Rabu, 10 Agustus 2016

Lauh Mahfuzh


Lauh Mahfuzh, Kitab Berisi Skenario Kehidupan Jagad Raya

Jika dalam film kita mengenal naskah skenario yang mengisahkan alur cerita, maka hal ini juga berlaku dalam kehidupan di alam semesta. Ternyata kehidupan di jagad raya ini sudah tertulis sebelumnya dalam sebuah kitab. Layaknya naskah skenario film, penghuni semesta hanya mengikuti alur cerita yang sudah tertulis dalam kitab tersebut.

Adalah Lauh Mahfuzh, sebuah kitab tempat Allah SWT menuliskan seluruh skenario kejadian di alam semesta. Menurut syariat Islam, kitab yang disebut sebanyak 13 kali dalam Alquran ini telah mencatat segala kejadian dari permulaan zaman sampai hari akhir. 





Itulah sebabnya, Nabi Muhammad SAW mengetahui apa yang terjadi dimasa lalunya dan yang akan datang, karena mendapat petunjuk dari Allah yang sudah tertulis Lauh Mahfuzh. Penasaran dengan kitab ini? Berikut rangkumannya.

Kitab Lauh Mahfuzh dijelaskan dalam salah satunya ayat di dalam Alquran yakni Surah An Naml, 27:75 yang artinya: Tiada sesuatu pun yang ghaib di langit dan di bumi, melainkan (terdapat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). (An Naml, 27:75)

Dalam sebuah riwayat dijelaskan bahwa Lauh Mahfuzh diciptakan dari mutiara berwarna putih yang berasal dari yaqut (batu mulia) merah. Panjang buku ini antara langit dan bumi, sedangkan lebarnya membentang antara barat di timur. Hal ini dijelaskan dalam hadis riwayat At-Tirmidzi yang artinya:

"Yang pertama kali diciptakan oleh Allah adalah qalam yang berasal dari cahaya.’ Menurut sebuah pendapat, qalam berasal dari permata putih yang panjangnya hampir sama antara langit dan bumi. ‘Kemudian Dia menciptakan Lauh Mahfuzh (Lembaran yang Terjaga) dari mutiara putih yang berasal dari yaqut (batu mulia) merah, yang panjangnya antara langit dan bumi, sedangkan lebarnya antara barat dan timur." (HR. Tirmidzi)

Amr bin al-‘Ash mengatakan, bahwa Rasulullah pernah berkata bahwa 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi, Allah SWT telah mencatat takdir-takdir makhluk-Nya.

"Allah telah mencatat takdir-takdir makhluk 50.000 tahun sebelum Dia menciptakan langit dan bumi." (Amr bin al-‘Ash)

Sementara dari Anas bin Malik mengatakan, “Rasulullah saw bersabda,

‘Allah memiliki lauh (lembaran) yang salah satu permukaannya terbuat dari yaqut merah dan permukaan lainnya dari zamrud hijau, sedangkan qalam-nya berasal dari cahaya’

“Sesungguhnya Allah memiliki lauh yang berasal dari mutiara putih. Dia suka melihatnya 360 kali dalam sehari semalam. Dalam setiap kali lihatan, Dia mencipta, memberi rezeki, mematikan, menghidupkan, mencabut kerajaan, memberikan kerajaan, dan mengerjakan apa pun sekehendak-Nya.” (Ibnu Abbas ra)

Masih banyak Hadist-hadist lain yang menjelaskan tentang kitab ini. Selain informasi dari Rasulullah SAW, Lauh Mahfuzh juga diinformasikan oleh Allah SWT dalam Alquran. 

“Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata.” (Yaasiin [36]: 12), yakni di dalam Lauh Mahfuzh.

Tafsir Qurtubi menjelaskan bahwa semua takdir Allah yang telah ditulis-Nya di Lauh Mahfuz bisa dihapus atau diubah oleh Allah. Allah lah yang menetapkan apa yang dikehendakinya terhadap hamba-hambaNya. Namun ini hanya akan berubah dengan doa dan perbuatan baik/ usaha.

