Letakkan dunia pada tanganmu dan akhirat pada hatimu
Nasehat Sayyidina Ali ra
Umat Islam sedikit sekali memahami dan mendalami apa yang disampaikan oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra dikarenakan terpengaruh oleh “gangguan” Abdullah bin Saba’ Al-Yamani salah seorang yahudi yang berpura-pura masuk Islam. Sesungguhnya ini sebuah kerugian yang sangat besar.
Berikut ini nasehat yang disampaikan Sayyidina Ali ra, yang dikenal sebagai imam dalam ilmu hikmah (pemahaman yang dalam) dan futuwwah yang mendapatkan pengajaran dan bimbingan langsung dari imam segala mursyid yakni Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam.
Nasehat Sayyidina Ali ra kepada puteranya
Resapkan kebenaran yang satu ini, wahai anakku !……. Bahwa Tuhan, yang punya perbendaharaan langit dan bumi , telah memberi permisi buatmu untuk mohon semua itu. Dan Dia pun membuat Janji untuk mengabulkan pintamu!. Dia menyuruh untuk mohon anugerahNya, yang akan diberikanNya. Dan Rahmatnya , yang akan dilimpahkanNya…
Tidak ada petugas sekuriti, penghalang doamu sampai padaNya. Tidak perlu pula ada perantara berada diantara kamu dan diriNya, mewakili atas-namamu.
Jika kamu melanggar janji, jika kamu melanggar sumpah, melakukan lagi yang dulu kamu bertobat, Dia tidak akan segera menghukummu, Dia tidak akan tergesa menolakmu atau menganugerahimu. Dan bila kamu bertobat sekali lagi, Dia tidak akan Nyinyir Mengejekmu atau ramai-beberkan rahasia dosamu , walaupun itu paling patut bagimu.
Tetapi Dia akan menerima tobatmu serta memaafkanmu. tanpa pernah mengungkit-ngungkit maafNya , atau menolak melimpahkan rakhmatNya. Tidak, bahkan resmi dinyatakan bahwa tobat adalah kebajikan dan kesalehan.
Yang Maha Pengasih telah membuat deklarasi , setiap salahmu cuma dihitung satu, setiap baik-salehmu dihitung sepuluh. Pintu TobatNya ditinggal lebar jembar terbuka.
Dia dengar setiap sapaan panggilanmu. Dia terima setiap panjatan doamu..
.
Putraku sayang, walaupun rentang usiaku tidaklah sepanjang mereka yang telah mendahuluiku, namun aku berusaha keras untuk mempelajari sejarah kehidupan mereka. Dengan tekun kutelusuri kegiatan-kegiatan mereka, kurenungkan pikiran dan amal perbuatan mereka, kupelajari bekas-bekas peninggalan dan reruntuhan mereka, dan kurenungkan perjalanan mereka sedemikian rupa sehingga aku merasa seakan-akan aku pernah hidup dan bekerja bersama mereka dari abad-abad permulaan sejarah sampai ke masa kita ini. Aku tahu apa yang baik dan yang membawa kerusakan bagi mereka.
Dengan memisahkan yang baik dari yang buruk kuperhatikan dengan seksamahalaman-halaman pengetahuan yang telah kuhimpun. Melalui nasihat ini aku berusaha menunjukkan kepadamu nilai kehidupan yang bersih dan pemikiran yang tinggi, dan bahaya kehidupan yang penuh dosa dan kekejian. Sebagai ayah yang kasih, penuh perhatian dan mencintaimu, aku berusaha menjaga dan melindungi setiap segi kehidupanmu.
Sejak awal aku bermaksud menolong mengembangkan akhlak yang mulia dan mempersiapkanmu menjalani kehidupan ini. Aku ingin mendidikmu menjadi seorang pemuda dengan akhlak karimah, berjiwa terbuka dan jujur serta memiliki pengetahuan yang jernih dan tepat tentang segala sesuatu di sekelilingmu.
Pada mulanya aku hanya ingin mengajarimu Kitab Suci, secara mendalam, mengerti seluk-beluk (tafsir dan takwil)nya, membekalimu dengan pengetahuan yang lengkap tentang perintah dan larangan-Nya (hukum-hukum dan syariat-Nya) serta halal dan haramnya. Kemudian aku khawatir engkau dibingungkan oleh hal-hal yang diperselisihkan di antara manusia, akibat perbedaaan pandangan di antara mereka dan diperburuk oleh cara berpikir yang kacau, cara hidup yang penuh dosa, egoisme dan kecenderungan hawa nafsu mereka, sebagaimana membingungkan mereka yang berselisih itu sendiri.
Oleh karena itu, kutuliskan, dalam nasihatku ini,prinsip-prinsip dasar dari keutamaan, kemuliaan, kesalehan, kebenaran dan keadilan. Mungkin berat terasa olehmu, tetapi lebih baik membekali engkau dengan pengetahuan ini daripada membiarkanmu tanpa pertahanan berhadapan dengan dunia yang penuh dengan bahaya kehancuran dan kebinasaan. Karena engkau adalah pemuda yang saleh dan bertaqwa, aku yakin engkau akan mendapatkan bimbingan dan pertolongan ilahi (taufik dan hidayah-Nya) dalam mencapai tujuanmu. Aku ingin engkau berjanji pada dirimu untuk bersungguh-sungguh mengikuti nasihatku ini.
