksual. Secara fisik, Anda bisa kenali gejala yang muncul dengan adanya benjolan di perut bawah atau tanpa sebab yang jelas terus kehilangan berat badan.

Para wanita yang mengalami gejala-gejala di atas harus segera memeriksakan diri ke dokter untuk memastikan apakah memang disebabkan oleh kanker rahim atau bukan. Namun apa pun penyebabnya, perlu dilakukan diagnosis dan pengobatan secepatnya

Penyebab Kanker Rahim


Ketika dinyatakan menderita kanker rahim, kita pasti bertanya-tanya apa yang menjadi pemicu terbentuknya kanker dalam tubuh kita. Penyebab kanker rahim memang belum diketahui secara pasti, tapi ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko Anda. Di antaranya:

Pajanan Terhadap Estrogen

Makin tinggi tingkat pajanan tubuh wanita terhadap estrogen, makin tinggi pula risikonya menderita kanker rahim. Setelah menopause, produksi hormon progesteron berhenti sedangkan produksi hormon estrogen tetap ada walau menurun drastis. Kadar hormon estrogen bisa meningkat jika tidak diimbangi dengan hormon progesteron. Karena itu, risiko kanker rahim bagi wanita yang sudah mengalami masa menopause cenderung lebih tinggi.

Wanita yang mengalami menopause pada usia yang lebih tua dari rata-rata, memiliki risiko lebih tinggi. Selain itu, wanita yang mulai menstruasi pada umur yang lebih muda juga memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengidap kanker rahim. Hal ini disebabkan karena pada kedua situasi tersebut, wanita terpajan estrogen untuk periode yang lebih lama dibanding mereka yang memulai menstruasi lebih terlambat atau yang mengalami menopause pada usia yang normal.

Belum Pernah Hamil

Pada saat kehamilan, kadar progesteron wanita lebih tinggi dibanding estrogen. Karena itu, wanita yang belum pernah hamil memiliki risiko kanker rahim yang lebih tinggi.

Terapi Penggantian Hormon

Jenis terapi penggantian hormon estrogen sebaiknya hanya diberikan pada wanita yang sudah menjalani histerektomi sedangkan jika rahim masih ada, terapi penggantian hormon kombinasi (estrogen dan progesteron) harus digunakan untuk menurunkan risiko kanker rahim.

Pengaruh Kelebihan Berat Badan Atau Obesitas

Kadar estrogen dalam tubuh wanita yang mengalami kelebihan berat badan atau obesitas lebih tinggi sehingga dapat meningkatkan risiko kanker rahim lebih dari dua kali. Hal ini karena jaringan lemak dapat memproduksi hormon estrogen.

Pengaruh Usia

Sebagian besar kanker rahim menyerang wanita lanjut usia yang sudah mengalami menopause.

Sindrom Ovarium Polisistik

Penderita sindrom ovarium polisistik berisiko tinggi terkena kanker rahim karena terpajan kadar estrogen yang tinggi.

Risiko Diabetes Tipe 2

Wanita yang menderita diabetes tipe 2 memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena kanker rahim.

Penggunaan Tamoksifen

Semua obat pasti memiliki risiko dan efek samping, termasuk tamoksifen yang dapat meningkatkan risiko kanker rahim bagi penggunanya.

Diagnosis Kanker Rahim

Kanker rahim belum tentu menjadi penyebab dari semua pendarahan abnormal pada organ vagina, tetapi Anda dianjurkan untuk tetap memeriksakan diri ke dokter agar bisa didiagnosis dengan pasti. Ada dua langkah yang dijalani untuk memastikan keberadaan kanker rahim, yaitu:
  • Tes USG transvaginal. Jenis USG ini digunakan untuk memeriksa perubahan ketebalan dinding rahim yang mungkin diakibatkan oleh keberadaan sel-sel kanker.
  • Tes Biopsi. Langkah ini diterapkan dengan mengambil dan memeriksa sampel sel-sel dari dinding rahim untuk dilihat di bawah mikroskop. Ada tiga cara untuk melakukan biopsi, yaitu dengan aspirasi jarum halus, hitereskopi, dan kuret.
Jika terdiagnosis positif mengidap kanker rahim, dokter akan memeriksa tahap perkembangan (stadium) kanker tersebut. Tes-tes yang biasa dianjurkan adalah rontgen dada, MRI scan, CT scan, dan tes darah lengkap.
Stadium-stadium pada kanker rahim meliputi:
  • Stadium 1 – kanker hanya terdapat dalam rahim.
  • Stadium 2 – kanker sudah menyebar ke leher rahim atau serviks.
  • Stadium 3 – kanker sudah menyebar ke luar rahim dan menyerang jaringan di sekitar panggul atau noda limfa.
  • Stadium 4 – kanker sudah menyebar ke jaringan perut atau organ lain, misalnya kantung kemih, usus besar, hati, atau paru-paru.

Pengobatan Kanker Rahim


Penentuan metode pengobatan untuk kanker rahim yang akan Anda jalani tergantung kepada stadium kanker, kondisi kesehatan, serta keinginan Anda untuk punya anak. Jangan segan untuk bertanya sedetail mungkin kepada dokter jika Anda merasa ragu.

Makin dini kanker rahim Anda terdeteksi, kemungkinan Anda untuk bertahan hidup serta sembuh akan menjadi makin tinggi. Jika terdeteksi mengidap kanker rahim pada stadium 1 atau 2, penderita memiliki kemungkinan sekitar 75 persen untuk bertahan hidup selama lima tahun atau lebih. Sebagian besar penderita kanker rahim yang terdiagnosis pada stadium 1 akhirnya sembuh total.

Sementara pasien yang terdeteksi mengidap kanker rahim pada stadium 3 memiliki kemungkinan sekitar 45 persen untuk bertahan hidup selama setidaknya lima tahun. Sedangkan untuk pasien golongan stadium 4, hanya satu dari empat orang yang bertahan hidup dalam 5 tahun ke depan.

Kanker pada stadium lanjut tidak bisa disembuhkan. Tetapi langkah pengobatan dapat dilakukan untuk mengecilkan ukuran kanker dan menghambat pertumbuhan sehingga dapat mengurangi gejala yang dirasakan penderita.