Nabi Muhammad bersabda: "Tiada yang bisa mengubah takdir selain doa dan tiada yang bisa memanjangkan umur kecuali perbuatan baik"

Setan dan jin kafir akan berusaha untuk mencari informasi tentang isi dari Lauh Mahfuzh ini untuk memperdaya manusia. Itulah mengapa Allah sangat melaknat bagi manusia yang mendatangi peramal nasib. Karena biasanya, setan akan membisikan hasil curian mereka kepada para peramal. Setan-setan yang berusaha mencuri berita dari Lauh Mahfuz akan dilempar dengan binatang oleh malaikat.

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan gugusan bintang-bintang (di langit) dan Kami telah menghiasi langit itu bagi orang-orang yang memandang (nya), dan Kami menjaganya dari tiap-tiap syaitan yang terkutuk, kecuali syaitan yang mencuri-curi (berita) yang dapat didengar (dari malaikat) lalu dia dikejar oleh semburan api yang terang. (Al Hijr 16 - 18).

Meski banyak dijelaskan dalam hadist dan Alquran, namun tidak diketahui secara detail tentang kitab ini. Ini adalah perkara gaib yang menjadi rahasia Allah dan manusia hanya wajib mengimaninya. Wallahualam bisawab, hanya Allah maha tinggi menguasai ilmu pengetahuan.


Tag : Islam, Misteri

Mengenal Lauh Mahfuz Kitab Induk Segala Sesuatu

Ada tiga rahasia besar di alam semesta yang menjadi faktor utama terjadinya segala sesuatu. Yakni : Kehendak, Sunnatulah, dan Lauh Mahfuzh. Tidak mudah untuk menjelaskan apa dan bagaimananya, karena ini menyangkut rahasia terbesar yang sedang dicoba oleh para ilmuwan dunia untuk mengungkapnya. Karena itu, sangat bisa dipahami jika terjadi kesalahkaprahan di sekitar pemahamannya. ’Kehendak’ adalah pokok pangkal dari terjadinya segala peristiwa. 
Siapa saja yang mau membuka diri dan pikirannya, pasti bisa ’merasakan’ adanya suatu Kehendak Bebas yang sedang ’bermain’ di balik segala peristiwa yang terjadi di alam semesta ini. Yang menyebabkan segala kejadian seperti sedang menuju kepada suatu akhir cerita yang sudah diskenariokan.


Tanpa adanya ’Sang Kehendak’, sungguh alam semesta ini tidak akan tertata seperti ini. Sebuah ledakan yang dikenal dengan Big Bang, telah memunculkan drama kehidupan yang luar biasa. Tanpa ada campur tangan ’Sang Kehendak’, sebuah ledakan tidak akan pernah menghasilkan sebuah ’ketertataan’, melainkan sebuah kehancuran. Cobalah perhatikan, mana ada sebuah ledakan yang menghasilkan suatu kondisi yang tertata? Jika ada bom meledak di dekat kita, pastilah segala benda yang ada bakal hancur berantakan. Lha ini kok ada ledakan alam semesta, malah menghasilkan suatu harmoni yang luar biasa indahnya. Siapakah yang berkehendak dan campur tangan mengendalikannya…? Bagaimana mungkin ledakan bisa menghasilkan benda-benda langit seperti yang saksikan sekarang? Sebuah superkluster terdiri dari sekitar seratus miliar galaksi sedang berkitaran, seperti sedang melakukan tawaf ke arah pusatnya. 
Pahahal, setiap galaksi juga terdiri dari sekitar seratus miliar matahari yang sedang bertawaf ke pusatnya. Dan sebagian besar matahari-matahari itu dikitari oleh planet-planet yang juga sedang bertawaf di sekelilingnya. Bahkan, beberapa planet itu juga dikitari oleh satelit-satelit yang mengelilingnya. Kenapa bisa serapi ini? Yang jika kecepatan putar sebuah benda langit lebih besar dari kecepatannya sekarang, benda itu pasti sudah mencelat jauh, dan hilang di kedalaman alam semesta. Pernahkah Anda membayangkan, seandainya Bumi melintasi orbitnya dengan kecepatan lebih dari 107 ribu kilometer per jam-yakni kecepatan rata-ratanya sekarang? Maka, bisa dipastikan bumi akan mencelat dari orbitnya, karena gaya gravitasi matahari tak mampu lagi mengendalikannya. Dan matilah kita semua, penghuni bumi, karena tak ada lagi sinar matahari sebagai sumber energi kehidupan..! Atau, mungkin, bumi kita malah bertabrakan dengan benda langit lainnya.