Ketahuilah wahai putraku, bahwa sebaik-baiknya wasiat adalah taqwa kepada Allah, bersunguh-sungguh menjalankan tugas yang diwajibkan-Nya atasmu, dan mengikuti jejak langkah ayah-ayahmu yang terdahulu (sampai Rasullullah) dan orang-orang yang saleh dari keluargamu. Bahwasanya mereka senantiasa memperhatikan dengan teliti pikiran dan perbuatan mereka sebagaimana engkaupun harus berbuat. Apabila jiwamu menolak untuk menerima hal-hal tersebut dan bertahan untuk mengetahui sendiri sebagaimana mereka mengetahui (mengalami apa yang mereka alami), maka engkaupun bebas untuk mencapai kesimpulan-kesimpulanmu, tetapi hendaknya usahamu itu disertai dengan pengkajian dan pemahaman yang teliti.
Jangan sekali-kali membiarkan ketidakpastian dan keraguan meracuni pikiranmu. Jangan biarkan rasa ingin menang ataupun rasa suka dan tidak suka mempengaruhi pandangan dan pendapatmu. Ingatlah untuk senantiasa mengawali usahamu dengan memohon petunjuk dari Tuhanmu dan membimbingmu ke jalan yang benar. Jangan biarkan perasaan ragu dan bimbang (terhadap kebenaran ajaran agama) menguasai pikiranmu, karena itu akan menjerumuskanmu ke dalam agnostisisme (sikap tidak peduli terhadap Tuhan) atau syubhat atau ke dalam dosa dan kesesatan.
Ketika engkau akan menyelesaikan suatu masalah sedang engkau yakin bahwa hatimu bersih dan khusyuk, pikiranmu telah terpusat dan semangatmu telah penuh, perhatikanlah apa yang telah kuterangkan padamu, tetapi jika pikiranmu belum jernih dan terbebas dari keraguan sebagaimana engkau harapkan maka engkau akan membabi buta dan menerjang bagaikan unta buta dan jatuh ke dalam kegelapan. Dalam keadaan seperti itu yang terbaik adalah berhenti, karena dalam keterbatasan-keterbatasan seperti itu seseorang takkan pernah mencapai kebenaran.
Putraku sayang, perhatikan dan ingatlah baik-baik nasehatku. Dan ketahuilah, bahwa Allah, Penguasa Maut. Dia pula Penguasa Hidup. Dia lah Pencipta sekaligus Penghancur, bahwa Dia yang memusnahkan dan akan menghidupkan kembali. Dia yang mengirim bencana dan hanya Dia yang menyelamatkan.
Ingatlah bahwa alam semesta berjalan dibawah hukum-hukum-Nya, Allah ciptakan di dalamnya aksi-reaksi, sebab-akibat, bencana dan karunia, penderitaan dan kenikmatan, pahala dan hukuman; tetapi ini belumlah semuanya; masih banyak hal yang di luar pemahaman kita, hal- hal yang tidak dan tidak akan dapat diketahui dan hal-hal yang tidak dapat diduga dan diramalkan. Jika ada yang tidak kau pahami, janganlah langsung menolaknya. Ingatlah bahwa ketidakmengertianmu disebabkan oleh kurangnya pengetahuanmu (atau kejahilanmu).
Ingatlah bahwa penampilan pertamamu di muka bumi ini di awali dengan kebodohan dan ketidaktahuan, kemudian secara bertahap engkau memperoleh pengetahuan. Ada banyak hal (didunia) ini yang berada di luar pengetahuanmu, yang membingungkan dan mengejutkanmu, dan yang tentang engkau tak mengerti “mengapa” dan “bagaimana”; perlahan-lahan engkau memperoleh pengetahuan tentang beberapa hal di antaranya, dan di masa depan pengetahuan dan pandanganmu akan lebih luas. Karena itu, bersandarlah kepada Tuhan yang telah menciptakanmu, yang menjamin rizkimu, yang menyempurnakan rupa dan bentukmu. Hendaknya kepada-Nya saja engkau mengabdi dan beribadah, berharap dan bermohon, dan hanya kepada-Nya engkau merasa takut dan gentar.
Ketahuilah, wahai putraku, bahwa tak seorangpun yang pernah menyampaikan berita yang demikian terperinci tentang Allah kepada umat manusia sebagaimana yang disampaikan oleh Rasullullah SAW.
Kunasihatkan engkau untuk rela dengan ajaran-ajarannya, menjadikannya sebagai pemimpinmu dan menerima bimbingannya untuk mendapatkan keselamatan (dunia dan akhirat). Sungguh aku telah berusaha melakukan yang terbaik dalam menasihatimu sebagai seorang ayah yang kasih dan tulus. Dan percayalah bahwa engkau takkan mencapai wawasan yang demikian tentang kebaikan diimu lebih dari yang kunasihatkan padamu.
Ingatlah, putraku, sekiranya ada Tuhan selain-Nya, Yang Esa, pasti telah dikimkannya pula utusan-utusan-Nya, engkau akan lihat tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran-Nya, dan engkau akan ketahui pula sifat-sifat dan perbuatan-Nya. Tetapi telah nyata bahwa Dia-lah Tuhan yang Tunggal sebagaimana Dia menyebut Diri-Nya. Tiada sesuatu pun yang sebanding kekuasaan-Nya, tiada sekutu bagi-Nya. Dia kekal Abadi, tidak pernah dan tidak pernah berubah. Dia-lah yang Pertama sebelum segala sesuatunya tanpa permulaan. Dia pula yang Akhir sesudah segala sesuatunya tanpa akhir penghabisan(nihayah).