Metode-metode Pengobatan Untuk Kanker Rahim

Histerektomi

Histerektomi atau bedah pengangkatan rahim merupakan langkah penanganan kanker rahim yang paling sering dianjurkan. Operasi ini akan menghapus kemungkinan Anda untuk hamil. Karena itu, penderita kanker rahim yang masih ingin punya anak mungkin merasa enggan untuk menjalaninya.

Jenis histerektomi yang akan dijalani juga tergantung pada stadium kanker rahim yang diderita.

Operasi yang akan dijalani penderita kanker rahim stadium 1 meliputi pengangkatan rahim, kedua ovarium dan tuba falopi. Dokter juga biasanya akan sekaligus mengambil sampel dari noda limfa di sekitarnya untuk memeriksa kemungkinan adanya penyebaran kanker.

Selain melalui bedah sayatan besar yang umum, histerektomi juga dapat dilakukan lewat operasi yang hanya menerapkan beberapa sayatan kecil atau yang lebih dikenal dengan istilah histerektomi laparoskopi.

Untuk penderita kanker rahim stadium 2 atau 3, pasien dianjurkan untuk menjalani histerektomi radikal atau total. Selain rahim, kedua ovarium dan tuba falopi, operasi ini meliputi pengangkatan serviks dan vagina bagian atas.

Untuk penderita kanker rahim stadium 4, operasi pengangkatan kanker semaksimal mungkin akan dianjurkan. Prosedur ini bukan untuk menyembuhkan, tapi untuk mengurangi gejala yang diderita pasien.

Setelah operasi, penderita kanker rahim biasanya akan memerlukan radioterapi atau kemoterapi untuk mengurangi risiko kanker muncul kembali.

Radioterapi

Radioterapi dapat mencegah kembalinya kanker pada wanita yang telah menjalani histerektomi. Selain itu, untuk kasus yang lebih lanjut, radioterapi digunakan untuk menghambat penyebaran kanker, misalnya jika kondisi pasien tidak memungkinkannya untuk menjalani operasi pengangkatan rahim.
Efek samping dari metode pengobatan ini adalah:
  • Kulit pada bagian yang diobati menjadi merah dan perih.
  • Pendarahan pada rektum.
  • Umumnya efek samping akan hilang ketika pengobatan radioterapi dihentikan.
Kemoterapi

Kemoterapi biasanya digunakan untuk penderita kanker rahim pada stadium 3 atau 4 dan umumnya diberikan secara bertahap melalui infus. Selain untuk mencegah kanker muncul kembali pada kasus yang bisa disembuhkan, pengobatan ini juga dapat digunakan pasca-histerektomi untuk kasus dengan stadium lebih lanjut dalam menghambat penyebaran kanker dan mengurangi gejala.
Beberapa efek samping dari metode ini adalah rambut rontok, kelelahan, mual, dan muntah.

Terapi hormon

Terapi ini umumnya digunakan untuk menangani kanker rahim stadium lanjut atau kanker yang muncul kembali. Jenis pengobatan ini berfungsi untuk mengecilkan tumor serta mengendalikan gejala. Terapi hormon dilakukan dengan pemberian hormon progesteron artifisial dalam bentuk tablet untuk menggantikan hormon progesteron alami tubuh.
Efek samping dari langkah pengobatan ini adalah bertambahnya berat badan, kram otot, serta mual-mual.

Pencegahan Kanker Rahim


Karena penyebabnya yang tidak diketahui secara pasti, kanker rahim juga tidak bisa dicegah sepenuhnya. Tetapi, Anda bisa lakukan langkah-langkah berikut untuk mengurangi risiko terkena kanker rahim:

Menjaga Berat Badan Sehat Melalui Pola Makan dan Berolahraga

Ini merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk mencegah segala penyakit, termasuk kanker rahim. Dengan menjaga berat badan yang sehat, Anda akan terhindar dari obesitas yang termasuk dalam faktor risiko penyakit ini. Hal ini dapat Anda lakukan dengan:
  • Berolahraga setidaknya 2-3 jam dalam seminggu.
  • Mengonsumsi makanan rendah lemak dan berserat tinggi.
Selain pola makan yang sehat, mengonsumsi bahan-bahan dari kedelai seperti tempe, tahu dan susu kedelai juga dapat menurunkan risiko terkena kanker rahim. Ini karena kedelai mengandung senyawa isoflavon yang dapat membantu melindungi dinding rahim



Kanker Ovarium



Pengertian Kanker Ovarium


]Kanker ovarium adalah kanker yang tumbuh pada indung telur atau ovarium. Penyakit ini menduduki posisi ketujuh di antara jenis-jenis kanker yang paling umum menyerang wanita. Pada tahun 2012, diperkirakan terdapat sekitar 239.000 kasus kanker ovarium baru yang muncul di seluruh dunia.

Kanker ini dapat diidap oleh semua wanita pada segala usia. Tetapi kanker ovarium paling sering menyerang wanita yang sudah mengalami masa menopause atau umumnya berusia 50 tahun ke atas.






Jenis-jenis Kanker Ovarium


Kanker ovarium dapat dikategorikan dalam tiga jenis, yaitu tumor epitelial, tumor stromal, dan tumor sel germinal. Penentuan jenis kanker ini berdasarkan sel mana yang diserang kanker.
Tumor epitelial adalah jenis kanker ovarium yang terjadi jika sel kanker menyerang jaringan yang membungkus ovarium. Sekitar 9 dari 10 kasus kanker ovarium merupakan jenis ini.

Sementara tumor stromal muncul ketika sel kanker menyerang jaringan yang mengandung sel-sel penghasil hormon. Jenis kanker ini termasuk jarang dan diperkirakan hanya diderita 7 di antara 100 pengidap kanker ovarium.

Jika sel kanker menyerang sel-sel penghasil telur, ini disebut tumor sel germinal. Jenis kanker ovarium ini lebih sering menyerang wanita muda.

Gejala-gejala Kanker Ovarium


Kanker ovarium termasuk jenis penyakit yang sulit dikenali. Kanker ovarium pada stadium awal jarang menyebabkan gejala. Jika ada pun, gejala-gejalanya cenderung dikira akibat penyakit lain (seperti konstipasi atau iritasi usus) sehingga sering baru terdeteksi saat penyakit ini sudah menyebar dalam tubuh.