privatebundas.blogspot.co.id



Kenapa bisa setertata ini? Bumi yang sekitar 5 miliar tahun lalu sangat panas, lantas perlahan-lahan mendingin. Memunculkan daratan dengan gunung-gunung dan lembahnya. Kemudian disusul lautan, danau dan sungai-sungai. Dilanjutkan oleh munculnya kehidupan sel tunggal sekitar 3,5 miliar tahun yang lalu, dimulai dari kawasan perairan. Dan kemudian berturut-turut hadir makhluk bersel lebih banyak, pepohonan, hewan-hewan, sampai menjurus kepada spesies manusia sekitar 10 juta tahun yang lalu. Disusul manusia modern sekitar 100 ribu tahun yang lalu. 
Kenapa seperti ada ’Kehendak’ yang mengedalikan semua ini…?


Para ilmuwan sedang berusaha membuktikan, apakah semua ini terjadi secara kebetulan ataukah karena kesengajaan. By design ataukah by accident? Silakan dibuktikan. Tapi al Qur’an sudah mengatakan sejak lama bahwa semua ini bukan terjadi secara kebetulan, melainkan ada ’Sang Kehendak’ yang terlibat di dalamnya sehingga seluruh peristiwa sedang menuju kepada satu tujuan saja: Eksistensi Sang Pencipta..!


QS. At Thalaaq (65): 12
Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.

QS. Az Zumar (39): 38
Dan sungguh jika kamu bertanya kepada (siapa pun) mereka: “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi (alam semesta)?”, niscaya jawabnya adalah: “Allah“…

 
Jadi, al Qur’an sudah memberikan klaim, bahwa siapa saja yang melakukan observasi secara jujur terhadap alam semesta, mereka niscaya akan memperoleh jawaban tunggal, bahwa semua ini ada yang menciptakan, yaitu: Allah. Dialah ’Sang Kehendak’ Itu. Yang memperkenalkan dirinya lewat tanda-tanda penuh rahasia kepada makhluk-Nya.
 
Selain ’Kehendak’, rahasia yang kedua adalah ’Sunnatullah’. Yakni: aturan main alam semesta. Alias hukum-hukum yang dengannya alam ini berproses. Bahwa, ’Kehendak’ Sang Maha Pencipta itu ternyata ’mewujud’ menjadi realitas alam semesta lewat hukum-hukum alam yang sangat jelas, dan bisa dipelajari oleh manusia…
 
Sedangkan rahasia ketiga adalah Lauh Mahfuzh. Inilah pusat’data base’ alam semesta yang memuat seluruh peristiwa sejak ’dulu’ hingga ’nanti’. Sejak ruang-waktu-materi-energi masih berukuran nol, sampai hilangnya semua itu di Hari Kehancuran kelak. Lauh Mahfuzh diciptakan seiring dengan diciptakannya segala sesuatu. Sehingga, dia mengiringi dan sekaligus mencatat segala sesuatu itu.
 
QS. Al An’aam (6): 59
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).

 
QS. An Naml (27): 75
Tiada sesuatupun yang ghaib di langit dan di bumi, melainkan (terdapat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).

 
Jadi Lauh Mahfuzh adalah data base yang berisi rekaman seluruh kenyataan alam semesta. Ayat di atas menyebutnya, tidak ada yang tidak tercatat di dalamnya. Karena, Lauh Mahfuzh itu adalah realitas ini sendiri. Jika Anda merekam data di sebuah CD (compact disc), maka Allah merekam segala peristiwa di ruang-waktu-materi-energi alam semesta ini.
 
Kalimat ’KUN’ adalah dimensi informasi yang muncul dari ’Kehendak’. Ia mengandung seluruh tatanan alam semesta yang terdiri dari ruang-waktu-materi-energi. Begitu diucapkan oleh-Nya, maka ia ’terurai’ menjadi segala peistiwa alam semesta. Bagaikan sebuah sel induk atau stem sel yang berisi genetika (software penciptaan), dan kemudian membelah dengan sangat terkontrol untuk menjadi makhluk yang namanya manusia.
 
