UJIAN adalah salah satu bentuk ciri hidup di dunia.Sebab, sejatinya
kehidupan di dunia ini hanyalah sementara yang berupa ujian-ujian yang
harus dilewati untuk menggapai tujuan hakiki, kenikmatan surgawi
Sejatinya Allah SWT memberikan ujian kepada manusia untuk melihat
seberapa besar kemampuan manusia dalam menjalanai dan melewati ujian
tersebut. Ibarat sebuah ujian di sekolah, dimana guru memberikan lembar
soal ujian yang bertujuan agar siswa mampu memecahkan permasalan lalu
hasilnya akan dinilai oleh guru tersebut hingga di akhir semester nilai
ujian itu akan terpampang dengan peringkat antar siswa saling berbeda
satu sama lainnya, tentunya tergantung dari kemampuan siswa mengisi soal
ujian tersebut.
Hal itu pun sama dengan ujian hidup, Allah SWT memberikan ujian
kepada manusia untuk mengetahui setiap kemampuan hamba-hamba-Nya dalam
memecahkan permasalahan hidup, baik masalah harta, anak, keluarga,
tempat kerja, ataupun masalah-masalah lainnya.
Allah SWT berfirman,
” Dan sungguh, Kami benar-benar menguji kalian
dengan sedikit dari rasa takut, lapar, krisis moneter, krisis jiwa dan
krisis buah-buahan.Sampaikanlah kabar gembira bagi orang-orang yang
sabar. Yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata,
‘Innalilahi wa ina ilaihi rajiun (Kami milik Allah dan hanya kepada-Nya
lah kami akan kembali)’. Mereka lah orang-orang yang mendapatkan
keberkahan dan kasih sayang dari Rabb mereka dan mereka itulah
orang-orang yang mendapatkan petunjuk,” (QS. Al Baqarah:155-157).
Bahkan Nabi SAW bersabda:
“Sungguh, besarnya pahala bersamaan dengan besarnya cobaan. Apabila
Allah mencintai suatu kaum, Dia akan menguji mereka. Barangsiapa yang
rela, maka baginya ridha-Nya, dan barang siapa yang benci, maka ia akan
mendapatkan kebencian-Nya,” (HR. At Tirmidzi).
Berdasarkan penjelasan di atas, ada beberapa hikmah yang dapat kita
ambil pelajaran apabila kita ditimpa musibah atau ujian hidup:
1. Berdasarkan hadits Nabi SAW diatas yang berbunyi, “…Apabila Allah mencintai suatu kaum, Dia akan menguji mereka. .
”Maka hal ini menandakan bahwa setiap ujian manusia terima adalah
sebagai wujud kasih sayang Allah SWT kepada hamba-Nya. Logikanya,
seseorang yang menyanyangi orang lain itu akan sering memperhatikan
orang yang disayanginya, pun dengan Allah kepada hamba-Nya, dengan
datangnya ujian berarti Allah sedang memperhatikan diri kita dan bentuk
perhatian inilah sebagai salah satu ciri bahwa Allah sayang dan cinta
kepada hamba-Nya yang ditimpa musibah.
2. Dengan adanya ujian hidup membuat diri kita semakin bersabar. Sebagaimana dalam firman Allah SWT :
“Adakah kalian mau bersabar?”,(QS. Al Furqon : 20).
Artinya bahwa Allah memberikan ujian itu ingin melatih kebiasaan kita
agar belajar bersabar. Logikanya, dengan seringnya datang ujian meski
awalnya sulit namun karena sudah terbiasa maka seiring berjalannya waktu
kesulitan itu kan sirnah bahkan kita pun akan terbiasa menyelesaikan
ujian-ujian yang datang kepada diri kita. Sehingga tentunya Allah
membuat ujian hidup semata-mata ingin menaikan derajat hamba-Nya agar
mencapai derajat sabar.
3. Melatih kita untuk belajar bersyukur. Hal ini seperti dijelaskan dalam firman Allah SWT :
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya
azab-Ku sangat pedih.”
(QS. Ibrahim [14]: 7).
Beginilah Cara Menyikapi Ujian dan Cobaan Hidup
\
Dalam hidup pasti ada cobaan dan ujian yang selalu datang menghampiri kita. Namun, bentuk cobaan itu datang dengan cara yang berbeda-beda. Kebanyakan dari kita biasanya menganggap segala bentuk cobaan itu berbentuk musibah saja.