Sungguh agung, tinggi dan tak terbandingkan ketuhanan(rububiyah)-Nya, sehingga di luar jangkauan pikiran. Tak seorang pun yang dapat mengerti atau mencerap-Nya. Jika engkau telah mengetahui kedudukanmu di hadapan-Nya, maka berlakulah yang layak bagi orang sepertimu; yang sangat lemah, tak berdaya, banyak kekurangan, dan sangat berhajat kepada Rabbnya dalam melaksanakan taat, serta takut akan siksa dan murka-Nya.
Sesungguhnya Allah tidak menyuruhmu melakukan sesuatu kecuali yang baik dan membawa kebaikan, dan tidak melarangmu kecuali dari yang buruk dan menimbulkan keburukan.
Putraku sayang, melalui nasehatku ini, telah kujelaskan segala sesuanya tentang dunia ini, betapa cepat perubahan yang terjadi padanya, betapa singkat segala sesuatu yang ditahan dan ditawarkannya, betapa cepat ia merubah kecenderungan dan karunianya.
Juga telah kujelaskan tentang kehidupan yang akan datang dan semua perlengkapan yang tersedia bagi ahlinya.
Aku telah berikan contoh-contoh tentang aspek-aspek kedua kedua kehidupan tersebut, sebelum dan sesudah kematian, supya engkau dapat mengambil pelajaran darinya dan menjalani kehidupan berdasarkan pengetahuan tersebut. Sesungguhnya perumpamaan orang-orang yang memahami hakekat dunia ini adalah bagaikan orang yang melakukan perjalanan dari tempat yang kering tandus dan gersang menuju tempat yang subur menghijau, penuh karunia dan nikmat.
Mereka menjalaninya dengan penuh gairah dan harapan akan masa depan yang penuh karunia dan kedamaian. Mereka dengan rela menerima segala penderitaan, kesukaran dan resiko perjalanan. Tabah menghadapi perpisahan dengan kawan, kurangnya makanan dan kenyamanan selama perjalanan demi tercapainya tujuan perjalanan. Mereka tidak menolak untuk menanggung segala ketidaknyamanan dan tidak segan menanggung setiap pengeluaran dalam perjalanan (berderma, bersedekah dan menolong fakir miskin dan yang berkekurangan). Setiap langkah yang diambil dalam menjalani tujuannya, betapa pun melelahkan, merupakan saat-saat yang membahagiakan dalam kehidupannya. Tiada sesuatu yang lebih dicintainya daripada mendekatkan diri dan sampai ke tujuan.
Sebaliknya perumpaan orang yang tertipu oleh dunia ini bagaikan orang yang merasa tinggal di tempat yang subur dan menyenangkan, dan harus berjalan menuju tempat yang kering tandus. Adakah sesuatu yang lebih menjemukan daripada perjalanan yang seperti itu? Betapa akan bencinya mereka untuk meninggalkan tempat mereka berada berpindah ke tempat yang mereka sangat benci, tempat yang dahsyat, mengerikan dan menakutkan.
Putraku sayang, sejauh prilakumu menyangkut orang lain, jadikanlah dirimu sebagai neraca timbangan untuk menilai baik buruknya.
Berlakulah kepada sesamamu sebagaimana yang kau harapkan dia berlaku padamu. Apa yang kau sukai bagi dirimu sukai pula buat orang lain, dan apa saja yang tidak kau sukai terjadi atas dirimu hindarkanlah orang lain darinya.
Jangan menganiaya dan menzalimi siapapun karena kaupun tidak suka dianiaya dan dizalimi. Bersikap baik dan simpatilah kepada yang lain sebagaimana engkau ingin orang lain berlaku baik dan simpati kepadamu. Anggaplah buruk bagi dirimu apa yang kau pandang buruk sekiranya terbit dari orang lain.
Jika engkau merasa puas dan senang dalam menerima perbuatan tertentu dari orang lain, maka engkaupun dapat berlaku seperti itu kepada yang lain. Jangan membicarakan sesamamu dengan cara yang kau sendiri tidak suka apabila orang lain membicarakanmu seperti itu.
Janganlah berbicara tentang hal-hal yang kurang atau tidak kau ketahui, dan jika engaku berbicara tentang sesuatu atau seseorang yang betul-betul kau ketahui dengan baik, maka hindarilah skandal dan fitnah sebagaimana engkau sendiri tidak suka difitnah dan diumpat seperti itu.
Ketahuilah bahwa sombong dan bangga diri adalah bentuk-bentuk kebodohan dan berbahaya bagi jiwa dan pikiranmu. Oleh karena itu, jalanilah kehidupan yang seimbang (tidak sombong dan juga tidak menderita kompleks rendah diri), berusahalah untuk berlaku jujur dan tulus, Janganlah berlaku sebagai penyimpan barang bagi orang lain.
Apabila engkau mendapat bimbingan dari Tuhanmu untuk mencapai apa-apa yang kau inginkan, maka janganlah bangga dengan perolehanmu itu.