Oleh sebab itu, penting bagi Anda untuk mewaspadai beberapa gejala yang umumnya dialami oleh pengidap kanker ovarium. Di antaranya adalah:
  • Pembengkakan pada perut.
  • Perut selalu terasa kembung.
  • Sakit perut.
  • Penurunan berat badan.
  • Cepat kenyang.
  • Mual.
  • Perubahan pada kebiasaan buang air besar, misalnya konstipasi.
  • Frekuensi buang air kecil yang meningkat.
  • Sakit saat berhubungan seks.
Pastikan Anda memeriksakan diri ke dokter jika merasakan gejala-gejala tersebut, terutama yang sering dialami atau tidak kunjung membaik. Jangan menganggap remeh indikasi penyakit meski terasa atau terlihat sepele.

Penyebab dan Faktor Risiko Kanker Ovarium


Sama seperti kanker pada umumnya, penyebab kanker ovarium juga belum diketahui secara pasti. Tetapi para pakar menduga terdapat beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seorang wanita untuk terkena kanker ini. 

Faktor-faktor risiko tersebut meliputi:
  • Usia. Kanker ovarium cenderung terjadi pada wanita berusia 50 tahun ke atas.
  • Faktor keturunan dan genetika. Risiko Anda untuk terkena kanker ovarium akan meningkat jika ada anggota keluarga kandung yang mengidap kanker ovarium atau kanker payudara. Begitu juga dengan pemilik gen BRCA1 dan BRCA2.
  • Terapi penggantian hormon estrogen, terutama yang jangka panjang dan berdosis tinggi.
  • Mengidap endometriosis.
  • Tidak pernah hamil.
  • Mengalami siklus menstruasi sebelum usia 12 tahun dan menopause setelah usia 50 tahun.
  • Menjalani proses pengobatan kesuburan.
  • Merokok.
  • Menggunakan alat kontrasepsi IUD.

Proses Diagnosis Kanker Ovarium


Setelah menanyakan gejala yang dialami, riwayat kesehatan keluarga, dan melakukan pemeriksaan fisik, dokter akan merekomendasikan pemeriksaan lebih mendetail. Proses tersebut biasanya meliputi USG, tes darah dan biopsi.

Dokter akan menganjurkan USG bagian perut dan di sekitar organ intim. Langkah ini akan membantu dokter untuk memeriksa bentuk, ukuran, dan struktur ovarium Anda.
Sementara tes darah dilakukan untuk mendeteksi keberadaan protein CA 125 dalam darah. Kadar CA 125 yang tinggi bisa mengindikasikan kanker ovarium. Tapi ini tidak bisa menjadi satu-satunya patokan karena CA 125 juga bisa meningkat akibat kondisi lain seperti fibroid pada rahim dan tidak semua penderita kanker ovarium memiliki tingkat CA 125 yang tinggi.
Jika proses diagnosis menunjukkan Anda positif mengidap kanker ovarium, 

langkah berikutnya adalah mencari tahu stadium dan perkembangan kanker Anda. Proses ini umumnya meliputi CT atau MRI scan, rontgen dada, serta prosedur biopsi untuk mengambil sampel cairan rongga perut dan jaringan ovarium.

Mengetahui stadium kanker yang Anda derita akan membantu dokter untuk menentukan langkah pengobatan terbaik untuk Anda. Secara umum, stadium kanker ovarium terbagi dalam empat kategori yang meliputi:
  • Stadium 1: Kanker hanya menyerang salah satu atau kedua ovarium tapi belum menyebar ke organ lain.
  • Stadium 2: Kanker sudah menyebar dari ovarium ke jaringan di sekitar panggul.
  • Stadium 3: Kanker sudah menyebar ke selaput perut, permukaan usus, dan kelenjar getah bening di panggul.
  • Stadium 4: Kanker sudah menyebar hingga bagian lain tubuh, misalnya ginjal, hati, dan paru-paru.

Langkah Pengobatan Kanker Ovarium


Masing-masing pengidap kanker ovarium bisa membutuhkan pengobatan yang berbeda. Hal ini akan ditentukan berdasarkan stadium kanker, kondisi kesehatan, dan keinginan Anda untuk memiliki keturunan. Langkah utama dalam pengobatan kanker ovarium adalah operasi dan kemoterapi.

Prosedur operasi biasanya meliputi pengangkatan kedua ovarium, tuba falopi, rahim, serta omentum (jaringan lemak dalam perut). Operasi ini juga bisa melibatkan pengangkatan kelenjar getah bening pada panggul dan rongga perut untuk mencegah dan mencari tahu jika ada penyebaran kanker. Dengan terangkatnya kedua ovarium dan rahim, kemungkinan Anda untuk punya anak akan lenyap.

Namun lain halnya dengan kanker ovarium yang terdeteksi pada stadium dini. Pasiennya mungkin hanya menjalani operasi pengangkatan salah satu ovarium dan tuba falopi sehingga kemungkinan untuk memiliki keturunan bisa tetap ada.

Setelah operasi, dokter akan menjadwalkan proses kemoterapi. Ini dilakukan untuk membunuh sel-sel kanker yang tersisa. Contoh obat yang umumnya digunakan adalah carboplatin yang terkadang juga dikombinasikan dengan paclitaxel. Selama menjalani kemoterapi, dokter akan memantau perkembangan Anda secara rutin guna memastikan keefektifan obat dan respons tubuh Anda terhadap obat.

Kemoterapi juga terkadang diberikan sebelum operasi pada pengidap kanker ovarium stadium lanjut. Langkah ini berfungsi mengecilkan tumor sehingga memudahkan prosedur pengangkatan.

Sama halnya dengan obat-obatan lain, proses kemoterapi juga berpotensi menimbulkan efek samping. Beberapa di antaranya adalah tidak nafsu makan, mual, muntah, lelah, rambut rontok, serta meningkatnya risiko infeksi.

Prognosis Untuk Kanker Ovarium


Makin dini kanker ovarium terdeteksi dan ditangani, kemungkinan Anda untuk bertahan hidup pun akan meningkat. Pasien yang didiagnosis positif mengidap kanker ovarium diperkirakan memiliki kemungkinan untuk bertahan hidup selama satu tahun sekitar 70-75 persen. Terdapat lebih dari 45 persen dari pasien kanker ovarium yang bertahan hidup setidaknya selama lima tahun dan 35 persen selama 10 tahun.