Tapi sebenarnya kenikmatan dan rizki juga merupakan salah satu dari sekian banyak bentuk cobaan yang Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya. Allah juga berfirman dalam sebuah ayat,
"Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya) dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan." [QS. Al-Anbya ayat 35]
Allah telah menegaskan kepada kita semua bahwa sesungguhnya ujian dan cobaan itu tidak hanya seputar hal-hal yang buruk dan tidak menyenangkan saja, justru kesenangan dan nikmat juga merupakan sebuah ujian yang tentu saja harus kita renungkan bersama.
Lalu bagaimana cara kita menyikapi berbagai macam bentuk ujian hidup
Terkadang saat kita diberi nikmat oleh Allah, kita akan merasa sangat senang dan gembira. Kemudian kita menganggap bahwa Allah telah memuliakan kita dengan melapangkan rizki kita. Lalu, mari kita renungkan ayat berikut ini,
"Adapun manusia apabila Rabbnya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: 'Rabbku telah memuliakanku.' Adapun bila Rabbnya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata: 'Rabbku menghinakanku.' Sekali-kali tidak (demikian)." [QS. Al-Fajr ayat 15-17]
Ayat diatas adalah sebagai pelajaran bagi kita, karena kebanyakan dari kita akan merasa sombong dan lalai ketika kita diberi nikmat oleh Allah. Padahal Allah sendiri mengatakan bahwa Dia juga menguji hamba-Nya dengan nikmat yang Dia berikan.
Ujian kenikmatan adalah ujian yang paling berat jika dibandingkan dengan ujian dalam bentuk musibah. Karena, ujian ini dapat melalaikan kita dan cenderung membuat kita sombong dan bahkan dapat menjadikan kita menjadi seorang yang kufur terhadap nikmat-Nya jika kita tidak bersyukur.
Sehingga, sikap terbaik ketika mendapat nikmat dari Allah SWT adalah dengan cara mensyukuri nikmat yang diberikan Allah kepada kita. Karena kita sebagai manusia memang dituntut untuk bersyukur terhadap segala sesuatu yang Allah berikan kepada kita.
Ada banyak cara untuk bersyukur kepada Allah, salah satu yang paling mudah dilakukan adalah dengan cara meyakini bahwa nikmat yang diterima semata-mata pemberian Allah dan tidak menisbatkan kenikmatan itu kepada kepintaran, kekuatan, keberanian, dan sebagainya yang membuat diri kita sombong dan malah merendahkan orang lain.
Kita dapat membandingkan bagaimana cara menyikapi nikmat yang Allah berikan kepada dua orang ini. Orang pertama yaitu Nabi Sulaiman, ketika singgasana Ratu Balqis bisa didatangkan di hadapannya dalam tempo sekejap, maka beliau berkata:
"Ini termasuk karunia Rabbku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya)." [QS. An-Naml ayat 40]
Inilah sikap yang harus dilakukan oleh orang mukmin, lalu mari kita bandingkan dengan sikap dan ucapan Qarun yang menyombongkan kemampuannya, seperti yang Allah kisahkan:
"Qarun berkata: 'Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku'." [QS. Al-Qashash ayat 78]
Dalam hidup pasti ada cobaan dan ujian yang selalu datang menghampiri kita. Namun, bentuk cobaan itu datang dengan cara yang berbeda-beda. Kebanyakan dari kita biasanya menganggap segala bentuk cobaan itu berbentuk musibah saja.
Tapi sebenarnya kenikmatan dan rizki juga merupakan salah satu dari sekian banyak bentuk cobaan yang Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya. Allah juga berfirman dalam sebuah ayat,
"Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya) dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan." [QS. Al-Anbya ayat 35]
Allah telah menegaskan kepada kita semua bahwa sesungguhnya ujian dan cobaan itu tidak hanya seputar hal-hal yang buruk dan tidak menyenangkan saja, justru kesenangan dan nikmat juga merupakan sebuah ujian yang tentu saja harus kita renungkan bersama.