Tunduk dan merendahlah di hadapan-Nya dan sadarilah bahwa keberhasilanmu itu semata-mata karena kasih dan karunia-Nya.
Ingatlah anakku, bahwa di depanmu itu perjalanan yang panjang dan jauh. Perjalanan yang tidak hanya sangat panjang, melelahkan, berat dan sukar, bahkan rutenya pun sebagian besar melalui daerah yang curam, tandus dan gersang. Engkau akan sangat membutuhkan istirahat, penyegaran dan pertolongan. Waspadalah dan perbaikilah perbekalanmu agar engkau dapat melanjutkan perjalananmu ke tujuanmu, yaitu hari pengadilan. Tetapi ingatlah anakku, jangan bebani dirimu secara berlebih-lebihan (jangan terlalu banyak tugas dan kewajiban atau jangan bebani dirimu dengan hidup mewah yang membawa cela dan aib). Karena jika bebanmu lebih dari yang dapat kau pikul dengan nyaman, maka perjalananmu itu akan sangat menyakitkan dan melelahkan.
Jika kau mendapati di sekelilingmu orang-orang yang miskin, papa dan berhajat yang sanggup membawakanmu bekalmu untuk diserahkan kelak di hari kiamat di mana engkau akan sangat berhajat padanya, maka gunakanlah kesempatan itu dan serahkan bebanmu kepadanya (distribusilah kekayaanmu di antara orang-orang yang miskin, papa dan berhajat. Tolonglah sesamamu semampumu. Berbuat baik dan kasihilah sesamamu).
Jadi bebaskanlah dirimu dari pertanggungan yang berat dimana kau akan ditanyai tentang penggunaan karunia yang telah dilimpahkan-Nya atasmu (kesehatan, harta, kekuasaan dan kedudukan). Sehingga engkau dapat mencapai tujuan perjalananmu dalam keadaan ringan dan segar, dan engkau telah memiliki bekal yang cukup bagimu di sana (pahala atas pelaksanaan kewajibanmu kepada manusia dan Tuhan di alam dunia ini).
Bagikanlah bebanmu kepada sebanyak mungkin orang yang dapat membawanya (tolonglah sebanyak mungkin orang yang terjangkau olehmu) sehingga engkau tidak akan kehilangan mereka ketika engkau sangat membutuhkan mereka (atau mungkin saja suatu ketika engkau akan membutuhkan mereka dan tidak kau dapatkan). Manfaatkanlah harta dan kekuasaanmu sedemikian rupa sehingga engkau akan memperolehnya kembali ketika engkau dalam keadaan miskin dan tak berdaya (pada hari pengadilan).
Riwayat Sayyidina Ali bin Abu Thalib ra
Sayyidina Al-Imam Ali bin Abu Thalib Karramallahu Wajhah adalah sahabat yang sangat beruntung karena sejak kecil dididik Rasulullah SAW. Dari kalangan muda, beliaulah yang yang pertama masuk islam. Begitu beliau dewasa, Rasulullah SAW mengambilnya sebagai menantu.
Rasulullah SAW menikahkan Sayyidatuna Fatimah dengan Sayyidina Ali bin Abu Thalib pada bulan Rajab, beberapa bulan setelah hijrah dari Mekah ke Madinah. Namun keduanya tidak langsung berkumpul layaknya pasangan suami istri. Karena saat itu, Rasulullah SAW masih menetap di rumah Abu Ayub Al-Anshari, di Madinah. Sementara beliau sendiri masih menyelesaikan pembangunan rumahnya di sekitar Masjid Nabawi.
Baru setelah rumah itu berdiri, bertepatan dengan selesainya perang Badar, Sayyidatuna Fatimah dan Sayyidina Ali berkumpul. Yaitu pada tahun kedua setelah Hijrah. Ketika Rasulullah SAW bermaksud pulang setelah mengantar putri tersayangnya ke rumah Sayyidina Ali; Sayyidatuna Fatimah menangis karena sedih bakal berpisah dengan bapaknya.
Sebelum menikah dengan Sayyidina Ali bin Abu Thalib; dua orang sahabat Nabi SAW yaitu Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Sayyidina Umar bin Khaththab, telah meminta kepada Nabi SAW agar mengangkatnya sebagai menantu. Tapi Nabi SAW menolaknya, dengan alasan Sayyidatuna Fatimah masih terlalu kecil dan menunggu petunjuk dari Allah SWT.
Seusai pernikahan, Sayyidina Ali menyerahkan uang empat ratus dirham kepada Rasulullah SAW. Sepertiga dari jumlah itu beliau serahkan untuk membeli wewangian. Sepertiga lainnya digunakan membeli pakaian. Sedang sisanya di serahkan pada Ummu Salamah untuk disimpan.
Sepertiga uang yang dibelanjakan ternyata hanya cukup untuk membeli barang-barang sederhana. Seluruh barang yang didapat terbuat dari bahan kain kasar, kulit, kayu dan tembikar. Bahkan Rasulullah SAW sempat menangis melihat peralatan pernikahan putri yang dicintainya sangat sederhana.
Rasulullah pernah bersabda kepada Sayyidatuna Fatimah pada waktu beliau dinikahkan dengan Sayyidina Ali Kw :
“Kamu Kunikahkan dengan Ahli Baitku yang paling Kucintai.” (HR.Thabrani, Hakim, Nasa’i dan Ahmad)
Sayyidina Ali adalah anak Abdu Manaf, yang lebih dikenal dengan sebutan “Abu Thalib” ( ayah Thalib ).