Pengidap kanker ovarium stadium lanjut umumnya tidak bisa disembuhkan dan tujuan dari penanganannya adalah mengurangi gejala dan mendorong tumor untuk memasuki masa remisi.

Pencegahan Kanker Ovarium


Karena penyebabnya yang belum diketahui, pencegahan kanker ovarium pun tidak bisa dilakukan secara pasti. Meski demikian, ada beberapa hal yang dapat menurunkan risiko Anda terkena kanker ini, terutama metode yang bisa menghentikan proses ovulasi. Langkah-langkah tersebut meliputi:
  • Menggunakan kontrasepsi dalam bentuk pil. Konsumsi pil kontrasepsi selama lima tahun terbukti dapat mengurangi risiko kanker ovarium hingga setengahnya.
  • Menjalani kehamilan dan menyusui.
  • Menerapkan gaya hidup yang sehat agar terhindar dari obesitas. Contohnya, teratur berolahraga dan memiliki pola makan yang sehat dan seimbang.
Jika Anda memiliki risiko kanker ovarium yang tinggi, operasi pengangkatan ovarium dan tuba falopi sebelum terkena kanker juga dapat dilakukan untuk meminimalisasi risiko Anda. Prosedur ini biasanya dianjurkan pada usia 35 hingga 40 tahun atau saat Anda memutuskan untuk tidak ingin memiliki keturunan lagi.


Kamis, 11 Agustus 2016

Kanker Payudara



Pengertian Kanker Payudara

 

alodokter-kanker-payudaraPayudara terbentuk dari lemak, jaringan ikat, dan ribuan lobulus (kelenjar kecil penghasil air susu). Saat seorang wanita melahirkan, Air Susu Ibu (ASI) akan dikirim ke puting melalui saluran kecil saat menyusui.

Sel-sel dalam tubuh kita biasanya tumbuh dan berkembang biak secara teratur. Sel-sel baru hanya terbentuk saat dibutuhkan. Tetapi proses dalam tubuh pengidap kanker akan berbeda.

Proses tersebut akan berjalan secara tidak wajar sehingga pertumbuhan dan perkembangbiakan sel-sel menjadi tidak terkendali. Sel-sel abnormal tersebut juga bisa menyebar ke bagian-bagian tubuh lain melalui aliran darah. Inilah yang disebut kanker yang mengalami metastasis.
Jika terdeteksi pada stadium awal, kanker dapat diobati sebelum menyebar ke bagian lain tubuh. Gejala awal kanker payudara adalah benjolan atau penebalan pada jaringan kulit payudara. Tetapi sebagian besar benjolan belum tentu menandakan kanker.

Penderita Kanker Payudara di Indonesia

Kejadian kanker payudara di Indonesia mencapai sekitar 40 kasus setiap 100.000 penduduk pada tahun 2012, menurut data di organisasi kesehatan dunia (WHO). Dibandingkan dengan negara tetangga kita, Malaysia, kanker payudara di Indonesia lebih banyak diderita oleh wanita usia muda dan pada tahap yang lebih lanjut.
Kanker payudara tidak hanya menyerang kaum wanita tapi juga pria walaupun jarang.

Apa saja Jenis Kanker Payudara?


Dua di antara tiga wanita yang mengidap kanker payudara berusia di atas 50 tahun. Saat Anda menyadari adanya gejala kanker payudara, Anda dianjurkan untuk segera mengonsultasikannya ke dokter. Setelah pemeriksaan, dokter biasanya merujuk Anda ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut guna memastikan diagnosis.
Kanker payudara umumnya terbagi dalam dua kategori, yaitu non-invasif dan invasif. Penjelasan lebih detailnya adalah sebagai berikut:

Kanker payudara invasif
Bentuk paling umum dari kanker payudara invasif adalah kanker payudara duktal invasif yang berkembang pada sel-sel pembentuk saluran payudara. Kata invasif berarti kanker ini dapat menyebar di luar payudara. Sekitar 80 persen dari semua kasus kanker payudara invasif merupakan jenis semacam ini.
Jenis kanker payudara invasif lain meliputi:
  • Kanker payudara lobular invasif. Penyakit ini berkembang pada kelenjar penghasil susu yang disebut lobulus.
  • Kanker payudara terinflamasi.
  • Kanker Paget pada payudara.
Jenis-jenis kanker ini juga dikenal sebagai kanker payudara sekunder atau metastasis. Jenis ini dapat menyebar ke bagian lain tubuh. Penyebarannya biasanya melalui kelenjar getah bening (kelenjar kecil yang menyaring bakteri dari tubuh) atau aliran darah.
Kanker payudara non-invasif
Bentuk kanker non-invasif biasanya ditemukan melalui mamografi karena jarang menimbulkan benjolan. Jenis ini juga sering disebut pra kanker. Tipe yang paling umum dari kanker ini adalah duktal karsinoma in situ. Jenis kanker payudara ini bersifat jinak dan ditemukan dalam saluran (duktus) payudara, serta belum menyebar.

Pemeriksaan Payudara dan Genetika

Penyebab kanker payudara yang utama belum diketahui. Karena itu, pencegahan sepenuhnya untuk kanker payudara juga sulit ditentukan. Banyak faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena kanker, misalnya usia dan riwayat kesehatan keluarga.

Pemeriksaan payudara dan genetika dianjurkan untuk wanita dengan kemungkinan terkena kanker payudara melebihi rata-rata. Risiko kanker payudara meningkat seiring usia, maka wanita berusia 50-70 tahun dianjurkan memeriksakan diri setiap tiga tahun sekali. Wanita berusia 70 tahun ke atas juga dianjurkan untuk memeriksakan diri dan berkonsultasi dengan dokter.

Langkah-langkah Pengobatan Kanker Payudara

Satu dari sembilan orang wanita akan terkena kanker payudara selama masa hidup mereka. Kanker yang terdeteksi pada tahap awal memiliki peluang untuk sembuh melalui langkah-langkah pengobatan. Karena itu, sangat penting bagi seorang wanita untuk melakukan pemeriksaan payudara secara rutin.