Lalu bagaimana cara kita menyikapi berbagai macam bentuk ujian hidup
Menyikapi Nikmat Sebagai Cobaan Hidup
Terkadang saat kita diberi nikmat oleh Allah, kita akan merasa sangat senang dan gembira. Kemudian kita menganggap bahwa Allah telah memuliakan kita dengan melapangkan rizki kita. Lalu, mari kita renungkan ayat berikut ini,
"Adapun manusia apabila Rabbnya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: 'Rabbku telah memuliakanku.' Adapun bila Rabbnya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata: 'Rabbku menghinakanku.' Sekali-kali tidak (demikian)." [QS. Al-Fajr ayat 15-17]
Ayat diatas adalah sebagai pelajaran bagi kita, karena kebanyakan dari kita akan merasa sombong dan lalai ketika kita diberi nikmat oleh Allah. Padahal Allah sendiri mengatakan bahwa Dia juga menguji hamba-Nya dengan nikmat yang Dia berikan.
Ujian kenikmatan adalah ujian yang paling berat jika dibandingkan dengan ujian dalam bentuk musibah. Karena, ujian ini dapat melalaikan kita dan cenderung membuat kita sombong dan bahkan dapat menjadikan kita menjadi seorang yang kufur terhadap nikmat-Nya jika kita tidak bersyukur.
Sehingga, sikap terbaik ketika mendapat nikmat dari Allah SWT adalah dengan cara mensyukuri nikmat yang diberikan Allah kepada kita. Karena kita sebagai manusia memang dituntut untuk bersyukur terhadap segala sesuatu yang Allah berikan kepada kita.
Ada banyak cara untuk bersyukur kepada Allah, salah satu yang paling mudah dilakukan adalah dengan cara meyakini bahwa nikmat yang diterima semata-mata pemberian Allah dan tidak menisbatkan kenikmatan itu kepada kepintaran, kekuatan, keberanian, dan sebagainya yang membuat diri kita sombong dan malah merendahkan orang lain.
Kita dapat membandingkan bagaimana cara menyikapi nikmat yang Allah berikan kepada dua orang ini. Orang pertama yaitu Nabi Sulaiman, ketika singgasana Ratu Balqis bisa didatangkan di hadapannya dalam tempo sekejap, maka beliau berkata:
"Ini termasuk karunia Rabbku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya)." [QS. An-Naml ayat 40]
Inilah sikap yang harus dilakukan oleh orang mukmin, lalu mari kita bandingkan dengan sikap dan ucapan Qarun yang menyombongkan kemampuannya, seperti yang Allah kisahkan:
"Qarun berkata: 'Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku'." [QS. Al-Qashash ayat 78]
Karena kesombongannyalah akhirnya Allah membinasakan Qarun dan tanah
menelannya bersama dengan harta benda miliknya hanya dalam waktu
semalam. Inilah salah satu bukti azab dari Allah untuk orang-orang yang
mengingkari nikmat-Nya. Namun, meskipun Qarun sudah binasa beribu-ribu
tahun yang lalu, namun sifatnya masih ada hingga sekarang.
Untuk itu, ketika mendapatkan nikmat, hendaknya kita selalu mensyukuri nikmat Allah tersebut, jangan menisbatkan nikmat yang kita peroleh itu kepada kekuatan, kepintaran, keberaniannya, dan semisalnya yang menjadikan kita sombong dan ingkar kepada nikmat Allah.
Selain itu, pergunakanlah nikmat yang kita peroleh untuk melakukan amal-amal shaleh yang lainnya seperti jika kita diberikan harta dan rizki yang melimpah, maka kita gunakan untuk beramal, membantu orang lain yang membutuhkan, berzakat, dan lain sebagainya. Dan apabila kita mendapatkan nikmat berupa kesehatan maka pergunakanlah nikmat tersebut untuk menjadi lebih taat kepada apa yang Allah perintahkan kepada kita.
Salah satu dari bentuk cobaan ialah musibah. Namun perlu diketahui bahwa setiap musibah itu datang atas kehendak dan seizin dari Allah SWT, dan Allah mengatakan bahwa barangsiapa yang bersabar menghadapinya maka Allah akan memberikannya balasan berupa kebaikan. Allah berfirman,
"Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." [QS. At-Taghabun ayat 11]
Lalu bagaimana sebaiknya sikap kita kala menghadapi cobaan? ketika menghadapi sebuah musibah, sebaiknya kita lebih banyak bersabar dan tabah dalam menghadapinya. Kita juga harus meyakini bahwa setiap cobaan yang datang itu atas kehendak dari Allah SWT, kita hanya bisa pasrah dalam menjalaninya dengan meyakini bahwa disetiap cobaan tersebut pasti akan ada hikmah yang baik untuk kita.