Thalib adalah anak tertua Abdu Manaf. Berbeda dengan kebiasaan petinggi kaum Quraisy lainnya, Abu Thalib memiliki kebiasaan khusus, yaitu berpantang meminum minuman keras.
Ibunda Sayyidina Ali adalah Fatimah binti Asad bin Hasyim. Ia tercatat sebagai wanita pertama dari Bani Hasyim yang menikah dengan pria dari Bani Hasyim pula. Sebelum itu telah menjadi kebiasaan bagi pria Bani Hasyim menikah dengan wanita Quraisy lain yang bukan Bani Hasyim.
Rasulullah SAW mendidik dan membina Sayyidina Ali sedari kecil. Hal itu dilakukannya dengan ikhlas, karena sadar betapa Abdu Manaf dan keluarganya telah melindungi dan menolong Rasulullah SAW sejak kecil sampai dewasa.
Sayyidina Ali memiliki nama selain pemberian ayahnya. Dari ibunya, beliau memiliki nama Haidarah (singa). Sayyidina Ali juga kerap dipanggil Abul Hasan dan Abul Husein.
Setelah selesai perang Asyirah di daerah Yanbu’, Sayyidina Ali beserta salah seorang sahabat yang lain tertidur di bawah pohon kurma yang rindang tanpa alas apapun. Hingga keduanya dibangunkan Rasulullah SAW dalam keadaan punggungnya berlumuran debu. Ketika melihat punggung Sayyidina Ali penuh debu, Rasulullah SAW berujar :
“ Hai Abu Turab mengapa engkau tidur di tempat ini ?
Rasullah SAW memberikan nama panggilan kepadanya “Abu Turab”(bapak debu, yang bermakna “Orang yang sangat rendah hati”.
Selain Abdul Muthalib dan Abu Thalib, Sayyidina Ali pun ikut membantu dan melindungi Rasulullah SAW dalam melaksanakan dakwah. Hal ini dilakukan Sayyidina sejak beliau masih kanak-kanak. Suatu ketika kaum Quraisy mengalami kebuntuan dalam mengganggu dakwah Rasulullah. Tanpa berputus asa, kaum Quraisy kemudian menghasut anak-anak untuk melempari batu ke arah nabi SAW.
Paman Rasulullah SAW, Abu Thalib tidak mungkin melawan anak-anak kaum Quraisy tesebut. Maka ketika Abdu Manaf mengkhawatirkan keselamatan Nabi SAW, tampillah Sayyidina Ali yang kala itu masih kanak-kanak melawan mereka. Beliau menggigit wajah dan kuping anak-anak kaum Quraisy yang coba mengganggu Nabi SAW. Karena kebiasaan itulah, beliau mendapat julukan Al-Qadhim ( tukang gigit ) dari kalangan penduduk Mekah.
Sayyidina Ali adalah laki-laki pertama yang masuk islam setelah Rasulullah SAW sendiri. Dalam hal ini An-Nasai dalam kitab Al-Khasha’ishah mengemukakan sebuah riwayat berasal dari Afif Al-Kindi yang menyaksikan sebuah “keanehan”. Suatu hari pada zaman Jahiliyah, ia datang ke Mekah untuk membeli pakaian dan wewangian. Saat singgah di rumah Sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib, ia melihat keanehan itu dekat Ka’bah. Lalu ia bertanya kepada Sayyidina Abbas :
“Adakah kau melihat satu keanehan disana?”
Sayyidina Abbas menjawab :
“Soal aneh, tahukah kamu siapakah anak muda itu?”
Setelah Sayyidina Abbas mengatakan adanya agama baru, ia melanjutkan kalimatnya.
“Kemenakanku ( Muhammad SAW ) memberitahu kepadaku bahwa tuhannya adalah Tuhan penguasa langit dan bumi. Dan ia diperintahkan oleh Tuhannya untuk membawakan agama yang dianutnya itu. Demi Allah, tidak ada seorang pun di muka bumi yang menganut agama itu selain mereka bertiga, yaitu Rasulullah SAW, istri beliau ( Khadijah binti Khuwalid ) dan Ali bin Abu Thalib.”
Dalam riwayat lain dikatakan bahwa ketika Sayyidina Ali menyatakan dirinya memeluk islam, usianya kala itu baru sepuluh tahun.
Sayyidina Ali bin Abu Thalib Kw adalah seorang Alim yang cerdas, Ahli Fiqih, panglima yang bijaksana, yang kealimannya tidak pernah rusak oleh kekuasaan, yang keputusannya tidak pernah menyimpang demi kepuasan para pengikutnya, Imam yang Wara’, cendikiawan yang berotak cemerlang, Qadhi yang jenius, Amirul Mu’minin, salah seorang ksatria yang diperhitungkan, seorang Orator berbahasa fasih dan seorang ahli Zuhud yang di agungkan.
Beliau tidak pernah menundukkan diri kepada berhala selama hidupnya; orang yang pertama kali masuk islam dari kalangan pemuda serta orang pertama kali melakukan shalat di belakang Rasulullah saw.