Kanker payudara dapat diobati dengan kombinasi operasi, kemoterapi, dan radioterapi. Beberapa kasus kanker payudara juga dapat ditangani melalui terapi biologis atau hormon. Selama masa pengobatan dan pemulihan, dukungan dari orang lain (terutama keluarga serta teman dekat) bagi penderita kanker payudara sangatlah penting.

Gejala Kanker Payudara


 Indikasi pertama dari kanker payudara yang umumnya disadari adalah benjolan atau kulit yang menebal di payudara, tetapi sekitar 9 dari 10 benjolan yang muncul bukanlah disebabkan oleh kanker.
Indikasi pertama kanker payudara yang biasanya disadari adalah benjolan atau kulit yang menebal pada payudara. Meski demikian, sekitar 9 dari 10 benjolan yang muncul bukanlah disebabkan oleh kanker.
 
Terdapat beberapa indikasi yang perlu Anda perhatikan agar bisa ditanyakan langsung kepada dokter yang menangani Anda. Contoh gejala tersebut adalah rasa sakit pada payudara atau ketiak yang tidak berhubungan dengan siklus menstruasi.

Kemunculan benjolan atau kulit payudara yang menebal serta keluarnya cairan dari puting (biasanya disertai darah) juga perlu Anda waspadai. Beberapa gejala lainnya adalah perubahan ukuran pada salah satu atau kedua payudara, perubahan bentuk puting, serta kulit payudara yang mengerut.

Anda mungkin juga akan mengalami gatal-gatal dan muncul ruam di sekitar puting Anda. Pada bagian ketiak Anda, bisa juga muncul benjolan atau pembengkakan. Tanda-tanda dan gejala di atas perlu Anda waspadai dan usahakan untuk menanyakan pada dokter untuk memastikan kondisi yang Anda alami.

Penyebab Kanker Payudara


Penyebab kanker payudara belum diketahui secara pasti. Sulit untuk memastikan bahwa tiap penderita memiliki penyebab yang sama atau tidak. Tetapi ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi tingkat risiko terkena kanker payudara, antara lain:

Dampak Diagnosis Kanker Payudara yang Sebelumnya

Jika Anda pernah mengidap kanker payudara atau terjadi perubahan sifat sel kanker non-invasif yang terkandung di dalam saluran payudara menjadi sel kanker invasif, Anda dapat kembali terkena kanker pada payudara yang sama atau pada payudara satunya.

Pengaruh Benjolan Jinak yang Pernah Dimiliki

Memiliki benjolan jinak bukan berarti Anda mengidap kanker payudara, tetapi benjolan tertentu mungkin bisa meningkatkan risiko Anda. Perubahan kecil pada jaringan payudara Anda, seperti pertumbuhan sel yang tidak lazim dalam saluran atau lobulus, bisa meningkatkan risiko Anda untuk terkena kanker payudara.

Pengaruh Genetika dan Riwayat Kesehatan Keluarga

Jika Anda memiliki keluarga inti (misalnya, ibu, kakak, adik atau anak) yang mengidap kanker payudara atau ovarium, risiko Anda untuk terkena kanker payudara akan meningkat. Tetapi kanker payudara mungkin juga muncul lebih dari sekali dalam satu keluarga secara kebetulan.
Umumnya kasus kanker payudara bukan dikarenakan faktor keturunan (hereditas), tetapi mutasi gen tertentu yang dikenal dengan nama BRCA1 dan BRCA2 dapat mempertinggi risiko kanker payudara dan kanker ovarium. Jenis kanker ini juga mungkin diturunkan orang tua kepada anak.

Faktor Usia

Seiring bertambahnya usia, risiko kanker juga akan meningkat. Kanker payudara umumnya terjadi pada wanita berusia di atas 50 tahun yang sudah mengalami menopause. Sekitar 80 persen kasus kanker payudara terjadi pada wanita berusia di atas 50 tahun.

Risiko Paparan Radiasi

Risiko Anda untuk terkena kanker payudara juga bisa meningkat jika sering terpapar radiasi atau akibat prosedur medis tertentu yang menggunakan radiasi seperti rontgen dan CT scan.

Risiko Paparan Estrogen

Risiko terkena kanker payudara akan sedikit meningkat akibat tingkat paparan terhadap estrogen dalam tubuh. Contoh:
  • Jika Anda tidak memiliki keturunan atau melahirkan di usia lanjut. Hal ini akan meningkatkan risiko kanker payudara karena paparan terhadap estrogen tidak terhalang oleh proses kehamilan.
  • Jika Anda mengalami masa menstruasi yang lebih lama (misalnya, mulai menstruasi sebelum usia 12 tahun atau mengalami menopause setelah usia 55 tahun).

Pengaruh Terapi Penggantian Hormon

Terapi penggantian hormon kombinasi memiliki risiko sedikit lebih tinggi daripada terapi penggantian hormon estrogen. Tetapi keduanya tetap dapat mempertinggi risiko terkena kanker payudara.Di antara 1.000 wanita yang menjalani terapi hormon kombinasi selama 10 tahun, diperkirakan akan ada 19 kasus kanker payudara lebih banyak dibanding kelompok wanita yang tidak pernah menerima terapi hormon. Risiko ini juga akan meningkat seiring durasi terapi, tapi akan kembali normal setelah Anda berhenti menjalaninya.

Pengaruh Kelebihan Berat Badan Atau Obesitas

Kelebihan berat badan setelah menopause dapat menyebabkan peningkatan produksi estrogen sehingga risiko kanker payudara akan meningkat.

Konsumsi Minuman Keras

Sebuah penelitian telah dilakukan terhadap 200 wanita pengonsumsi minuman keras dan 200 wanita bukan pengonsumsi minuman keras. Hasilnya menyatakan bahwa anggota kelompok pengonsumsi minuman keras bisa terserang kanker sebanyak tiga orang lebih banyak. Risiko kanker payudara akan meningkat seiring banyaknya jumlah minuman keras yang dikonsumsi.