Adapun kita juga harus menganggap sebuah musibah sebagai nikmat karena musibah yang menimpa seorang mukmin adakalanya sebagai penghapus dosa yang dilakukannya, atau untuk meninggikan derajatnya, atau sebagai cambuk peringatan agar dia kembali ke jalan Allah.
"Sementara, tanda-tanda kesengsaraan seseorang adalah, apabila ilmunya bertambah maka ia semakin sombong dan sesat, setiap kali amalnya bertambah maka ia semakin bangga dan meremehkan orang lain, semakin tambah usianya maka ia semakin tamak, semakin banyak hartanya maka ia semakin kikir dan bakhil, setiap kali naik jabatannya maka semakin sombong ia dan makin sesat."
Karena sejatinya kenikmatan adalah cobaan dari Allah yang akan memperlihatkan rasa syukur atau kufur. Sama halnya dengan musibah, dia juga datang dari Allah untuk memperlihatkan kesabaran atau kemarahan. Sehingga kenikmatan dan kelapangan adalah ujian yang harus di sikapi dengan rasa syukur. Sedangkan cobaan dan musibah juga merupakan ujian yang harus di sikapi dengan kesabaran.
Itulah sikap seorang mukmin ketika menghadapi cobaan dan ujian hidup. Semoga menjadi bahan renungan untuk kita semua, aamiin.
Untuk itu, ketika mendapatkan nikmat, hendaknya kita selalu mensyukuri nikmat Allah tersebut, jangan menisbatkan nikmat yang kita peroleh itu kepada kekuatan, kepintaran, keberaniannya, dan semisalnya yang menjadikan kita sombong dan ingkar kepada nikmat Allah.
Selain itu, pergunakanlah nikmat yang kita peroleh untuk melakukan amal-amal shaleh yang lainnya seperti jika kita diberikan harta dan rizki yang melimpah, maka kita gunakan untuk beramal, membantu orang lain yang membutuhkan, berzakat, dan lain sebagainya. Dan apabila kita mendapatkan nikmat berupa kesehatan maka pergunakanlah nikmat tersebut untuk menjadi lebih taat kepada apa yang Allah perintahkan kepada kita.
Menyikapi Cobaan Berupa Musibah
Salah satu dari bentuk cobaan ialah musibah. Namun perlu diketahui bahwa setiap musibah itu datang atas kehendak dan seizin dari Allah SWT, dan Allah mengatakan bahwa barangsiapa yang bersabar menghadapinya maka Allah akan memberikannya balasan berupa kebaikan. Allah berfirman,
"Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." [QS. At-Taghabun ayat 11]
Lalu bagaimana sebaiknya sikap kita kala menghadapi cobaan? ketika menghadapi sebuah musibah, sebaiknya kita lebih banyak bersabar dan tabah dalam menghadapinya. Kita juga harus meyakini bahwa setiap cobaan yang datang itu atas kehendak dari Allah SWT, kita hanya bisa pasrah dalam menjalaninya dengan meyakini bahwa disetiap cobaan tersebut pasti akan ada hikmah yang baik untuk kita.
Adapun kita juga harus menganggap sebuah musibah sebagai nikmat karena musibah yang menimpa seorang mukmin adakalanya sebagai penghapus dosa yang dilakukannya, atau untuk meninggikan derajatnya, atau sebagai cambuk peringatan agar dia kembali ke jalan Allah.
Kesimpulan
"Di antara tanda-tanda kebahagiaan dan keberuntungan adalah, apabila ilmu seseorang bertambah maka ia semakin tawadhu’ dan pengasih. Bila amalnya bertambah maka ketakutan dan kewaspadaannya juga bertambah. Jika umurnya bertambah maka makin berkurang sifat tamaknya. Setiap kali bertambah hartanya maka makin dermawan dan makin tinggi kesungguhannya dalam berinfak. Semakin tinggi posisinya maka ia semakin dekat dengan banyak orang, memenuhi hajat mereka dan bersikap rendah hati terhadap manusia."