Beliau adalah pembawa bendera Rasulullah saw dalam sebagian besar peperangan beliau, mengikuti semua peperangan selain perang Tabuk, karena ketika itu beliau diangkat sebagai pengganti oleh Rasulullah saw. Beliau berhati mulia di dalam perdamaian dan mulia dalam pertempuran. Di antara kemulian yang Allah swt limpahkan kepada dirinya adalah bahwa mata beliau tidak pernah memandang aurat sama sekali.
Beliau adalah Kholifah ke empat diantara Khulafaur Rasyidin, termasuk diantara sepuluh orang yang telah memperoleh kabar gembira akan masuk Syurga.
Beliau menyadari kemuliaan ini, seraya berkata :
“Kamu sekalian mengetahui posisi saya disisi Rasulullah saw dengan hubungan kerabat yang sangat dekat dan kedudukan istimewa. Beliau meletakkan saya ke dalam pangkuan beliau; sedangkan saya adalah seorang anak kecil yang beliau dekap didadanya. Beliau menempatkan saya di tempat tidur beliau. Beliau merekatkan saya dengan tubuh beliau, mengharumkan saya dengan keringat beliau. Beliau tidak pernah menjumpai kedustaan dalam ucapan saya dan kesalahan dalam perbuatan saya. Saya selalu mengikuti beliau seperti halnya anak sapi yang disapih yang selalu ikut serta dibelakang ibunya. Beliau setiap hari memperlihatkan sifat-sifat beliau kepada saya sebagai pendidik dan beliau menyuruh saya agar selalu mengikuti ajaran beliau.”
Rasulullah pernah bersabda tentang Sayyidina Ali Kw, ketika berada di mata air Ghadir Khum :
“Barang siapa mengakui bahwa saya adalah junjungannya, maka Ali adalah junjungannya juga. Ya Allah sertailah orang yang menyertai Ali dan musuhilah orang yang memusuhi Ali”
( HR.Turmuzi, Hakim, Nasai, Ahmad, Bazzar, Thabrani Abu Ya’la )
Rasulullah saw pernah memberitahu kepada Sayyidina Ali bahwa sesungguhnya tidak akan mencintai Ali kecuali orang Mu’min dan tidak akan membencinya kecuali orang munafik
Diriwayatkan dari Zir bin Hubaisy, bahwa ia berkata : Saya pernah mendengar Sayyidina Ali Kw berkata:
“Demi zat yang telah menumbuhkan biji-bijian dan yang telah menciptakan makhluk hidup, sesungguhnya adalah jaminan seorang Nabi yang Ummi kepada saya bahwasanya tidak akan mencintai saya kecuali orang mu’min dan tidak akan membenci saya kecuali orang munafik.”
( HR.Muslim, Turmuzi, Nasa’i dll )
Ketika turun ayat Muhabalah :
“Maka katakanlah ( Wahai Muhammad ) : Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu….
( QS.Ali Imran :61 )
Maka Rasulullah saw mengumpulkan Sayyidina Ali, Sayyidatuna Fatimah, Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein dan beliau bersabda :
“Ya Allah mereka inilah keluargaku.”
( HR.Muslim, Turmuzi, Hakim, dll ).
Keistimewaan Sayyidina Ali Kw
1. Abul Abbas :
“Ali memiliki empat keistimewaan yang tidak dimiliki oleh siapapun selain Ali yaitu dia adalah orang yang pertama kali diantara orang Arab dan orang Ajam menjalankan sholat bersama Muhammad saw; dia adalah orang yang membawa bendera Rasulullah saw didalam setiap pasukan besar; dia adalah orang yang sabar menyertai Rasulullah saw ketika orang lain lari meninggalkan beliau ( ketika perang ) dan dia adalah orang yang memandikan jenazah Rasulullah, sekaligus mensemayamkan beliau ke dalam kubur.”
2. Imam Hasan Al-Basri:
“Demi Allah dia adalah anak panah yang sangat tepat sasaran. Dia adalah Alim Robbani nya umat ini, yang memiliki keutamaan serta memiliki kekerabatan kepada Rasulullah saw. Dia telah mendapat Al Qur’an lewat keteguhan hatinya.”
3. Imam Ahmad bin Hanbal, Ismail Al Qadli, An Nasa’i :
“Tidak ada hadits yang menerangkan tentang diri salah seorang dari sahabat dengan sanad-sanad yang bagus sebanyak hadits yang menerangkan tentang Ali ra.”
4. Memiliki kemampuan bersabar dan memaafkan yang luar biasa; ketika ada sebagian orang mengundurkan diri dari pembaiatan dirinya sebagai Khalifah; beliau hanya berkata :
“Mereka itu adalah golongan yang menelantarkan kebenaran dan juga tidak menolong kebatilan, mereka telah mengundurkan diri dari kebenaran dan tidak pula berdiri menyertai kebatilan.”
5. Imam Bukhari telah meriwayatkan dari Sayyidina Umar bin Khattab ra bahwa beliau berkata : “Orang yang paling ahli membaca diantara kami adalah Ubai dan orang yang paling ahli memutuskan perkara diantara kami adalah Ali.”(HR.Bukhari)
6. Memiliki daya ingat yang kuat ( Udzunun Wa’iyah ) : mendengar dan hafal terhadap apa yang telah didengarnya dan tidak menghilangkannya hanta karena sebab tidak mengamalkannya.