Diagnosis Kanker Payudara


Pada umumnya, kanker payudara didiagnosis melalui pemeriksaan rutin atau ketika penderitanya menyadari gejala-gejala tertentu yang akhirnya menjadi pendorong untuk ke dokter.Pemeriksaan fisik saja tidak cukup untuk mengonfirmasi diagnosis kanker payudara.
Jika menemukan benjolan pada payudara Anda, dokter akan menganjurkan beberapa prosedur untuk memastikan apakah Anda menderita kanker payudara atau tidak.
  • Mamografi. Pemeriksaan dengan mamografi umumnya digunakan untuk mendeteksi keberadaan kanker.
  • USG. Jenis pemeriksaan ini digunakan untuk memastikan apakah benjolan pada payudara berbentuk padat atau mengandung cairan.
  • Biopsi. Pemeriksaan ini meliputi proses pengambilan sampel sel-sel payudara dan mengujinya untuk mengetahui apakah sel-sel tersebut bersifat kanker. Melalui prosedur ini, sampel biopsi juga akan diteliti untuk mengetahui jenis sel payudara yang terkena kanker, keganasannya serta reaksinya terhadap hormon.
Saat didiagnosis positif mengidap kanker, Anda memerlukan sejumlah pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui stadium dan tingkat penyebaran kanker. Di antaranya:
  • MRI dan CT scan.
  • Rontgen dada.
  • Pemeriksaan tulanguntuk mengecek apakah kanker sudah menyebar ke tulang.
  • Biopsi kelenjar getah bening (noda limfa) di ketiak. Jika terjadi penyebaran kanker, kelenjar getah bening pertama yang akan terinfeksi adalah noda limfa sentinel.Lokasinya bervariasi jadi perlu diidentifikasikan dengan kombinasi isotop radioaktif dan tinta biru.
Anda juga dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan yang akan menunjukkan reaksi kanker pada jenis-jenis pengobatan tertentu. Di antaranya:

Pemeriksaan HER2
Kanker yang dirangsang oleh protein, disebut dengan HER2 (human epidermal growth factor receptor 2), dapat ditangani dengan obat-obatan yang memblokir efek HER2. Jenis pengobatan ini disebut terapi biologis atau molekul.
Pemeriksaan reseptor hormon
Pertumbuhan sel kanker payudara juga mungkin dipicu oleh hormon alami tubuh, misalnya estrogen dan progesteron. Sampel sel kanker akan diambil dari payudara dan diuji untuk melihat reaksinya pada estrogen atau progesteron. Jika hormon menempel pada sel kanker, yaitu pada reseptor hormon, sel tersebut akan disebut sebagai reseptor hormon positif.

Stadium Kanker Payudara

Stadium menjelaskan ukuran kanker dan tingkat penyebarannya. Kanker payudara duktal non-invasif terkadang digambarkan sebagai Stadium 0. Stadium lainnya menjelaskan perkembangan kanker payudara invasif. Dokter akan menentukan stadium kanker setelah Anda didiagnosis positif terkena kanker.

Pada stadium 1
Ukuran tumor kurang dari 2 cm. Tumor tidak menyebar ke kelenjar getah bening di ketiak dan tidak ada tanda-tanda penyebaran kanker ke bagian lain tubuh.
Pada stadium 2
Ukuran tumor 2-5 cm atau tidak ada penyebaran ke kelenjar getah bening, atau keduanya. Tidak ada tanda-tanda bahwa kanker sudah menyebar ke bagian lain tubuh.
Pada stadium 3
Ukuran tumor 2-5 cm. Tumor mungkin menempel pada kulit atau jaringan di sekitar payudara. Kelenjar getah bening di ketiak terinfeksi, tapi tidak ada tanda-tanda bahwa kanker sudah menyebar ke bagian lain tubuh.
Pada stadium 4
Tumor dengan segala ukuran dan sudah menyebar ke bagian lain tubuh (metastasis).

Pengobatan Kanker Payudara



Ada beberapa faktor yang jadi pertimbangan dokter sebelum memutuskan pengobatan yang terbaik, yaitu stadium serta tingkat perkembangan kanker, kondisi kesehatan menyeluruh dari penderita dan masa menopause.

Kanker payudara yang terdeteksi melalui pemeriksaan rutin biasanya berada pada stadium awal. Kanker payudara primer (sel kanker pertama berawal dari sel payudara dan bukan hasil penyebaran sel kanker dari organ lain) umumnya bisa sembuh secara total jika didiagnosis dan diobati sejak dini.

Sedangkan kanker yang terdeteksi akibat gejala fisik yang muncul mungkin sudah berada pada stadium lebih lanjut. Jika terdeteksi pada stadium lanjut dan setelah menyebar ke bagian lain tubuh, maka kanker payudara tidak bisa disembuhkan. Jenis pengobatan yang akan dianjurkan pun berbeda dan bertujuan untuk meringankan beban bagi penderitanya.
Jenis penanganan kanker payudara yang pertama biasanya adalah operasi. Jenis operasinya bervariasi tergantung jenis kanker payudara yang Anda derita. Proses operasi biasanya ditindaklanjuti dengan kemoterapi, radioterapi, atau perawatan biologis untuk beberapa kasus tertentu. Kemoterapi atau terapi hormon juga terkadang dapat menjadi langkah pengobatan pertama.

Jika terdeteksi pada stadium lanjut setelah menyebar ke bagian lain tubuh, kanker payudara tidak bisa disembuhkan. Jenis pengobatan yang akan dianjurkan pun berbeda dan bertujuan untuk meringankan beban bagi penderitanya.

Proses-proses Operasi

Operasi untuk kanker payudara terbagi dua, yaitu operasi yang hanya mengangkat tumor dan operasi yang mengangkat payudara secara menyeluruh (mastektomi). Operasi plastik rekonstruksi biasanya dapat dilakukan langsung setelah mastektomi.
Untuk menangani kanker payudara stadium awal, penelitian menunjukkan bahwa kombinasi operasi pengangkatan tumor dan radioterapi memiliki tingkat kesuksesan yang sama dengan mastektomi total.