"Sementara, tanda-tanda kesengsaraan seseorang adalah, apabila ilmunya bertambah maka ia semakin sombong dan sesat, setiap kali amalnya bertambah maka ia semakin bangga dan meremehkan orang lain, semakin tambah usianya maka ia semakin tamak, semakin banyak hartanya maka ia semakin kikir dan bakhil, setiap kali naik jabatannya maka semakin sombong ia dan makin sesat."
Karena sejatinya kenikmatan adalah cobaan dari Allah yang akan memperlihatkan rasa syukur atau kufur. Sama halnya dengan musibah, dia juga datang dari Allah untuk memperlihatkan kesabaran atau kemarahan. Sehingga kenikmatan dan kelapangan adalah ujian yang harus di sikapi dengan rasa syukur. Sedangkan cobaan dan musibah juga merupakan ujian yang harus di sikapi dengan kesabaran.
Itulah sikap seorang mukmin ketika menghadapi cobaan dan ujian hidup. Semoga menjadi bahan renungan untuk kita semua, aamiin.
Lulus Ujian Akhir? Bidadari Surga Menantimu
Hidup penuh ujian. Allah SWT berfirman
bahwa Ia memberi ujian agar mengetahui siapakah yang terbaik amalnya.
Allah SWT berfirman, Sesungguhnya kami telah menjadikan apa yang ada di
bumi sebagai perhiasan bagimu, agar kami menguji mereka siapakah di
antara mereka terbaik perbuatannya. (QS. al-Kahfi: 17)
Sesungguhnya ritme ujian hidup tak ubahnya seperti ujian akhir yang dihadapi para mahasiswa. Sebelum ujian tiba, mahasiswa harus mengikuti perkuliahan reguler dengan tekun dan menyimak apa yang diajarkan dosen agar mendapat ilmu yang bermanfaat dan lulus ujian. Mahasiswa yang terbaik persiapan belajarnya, maka niscaya akan mampu menghadapi ujian itu dengan baik pula. Suka atau tidak, mahasiswa harus menghadapinya, sehingga wajib baginya untuk menyiapkan perbekalannya, sebelum, menjelang, saat dan sesudah ujian. Demikian pula seorang muslim, ia harus menyiapkan bekal untuk menghadapi ujian hidup agar sukses memasuki surga.
Sesungguhnya ritme ujian hidup tak ubahnya seperti ujian akhir yang dihadapi para mahasiswa. Sebelum ujian tiba, mahasiswa harus mengikuti perkuliahan reguler dengan tekun dan menyimak apa yang diajarkan dosen agar mendapat ilmu yang bermanfaat dan lulus ujian. Mahasiswa yang terbaik persiapan belajarnya, maka niscaya akan mampu menghadapi ujian itu dengan baik pula. Suka atau tidak, mahasiswa harus menghadapinya, sehingga wajib baginya untuk menyiapkan perbekalannya, sebelum, menjelang, saat dan sesudah ujian. Demikian pula seorang muslim, ia harus menyiapkan bekal untuk menghadapi ujian hidup agar sukses memasuki surga.
Sebelum Ujian Tiba Setidaknya ada 5 hal yang harus disiapkan seorang muslim sebelum menghadapi ujian hidupnya, yaitu :
1. Kenali sang pemberi ujian, Allah SWT. Sebagai mahasiswa, kita harus mengenali tipe dosen yang mengajar dan mengetahui cara mengajarnya, pun dalam memberikan nilai. Apa yang dinilai dan bagaimana ia menilai. Seorang dosen tentu memiliki bobot penilaian sekian persen untuk nilai uts, uas, kehadiran, quiz dan tugas. Allah SWT memiliki 99 asmaul husna. Rasulullah SAW bersabda, Allah memiliki sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu. Barangsiapa memperhitungkannya dia masuk surga.(Artinya, mengenalnya dan melaksanakan hak-hak nama-nama itu). (HR. Bukhari). Ia Maha Pengasih dan Penyayang, tetapi jangan lupa, Ia juga Maha Keras Siksanya.