7. Menjadi penyampai ( Tabligh ) sebagai wakil Rasulullah saw.
8. Imam Bukhari dan yang lainnya meriwayatkan dari Al-Bara’ bin Azib bahwa ia berkata :”Rasulullah saw telah berkata kepada Sayyidina Ali Kw” : “Engkau adalah bagian dari diriku dan Aku adalah bagian dari dirimu”
9. Imam Bukhari meriwayatkan dari Sayyidina Ali Kw; bahwa beliau berkata : “Saya adalah orang yang pertama kali berlutut untuk menyelesaikan pertengkaran di hadapan Ar-Rahman pada hari kiamat nanti”
10. Sayyidina Ali Kw adalah orang laki-laki paling terakhir bertemu dengan Rasulullah saw.
Ibnu Abbas ra meriwayatkan sebuah hadits, bahwasanya Rasulullah saw menyatakan: ‘Manusia diciptakan dari berbagai jenis pohon, sedang aku dan Ali bin Abi Thalib diciptakan dari satu jenis pohon (unsur).
Apakah yang hendak kalian katakan tentang sebatang pohon yang aku sendiri merupakan pangkalnya, Fatimah dahannya, Ali getahnya, al-Hasan dan al-Husein buahnya, dan para pencinta kami adalah dedaunannya! Barangsiapa yang bergelantung pada salah satu dahannya ia akan diantar ke dalam surga, dan barangsiapa yang meninggalkannya ia akan terjerumus ke dalam neraka.”
Imam Ali bin Abi Thalib wafat sebagai syahid pada hari Jum’at tanggal
17 Ramadhan tahun 40 Hijriyah ketika sedang melaksanakan sholat Subuh. Beliau dikarunia lima belas orang anak laki-laki dan delapan belas orang anak perempuan:
-Hasan
-Husein Ibunya Siti Fathimah binti Rasul saw.
-Muhsin (meninggal waktu kecil)
-Muhammad al-Hanafiah (Menurut satu pendapat keluarga Ba Qasyir di Hadramaut adalah keturunannya)
-Abbas
-Usman Syahid bersama saudaranya Husein
-Abdullah Ibunya ummu Banin binti Hazam al-Kilabiyah
-Ja’far
-Abdullah
Ibunya Layla binti Mas’ud al-Nahsaly
-Abu Bakar
-Yahya
Ibunya Binti Umais al-Khosmaiy
-Aun
-Umar al-Akbar (Ibunya ummu Habibah al-Taghlibiyah)
-Muhammad al-Ausath (Ibunya Amamah binti Abi Ash)
-Muhammad al-Asghor
Kelima belas anak laki-laki tersebut sesuai dengan pendapat al-Amiri, sedangkan Ibnu Anbah menambahkan nama: Abdurahman, Umar al-Asghor dan Abbas al-Asghor. Adapun yang membuahkan keturunan ada lima, yaitu: Hasan, Husein, Muhammad al-Hanafiyah, Abbas al-Kilabiyah dan Umar al-Tsa’labiyah.
Sedangkan anak perempuannya dalam riwayat yang disepakati berjumlah 18 orang, yaitu: Zainab, Ummu Kulsum, Ruqoyah, Ummu Hasan Ramlah al-Kubra, Ummu Hanni, Ramlah al-Sughro, Ummu Kulsum al-Sughro, Fathimah, Amamah, Khadijah, Ummu Khoir, Ummu Salmah, Ummu Ja’far, Jamanah.
( Dikutip dari Al-Kisah; No.10/Tahun III/9-22 Mei 2005 dan buku Ajarilah Anakmu Mencintai Keluarga Nabi SAW; Muhammad Abduh Yamani )
Kebaikan bukanlah dengan bertambah banyaknya harta dan anakmu. Akan tetapi kebaikan adalah dengan bertambah banyaknya ilmumu, bertambah besarnya kesabaranmu, dan engkau menyaingi orang lain dengan ibadahmu kepada Tuhan mu. Maka, jika engkau berbuat baik, engkau memuji Allah ‘Azza wajalla; dan jika engkau berbuat buruk, engkau beristighifar kepada Allah.
Tidak ada kebaikan di dunia ini kecuali bagi dua golongan manusia, yaitu:
Pertama, seseorang yang berbuat dosa, lalu dia cepat-cepat meluruskan perbuatannya dengan bertobat.
Kedua, seseorang yang selalu bersegera dalam amal kebajikan.
dan berikut wasiat/nasehat dari sahabat Sayyidina ‘Ali bin Abi Tholib
- perbuatan yang dilakukan dengan ketakwaan, maka bagaimana dapat dikatakan sedikit suatu perbuatan yang diterima (Allah)?
- Kesempatan terus berjalan seperti jalannya awan. Oleh karena itu, cepat-cepatlah kalian ambil segala kesempatan yang baik (sebelum Ia berlalu dari kalian).
- Kedermawanan yang sebenarnya adalah berniat melakukan kebaikan kepada setiap orang.
- Di antara amal kebajikan yang paling utama adalah: berderma di saat kesusahan, bertindak benar ketika sedang marah, dan memberi maaf ketika mampu untuk menghukum.
- Kebaikan yang tidak ada keburukan di dalamnya adalah bersyukur ketika mendapatkan kenikmatan, dan bersabar ketika mendapatkan musibah.