Lumpektomi (operasi pengangkatan tumor)
Dalam lumpektomi, bentuk payudara akan dibiarkan seutuh mungkin. Operasi ini umumnya dianjurkan untuk tumor berukuran kecil dan meliputi pengangkatan tumor beserta sedikit jaringan sehat di sekitarnya. Pertimbangan dalam menentukan jumlah jaringan payudara yang akan diangkat meliputi kuantitas jaringan di sekitar tumor yang perlu diangkat, jenis, ukuran, lokasi tumor, dan ukuran payudara.
Mastektomi (pengangkatan payudara)
Proses operasi ini adalah pengangkatan seluruh jaringan payudara, termasuk puting. Penderita dapat menjalani mastektomi bersamaan dengan biopsi noda limfa sentinel jika tidak ada indikasi penyebaran kanker pada kelenjar getah bening. Sebaliknya, penderita dianjurkan untuk menjalani proses pengangkatan kelenjar getah bening di ketiak jika kanker sudah menyebar ke bagian itu.
Operasi plastik rekonstruksi
Ini adalah proses operasi untuk membuat payudara baru yang semirip mungkin dengan payudara satunya. Operasi plastik rekonstruksi bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu operasi rekonstruksi langsung yang bersamaan dengan mastektomi, dan operasi rekonstruksi berkala yang dilakukan beberapa waktu setelah mastektomi. Operasi pembuatan payudara baru ini bisa dilakukan dengan menggunakan implan payudara atau jaringan dari bagian tubuh lain.

Langkah Kemoterapi

Kemoterapi umumnya ada dua jenis, yaitu kemoterapi setelah operasi untuk menghancurkan sel-sel kanker dan sebelum operasi yang berguna mengecilkan tumor. Jenis dan kombinasi obat-obatan antikanker yang digunakan akan ditentukan oleh dokter berdasarkan jenis kanker dan tingkat penyebarannya.

Efek samping kemoterapi umumnya akan memengaruhi sel-sel sehat. Karena itu, pencegahan atau pengendalian sebagian efek samping akan ditangani dengan obat-obatan lain oleh dokter. Beberapa efek samping dari kemoterapi meliputi hilangnya nafsu makan, mual, muntah, sariawan atau sensasi perih dalam mulut, rentan terhadap infeksi, kelelahan, serta rambut rontok.

Kemoterapi juga bisa menghambat produksi hormon estrogen tubuh. Penderita yang belum mengalami menopause akan mengalami menstruasi yang terhenti selama kemoterapi. Siklus ini seharusnya akan kembali setelah pengobatan selesai. Namun, menopause dini juga mungkin bisa terjadi pada wanita yang berusia di atas 40 tahun karena mereka mendekati usia rata-rata menopause.

Jika bagian tubuh lainnya sudah terkena penyebaran kanker payudara, kemoterapi tidak akan bisa menyembuhkan kanker. Tetapi kemoterapi dapat mengecilkan tumor, meringankan gejala-gejala, dan memperpanjang usia.

Langkah Radioterapi

Radioterapi adalah proses terapi untuk memusnahkan sisa-sisa sel-sel kanker dengan dosis radiasi yang terkendali. Proses ini biasanya diberikan sekitar satu bulan setelah operasi dan kemoterapi agar kondisi tubuh dapat pulih terlebih dulu. Tetapi tidak semua penderita kanker payudara membutuhkannya.

Sama seperti kemoterapi, prosedur ini juga memiliki efek samping, yaitu iritasi sehingga kulit payudara perih, merah, dan berair, warna kulit payudara menjadi lebih gelap, kelelahan berlebihan serta limfedema (kelebihan cairan yang muncul di lengan akibat tersumbatnya kelenjar getah bening di ketiak).

Terapi Hormon Untuk Mengatasi Kanker Payudara

Khusus untuk kanker payudara yang pertumbuhannya dipicu estrogen atau progesteron alami (kanker positif reseptor-hormon), terapi hormon digunakan untuk menurunkan tingkatan kanker atau menghambat efek hormon tersebut. Langkah ini juga kadang dilakukan sebelum operasi untuk mengecilkan tumor agar mudah diangkat, tapi umumnya diterapkan setelah operasi dan kemoterapi.

Jika kondisinya kurang sehat, penderita tidak akan bisa menjalani operasi, kemoterapi, atau radioterapi. Karena itu, terapi hormon dapat menjadi alternatif sebagai proses pengobatan tunggal.

Durasi terapi hormon yang umumnya dianjurkan adalah maksimal lima tahun setelah operasi. Jenis terapi yang akan dijalani tergantung kepada usia, apakah Anda sudah menopause atau belum, tingkat perkembangan kanker, jenis hormon yang memicu kanker, dan jenis pengobatan lain yang dijalani.

Tamoksifen dan penghambat enzim aromatase adalah dua jenis obat yang biasanya digunakan dalam terapi hormon. Tamoksifen berfungsi untuk menghambat estrogen agar tidak mengikatkan diri pada sel-sel kanker.

Sedangkan penghambat enzim aromatase dianjurkan untuk penderita yang sudah mengalami menopause. Fungsinya adalah menghalangi kinerja aromatase, yaitu substansi yang membantu produksi estrogen dalam tubuh setelah menopause. Contoh obat ini dalam bentuk tablet yang tersedia dan diminum setiap hari adalah letrozol, eksemestan, dan anastrozol.

Tamoksifen dan penghambat enzim aromatase dapat menyebabkan beberapa efek samping yang mirip, antara lain sakit kepala, mual, muntah serta sensasi rasa panas, berkeringat, dan jantung berdebar (hot flushes). Tetapi, tamoksifen memiliki efek samping khusus, yaitu dapat menyebabkan perubahan siklus menstruasi pada penderita kanker payudara.

Langkah Ablasi Atau Supresi Ovarium

Ablasi atau supresi ovarium akan menghentikan kinerja ovarium untuk memproduksi estrogen.
Ablasi sendiri bisa dilakukan dengan operasi atau radioterapi. Ablasi ovarium akan menghentikan kinerja ovarium secara permanen dan memicu menopause dini.

Supresi ovarium menggunakan agonis luteinising hormone-releasing hormone (aLHRH) yang bernama goserelin. Pemakaian obat ini akan menghentikan menstruasi untuk sementara. Menstruasi akan kembali normal setelah proses pemakaian selesai. Bagi penderita berusia mendekati usia menopause atau sekitar 45 tahun, menstruasi mereka mungkin akan berhenti secara permanen meski pemakaian goserelin sudah selesai.