2. Simak apa yang diajarkan sang pemberi ujian Dosen biasanya memberi
kisi-kisi ketika mendekati ujian, bahkan jauh hari, saat tengah
mengajar, dengan kata-katanya, Catat ini, karena biasanya akan keluar
dalam soal ujian. Kisi-kisi ujian itu difirmankan Allah SWT, Sungguh
akan Kami berikan cobaan kepadamu, dan sedikit ketakutan, penyakit,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar . (QS. Al Baqarah : 153 )
3. Banyak latihan Mahasiswa harus berlatih dengan mengerjakan soal-soal
dan banyak membaca. Ini akan memudahkan ketika menghadapi ujian. Seorang
muslim pun demikian, ia harus menempa dirinya dengan ibadah harian, dan
tidak memanjakan diri dengan kesenangan duniawi. Orang beriman, mereka
telah dilatih oleh-Nya untuk hanya bergantung pada-Nya melalui shalat,
doa dan zikir. Mereka dilatih untuk hidup Zuhud (dunia ditangannya namun
tidak di hati) melalui zakat, infaq dan shodaqoh. Mereka dilatih untuk
bersabar, menahan hawa nafsu melalui puasa. Mereka dilatih untuk bersatu
antar sesamanya, kaum mu'minin, melalui haji. Semua itu adalah bekal
untuk mempersiapkan pejuang sejati.
4. Jangan absen untuk menghadap-Nya. Mahasiswa absen lebih dari 4 kali
di kelas? Dapat dipastikan, tidak akan bisa mengikuti ujian akhir.
Shalat wajib Anda tinggalkan? Maka kesempatan untuk berkompetisi hilang
sudah. Shalat adalah tiang agama. Yang pertama-tama dipertanyakan
(diperhitungkan) terhadap seorang hamba pada hari kiamat dari amal
perbuatannya adalah tentang shalatnya. Apabila shalatnya baik maka dia
beruntung dan sukses dan apabila shalatnya buruk maka dia kecewa dan
merugi. (HR. Annasa'i dan Attirmidzi)
5. Kerjakan tugas-tugas dari Allah SWT. Dosen memberi tugas? Kerjakan,
karena jika tidak, kita tidak akan bisa mendapat nilai A. Apa yang
ditugaskan Allah SWT pada kita? Dan hendaklah ada diantara kamu
orang-orang yang mengajak kepada kebaikan, dan menyeru kepada yang
ma'ruf dan mencegah dari yang munkar. Dan merekalah orang-orang yang
beruntung. (QS. Ali Imran: 104) Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu
dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara
yang lebih baik. (QS. An-Naml : 120)
6. Bertanya jika ada yang tidak diketahui. Mahasiswa belajar sendiri,
mungkin bisa saja dilakukan, namun belum tentu sempurna hasilnya karena
terkadang ada catatan yang tak lengkap atau ada ilmu yang diketahui
teman, tetapi tak diketahui oleh kita. Bertanya, adalah kunci pembuka
ilmu. Seorang muslim dapat saja belajar sendiri dengan membaca buku-buku
Islam, tetapi ia tetap harus bertanya pada teman yang lebih paham
ataupun kepada para ulama. Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai
pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.(QS.16 : 43)
Menjelang Ujian Waktu ujian tengah semester maupun akhir semester, telah
ditetapkan waktunya. Dalam hidup, tidak bisa tidak, cepat atau lambat,
ujian pasti terjadi. Ada 4 hal yang harus dipersiapkan ketika ujian
semakin dekat, yaitu :
1. Persiapkan ilmu, analisa ujian Analisa ujian yang dihadapi, jangan
reaktif. Siapkan jurus-jurus untuk menghadapi ujian, karena setiap soal
berbeda bobotnya. Bekal ilmu untuk menghadapi ujian hidup, sangat
penting. Dengan ilmu, kita dapat mengetahui mana jalan yang diridhai-Nya
dan mana yang tidak. Sedikit ilmu lebih baik dari banyak ibadah. Cukup
bagi seorang pengetahuan fiqihnya jika dia mampu beribadah kepada Allah
(dengan baik) dan cukup bodoh bila seorang merasa bangga (ujub) dengan
pendapatnya sendiri. (HR. Athabrani).
2. Belajar dari soal-soal sebelumnya Mahasiswa harus rajin mencari foto
kopi soal di semester sebelumnya, karena soal ujian biasanya mirip.