- Berbuatlah kebaikan dan janganlah kalian meremehkannya sedikit pun. Sebab, yang kecilnya adalah besar dan sedikitnya adalah banyak. Dan janganlah sekali-kali salah seorang dari kalian mengatakan, ”Sesungguhnya orang lain Iebih utama dalam hal melakukan kebaikan ini daripada saya.” Maka, demi Allah, perkataannya akan menjadi kenyataan. Sesungguhnya bagi kebaikan dan keburukan ada pemiliknya (pelakunya). Maka, bagaimanapun kalian meninggalkan di antara keduanya, ada orang lain yang akan mengerjakannya.
- Jika seseorang meninggal dunia, terputuslah segala amal nya kecuali tiga: sedekah jariah; ilmu yang dia ajarkan kepada manusia lalu mereka mendapatkan manfaat dengannya; dan anak yang saleh yang mendoakannya.
- Maafkanlah kesalahan orang-orang yang memiliki akhlak yang mulia karena setiap orang di antara mereka, jika melakukan suatu kesalahan, pasti tangan Allah ada bersama tangannya yang mengangkat kesalahannya itu.
- Janganlah engkau meninggalkan kebaikan karena zaman selalu berputar. Banyak sekali orang yang pagi harinya mengharapkan kebaikan (pemberian) orang lain berubah menjadi orang yang diharapkan kebaikannya oleh orang lain, dan orang yang kemarinnya mengikuti orang lain berubah menjadi orang yang diikuti.
- Permulaan kebaikan di pandang ringan, tetapi akhirnya dipandang berat. Hampir-hampir saja pada permulaannya dianggap sekadar menuruti khayalan, bukan pikiran; tetapi pada akhirnya dianggap sebagai buah pikiran, bukan khayalan. Oleh karena itu, dikatakan bahwa memelihara pekerjaan lebih berat daripada memulainya.
- Dengan kebaikan, orang yang merdeka dapat diperbudak.
- Pasti untukmu ada seorang teman di dalam kuburmu. Oleh karena itu, jadikanlah temanmu itu seorang yang berwajah tampan yang wangi baunya. Dia adalah amal saleh.
- Memulai pekerjaan adalah sunnah, sedangkan memeliharanya adalah wajib.
- Tidak ada perdagangan yang seperti amal saleh, dan tidak ada keuntungan yang seperti pahala.
- Jika engkau merasa lelah dalam kebajikan, maka sesungguhnya kelelahan itu akan hilang, sementara kebajikan akan kekal.
- Belanjakanlah hartamu dalam hal yang benar, dan janganlah engkau menjadi penyimpan harta untuk selain dirimu (orang lain).
- Benar-benar mengherankan, orang yang dikatakan kebaikan ada padanya padahal kebaikan itu tidak ada pada dirinya, bagaimana dia merasa gembira? Dan juga benar-benar mengherankan, orang yang dikatakan keburukan ada padanya, padahal keburukan itu tidak ada pada dirinya, bagaimana dia marah?
- Tidak ada yang mengetahui keutamaan orang yang memiliki keutamaan kecuali orang-orang yang memiliki keutamaan.
- Sesungguhnya Allah memiliki hamba-hamba yang dikhususkanNya dengan berbagai kenikmatan untuk kemanfaatan hamba-hamba-Nya yang lain. Allah mengukuhkan kenikmatan (harta) itu di tangan mereka selama mereka mendermakannya. Maka, jika mereka tidak mendermakannya, pasti Allah akan mencabutnya dari mereka, kemudian Dia mengalihkannya kepada orang-orang selain mereka.
- Kebajikan adalah apa yang dirimu merasa tenang padanya dan hatimu merasa tenteram karenanya. Sedangkan dosa adalah yang jiwamu merasa resah karenanya dan hatimu menjadi bimbang.
- Jika bentuk keburukan bergerak dan tidak tampak wujudnya, maka Ia akan menyebabkan ketakutan; dan jika tampak wujudnya, maka Ia akan menyebabkan kesakitan. Sebaliknya, jika bentuk kebaikan bergerak dan tidak tampak wujudnya, maka ia akan menyebabkan kegembiraan; dan jika tampak wujudnya, maka ia akan menyebabkan kenikmatan.
- Lemparkan kembali batu itu dari arah mana ia datang, karena sesungguhnya kejahatan tidak didorong kecuali oleh kejahatan.
- Tangguhkanlah keburukan karena sesungguhnya jika engkau menghendaki, niscaya engkau akan terburu-buru mengerjakannya.
- Pelaku kebaikan lebih baik daripada kebaikan itu sendiri, dan pelaku kejahatan lebih jahat daripada kejahatan itu sendiri.
- Bersahabatlah dengan orang-orang yang baik, niscaya engkau akan termasuk di antara mereka; dan tinggalkanlah orang-orang jelek, niscaya engkau terpisah dari mereka.
- Janganlah engkau bersahabat dengan orang jahat karena sesungguhnya watakmu mencuri dari sebagian wataknya, sementara engkau tidak tahu.
- Orang-orang jahat mengincar keburukan manusia dan meninggalkan kebaikan mereka, sebagaimana lalat mengincar tempat-tempat yang busuk.
- Sesuatu yang manfaatnya bersifat umum adalah kematian bagi orang-orang jahat.
- Janganlah kalian bersahabat dengan orang-orang jahat karena Sesungguhnya mereka mengungkit-ungkit kebaikan mereka terhadap kalian.