Suntikan goserelin diberikan sebulan sekali. Efek samping obat ini menyerupai masa menopause seperti perasaan yang emosional, kesulitan tidur dan sensasi panas yang disertai dengan jantung yang berdebar-debar.

Terapi Biologis Dengan Trastuzumab

Pertumbuhan sebagian jenis kanker payudara yang dipicu oleh protein HER2 (human epidermal growth factor receptor 2) disebut positif HER2. Selain menghentikan efek HER2, terapi biologis juga membantu sistem kekebalan tubuh untuk melawan sel-sel kanker. Jika tingkat protein HER2 Anda tinggi dan Anda mampu menjalani terapi biologis, trastuzumab mungkin akan dianjurkan oleh dokter untuk Anda setelah kemoterapi.

Antibodi berfungsi memusnahkan sel-sel berbahaya seperti virus dan bakteri. Protein ini diproduksi secara alami oleh sistem kekebalan tubuh. Trastuzumab adalah jenis terapi biologis yang dikenal sebagai antibodi monoklonal. Obat ini akan menghambat HER2 sehingga sel-sel kanker akan mati.

Terapi ini tidak cocok untuk penderita dengan penyakit jantung seperti angina, hipertensi, atau penyakit katup jantung. Jika memang diharuskan menggunakan trastuzumab, penderita harus menjalani pemeriksaan jantung secara rutin. Efek samping lain dari trastuzumab adalah mual, sakit kepala, diare, sesak napas, menggigil, demam, serta rasa nyeri.

Pencegahan Kanker Payudara



Pencegahan secara total untuk kanker payudara sulit diketahui karena penyebab kanker ini belum diketahui dengan pasti. Tetapi ada beberapa langkah yang dapat kita lakukan untuk menurunkan risiko kanker payudara.

Langkah utamanya adalah dengan menerapkan gaya hidup yang sehat. Misalnya mengurangi konsumsi makanan berlemak, menjaga berat badan yang sehat dan ideal, teratur berolahraga, serta membatasi konsumsi alkohol. Cara-cara tersebut tidak hanya bisa menurunkan risiko kanker payudara, tapi juga mencegah berbagai penyakit lain.

Selain gaya hidup, penelitian juga menunjukkan bahwa wanita yang pernah menyusui memiliki risiko lebih rendah untuk terkena kanker payudara. Hal ini mungkin terjadi karena masa ovulasi mereka menjadi tidak rutin saat sedang menyusui sehingga tingkat estrogen tetap stabil.

Menghadang Kanker Payudara Secara Klinis

Ada beberapa penanganan untuk menurun risiko bagi wanita dengan risiko kanker payudara yang lebih tinggi dari rata-rata. Dua jenis penanganan utamanya akan dijelaskan lebih detail di bawah ini.

Penanganan dengan obat-obatan
Dua jenis obat yang tersedia untuk wanita dengan risiko tinggi terkena kanker payudara adalah tamoksifen dan raloksifen. Wanita yang sudah mengalami menopause dapat menggunakan kedua obat ini, sementara wanita yang belum menopause hanya dianjurkan untuk menggunakan tamoksifen. Jika Anda pernah atau memiliki risiko mengalami penggumpalan darah atau kanker rahim, kedua obat ini juga kemungkinan tidak cocok.
Bagi Anda yang ingin memiliki anak, dokter biasanya akan menganjurkan untuk berhenti meminum tamoksifen setidaknya dua bulan sebelum mencoba untuk hamil karena obat ini akan memengaruhi perkembangan janin. Tamoksifen juga dapat meningkatkan risiko penggumpalan darah, jadi Anda sebaiknya berhenti meminumnya pada enam minggu sebelum operasi.
Mastektomi
Selain untuk menangani kanker payudara, mastektomi juga digunakan untuk menurunkan risiko kanker payudara pada wanita yang berisiko tinggi akibat riwayat keturunan. Operasi ini bisa menurunkan risiko kanker payudara hingga 90%, namun tetap memiliki risiko komplikasi.
Pengangkatan payudara juga mungkin dapat menurunkan kepercayaan diri pasien secara signifikan. Di samping operasi plastik, rekonstruksi payudara yang dilakukan bersamaan atau setelah mastektomi, Anda juga memiliki alternatif lain, yaitu payudara palsu yang dapat digunakan di dalam beha.

Pemeriksaan Kanker Payudara



Sejak tahun 2007, relawan Yappika (Yayasan Penguatan Partisipasi, Inisiatif dan Kemitraan Masyarakat Indonesia) menghimbau dan mengajari para wanita untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri. Cara yang biasa disingkat SADARI ini merupakan salah satu langkah pencegahan kanker payudara.

Kematian akibat kanker payudara dapat dicegah lewat pemeriksaan. Jika kanker payudara terdeteksi pada stadium awal, peluang Anda untuk pulih total akan makin tinggi. Kemungkinan Anda membutuhkan mastektomi atau kemoterapi juga akan menurun.

Mamografi adalah jenis pemeriksaan yang paling sering dianjurkan bagi semua wanita untuk mendeteksi kanker payudara. Walau kanker payudara lebih jarang terjadi pada wanita di atas umur 70, mereka tetap bisa menjalani pemeriksaan mamografi sekali dalam 3-5 tahun. Jika Anda adalah seorang wanita berumur antara 50-70 tahun, Anda sebaiknya menjalani pemeriksaan mamografi sekali tiap tiga tahun. Begitu juga dengan wanita yang berusia di bawah 50 tahun, mereka disarankan untuk melakukan pemeriksaan rutin sekali tiap tiga tahun.
Khusus bagi wanita yang berisiko tinggi terkena kanker payudara, misalnya karena ada keluarga inti yang mengidap kanker payudara atau ovarium, mereka sebaiknya menjalani MRI scan atau mamografi tahunan sebelum mencapai usia 50 tahun. Pemeriksaan MRI kadang menjadi pilihan karena hasilnya yang lebih akurat untuk mendeteksi kanker pada payudara yang padat.

Alternatif lain untuk mendeteksi kanker payudara adalah lewat pemeriksaan genetika. Anda dapat memilih untuk menjalani pemeriksaan genetika lewat tes darah untuk mencari variasi mutasi BRCA1, BRCA2, dan TP53. Memiliki salah satu gen ini dapat mempertinggi risiko kanker payudara.




Electricity Lightning