Pelajarilah ujian yang dihadapi para nabi, ambil hikmah dari setiap
ujian. Bagaimana ending penderitaan yang dialami para nabi? Semuanya ada
di dalam Al Qur'an. Apakah kamu mengira akan masuk surga padahal belum
datang kepadamu (ujian) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu
sebelum kami. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan, diguncang (dengan
berbagai cobaan). Sehingga Rosul dan orang-orang yang beriman
bersamanya berkata, Kapankah datang pertolongan Allah? Ingatlah
sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat. (QS. Al-Baqarah: 214)
3. Belajar dari buku wajib dan buku tambahan Ada buku wajib kampus dan
buku tambahan. Buku wajib seorang muslim adalah Al Qur'an dan Hadits.
Dan untuk buku tambahan adalah buku-buku Islam kontemporer agar wawasan
bertambah. Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara. Kalian tidak akan
sesat selama berpegangan dengannya, yaitu Kitabullah (Al Qur'an) dan
sunnah Rasulullah saw. (HR. Muslim).
4. Berdoa Berdoalah kepada Allah SWT semoga Ia memudahkan dalam
mengerjakan soal-soal ujian. Senjata orang-orang beriman adalah doa. Doa
adalah senjata seorang mukmin dan tiang (pilar) agama serta cahaya
langit dan bumi. (HR. Abu Ya�la)
Saat Ujian 1. Hadapi dengan tenang dan sabar. Saat memasuki ruang ujian,
hadapilah dengan tenang dan sabar, jangan tergesa-gesa. Pun di dalam
menghadapi ujian hidup, wajib sabar ketika ujian itu datang. Rasulullah
SAW bersabda, Sabar yang sebenarnya ialah sabar pada saat bermula
tertimpa musibah. (HR. Al Bukhari)
2. Konsentrasi pada soal ujian, jangan curang. Soal telah dibagikan.
Konsentrasilah pada soal ujian dan jangan coba-coba menyontek! Saat
ujian datang, seorang muslim jangan justru lari dari-Nya dengan cara
bermaksiat kepada-Nya. Berapa banyak kita saksikan manusia yang ditimpa
ujian dan cobaan, bukannya mendekat kepada-Nya, tetapi justru bermaksiat
dengan lari dari jalan da'wah ataupun memisahkan diri dari barisan.
syaghalatna amwaluna waahluna : kami telah dilalaikan oleh harta dan
keluarga (QS. 48:11)
3. Selesaikan yang mudah dahulu. Menghadapi ujian dari dosen,
membutuhkan strategi, jangan mengerjakan soal-soal yang sulit dahulu,
tetapi kerjakan yang mudah. Jangan memasuki bidang ujian yang kita tidak
mampu memasukinya. Rasulullah SAW bersabda, Tidak semestinya seorang
muslim menghina dirinya. Para sahabat bertanya, Bagaimana menghina
dirinya itu, ya Rasulullah? Nabi saw menjawab, Melibatkan diri dalam
ujian dan cobaan yang dia tak tahan menderitanya.(HR. Ahmad dan
Attirmidzi)
4. Jangan mengeluh bila soalnya sulit. Ujian kita sangat sulit? Jangan
mengeluh. Karena percuma saja, toh ujian tak akan selesai dengan
keluhan. Seorang muslim janganlah sampai mengeluh ketika ujian menimpa,
karena Rasulullah SAW bersabda, Ada 3 hal yang termasuk pusaka
kebajikan, yaitu merahasiakan keluhan, merahasiakan musibah dan
merahasiakan sodaqoh (yang kita keluarkan). (HR. Athabrani).
Sesudah Ujian
1. Evaluasi Apakah ujian itu dapat kita lalui dengan baik? Ucapkan
hamdalah bila berhasil melaluinya. Seorang muslim ketika telah melewati
ujian berupa penderitaan dan kesedihan, hendaknya tetap istiqomah di
jalan-Nya. Dari Abu Hurairah ra katanya, sabda Rasulullah saw, Tidak
disengat seseorang mukmin itu dua kali dalam satu lubang.
2. Ambil hikmahnya. Ada hikmah di setiap kejadian. Karena khasanah
kebaikan kembali kepada-Nya. Bahkan ketika tertusuk duri, ada hikmahnya.
Tiada seorang muslim tertusuk duri atau yang lebih dari itu, kecuali
Allah mencatat baginya kebaikan dan menghapus darinya dosa. (HR. Al
Bukhari)
3. Bersiap menghadapi ujian selanjutnya. Ujian mahasiswa tentu tidak
hanya satu mata kuliah, tetapi ada beberapa macam. Selama hayat masih
dikandung badan, maka bersiaplah menghadapi ujian-ujian yang beraneka
ragam bentuknya. Apakah kamu mengira kamu akan dibiarkan saja mengatakan
kami beriman sedang mereka tidak di uji lagi� (QS. Al Ankaabut: 2-3)
Untuk Apa Ujian Itu?
Untuk apakah ujian itu Allah SWT berikan kepada hamba-hamba- Nya? Ujian
adalah sunnatullah dari Allah untuk memisahkan orang-orang munafik dari
barisan orang-orang beriman, memisahkan antara loyang dengan emas. Allah
menguji hamba-Nya dengan menimpakan musibah sebagaimana seorang menguji
kemurnian emas dengan api (pembakaran) . Ada yang ke luar emas murni.
Itulah yang dilindungi Allah dari keragu-raguan. Ada juga yang kurang
dari itu (mutunya) dan itulah yang selalu ragu. Ada yang ke luar seperti
emas hitam dan itu yang memang ditimpa fitnah (musibah).(HR. Athabrani)
Ujian adalah tarbiyah dari Allah untuk meningkatkan derajat hamba-Nya,
sebagai wujud kasih sayang-Nya. Seorang hamba memiliki suatu derajat di
surga. Ketika dia tidak dapat mencapainya dengan amal-amal kebaikannya
maka Allah menguji dan mencobanya agar dia mencapai derajat itu. (HR.
Athabrani).
Ujian adalah sunntullah untuk orang-orang yang berada di jalan Al Haq.
Jika kita tidak merasakan adanya ujian yang berat, maka patut
dipertanyakan apakah jalan yang kita lalui adalah jalan yang benar. Saad
bin Abi Waqqash berkata, Aku bertanya kepada Rasulullah saw, Ya
Rasulullah, siapakah orang yang paling berat ujian dan cobaannya Nabi
saw menjawab, Para nabi kemudian yang meniru (menyerupai) mereka dan
yang meniru (menyerupai) mereka. Seseorang diuji menurut kadar agamanya.
Kalau agamanya tipis (lemah) dia diuji sesuai dengan itu (ringan) dan
bila imannya kokoh dia diuji sesuai itu (keras). Seroang diuji
terus-menerus sehingga dia berjalan di muka bumi bersih dari dosa-dosa.
(HR. Al Bukhari)
Dalam menghadapi ujian, seorang mu'min harus selalu berprasangka baik
kepada Tuhannya. Besarnya pahala sesuai dengan besarnya ujian dan
cobaan. Sesungguhnya Allah Azza wajalla bila menyenangi suatu kaum Allah
menguji mereka. Barangsiapa bersabar maka baginya manfaat kesabarannya
dan barangsiapa murka maka baginya murka Allah. (HR. Attirmidzi).
Allah SWT menghibur orang-orang beriman dalam menghadapi ujian dengan
firman-Nya, Dan janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah pula kamu
bersedih hati, padahal kamulah orang yang paling tinggi (derajatnya) ,
jika kamu orang-orang yang beriman. (QS. 3 : 139).
Penutup Ujian hidup tidak selamanya berbentuk penderitaan dan kesedihan
hati, tetapi bisa juga dalam bentuk kenikmatan dan kesenangan. Bila
ujian itu dalam bentuk kesenangan, apakah sang hamba dapat bersyukur?
Bila dalam penderitaan, apakah sang hamba bersabar? Syukur dan sabar
adalah keistimewaan orang-orang yang beriman, yang dikagumi oleh sang
nabi.
Surga memiliki kriteria (muwashofat) untuk orang-orang yang akan
memasukinya. Nilai A, B, C, D, atau E, adalah hak prerogatif Allah SWT.
Tugas manusia adalah berdoa, berikhtiar dan bersabar. Dan tentu saja,
untuk mengetahui apakah kita benar-benar lulus atau tidak, jawabannya
ada di hari akhir nanti.
Lulus ujian, akan menaikkan derajat kita di sisi-Nya dan tiada lain
balasannya adalah ridha-Nya, surga-Nya, dan bidarari yang bermata jeli.
Allah SWT berfirman, Dan (di dalam Surga itu) ada bidadari-bidadari yang
bermata jeli laksana mutiara yang tersimpan baik. (QS. Al Waqiah :
22-23). Bidadari menantimu. Selamat ujian.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
privatebundas.blogspot.com
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