Di sisi Allah, memang segala peristiwa ini ’sudah selesai’. Atau boleh dikatakan, semuanya: ’diciptakan-berlangsung-selesai’ sudah terjadi secara serentak. Kenapa bisa demikian? Karena sebagaimana kita ketahui, sesungguhnya ’awal’ dan ’akhir’ itu terjadi di dalam Diri-Nya. Diliputi-Nya. Demikian pula yang ’gaib’ dan yang ’nampak’, semuanya adalah sesuatu yang nyata belaka.
 
QS. Al Hadiid (57): 3
Dia adalah Awal sekaligus Akhir, Zhahir sekaligus Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.

 
Akan tetapi, dalam skala manusia, semuanya akan kelihatan terjadi seiring waktu. Karena manusia terikat oleh waktu yang sedang berjalan. Sehingga bagi manusia ada: ’dulu, sekarang, dan nanti’. Sedangkan bagi Allah tidak ada istilah itu. Yang ada hanya: disisi-Nya. Dan itu bisa bermakna apa saja, kapan saja, dan dimana saja. Menjadi relatif semua. Sehingga, kita membaca ayat al Qur’an yang mengatakan waktu bisa bermakna 1 hari = 1000 tahun atau pun 50 ribu tahun. Bahkan, alam semesta yang sudah berusia sekitar 13 miliar tahun ini disebut juga hanya berusia 6 hari di sisi-Nya. Pemahamannya menjadi sangat bergantung kepada ’tema’ yang sedang dibahas-Nya.
 
Maka, tidak heran dalam ayat berikut ini Allah mengatakan hari kiamat itu pun sudah tercatat di dalam Lauh Mahfuzh. Padahal menurut kita itu ’belum terjadi’. Ya, karena hidup kita ’terikat’ di dalam dimensi waktu yang sedang bergerak. Kita baru sampai di stasiun waktu ’sekarang’, sedangkan kiamat berada di stasiun waktu ’nanti’. Tetapi bagi Allah, sebenarnya semua ini ’baru diawali’ dan sekaligus ’sudah selesai’…!
 
QS. Saba’ (34): 3
Dan orang-orang yang kafir berkata: “Hari berbangkit itu tidak akan datang kepada kami”. Katakanlah: “Pasti datang, demi Tuhanku Yang mengetahui yang ghaib, sesungguhnya kiamat itu pasti akan datang kepadamu. Tidak ada yang tersembunyi daripada-Nya seberat zarrah pun apa yang ada di langit dan di bumi, dan tidak ada (pula) yang lebih kecil dari itu dan yang lebih besar, melainkan tercatat dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)”,

 
Maka, dengan sangat meyakinkan, Allah mengatakan Hari Akhir itu ’pasti datang’. Karena disisi-Nya semua peristiwa ’sudah terjadi’. Meskipun bagi kita semua sedang berlangsung. Ibaratnya, Anda memiliki sebuah film di VCD. Seluruh cerita di dalamnya itu sudah selesai direkam. Dan Anda yang sudah menyetel berulangkali, sudah tahu ceritanya dari awal sampai akhir. Tetapi, ketika VCD itu diputar lagi, penontonnya harus sabar mengikuti urutan waktu yang terus berjalan, sampai berakhirnya cerita. Dan dengan santainya, Anda bisa bercerita ke teman Anda yang belum menonton, bahwa aktor utamanya ternyata mati di akhir cerita. Meskipun, teman Anda tidak percaya…
 
QS. Ar Ra’d (13): 39
Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh Mahfuzh).

 
Ya, bukankah ’faktor pertama’ sebelum menjadi kalimat KUN dan kemudian terurai menjadi sunnatullah mengiringi Lauh Mahfuzh, yang ada hanyalah ’Kehendak-Nya’?
Karena itu, ayo jangan menyerah..! Karena Dia sedang menunggu kita untuk memperbaiki masa depan kita sendiri. Apakah kita pantas memperoleh ridha-Nya ataukah malah mengingkari-Nya…




MITOS – MITOS DI BANTEN KIDUL


MITOS YANG BEREDAR DI MASYARAKAT BANTEN KIDUL

Ketika Kerajaan Sunda runtuh tahun 1579, kekuasaan atas daerah Banten digantikan oleh Kesultanan Banten yang bercorak Islam. Proses pergantian kekuasaan itu seiring dengan dilakukannya Islamisasi oleh Syarif Hidayatullah yang dilakukan sejak tahun 1522. Selain itu, runtuhnya Kerajaan Sunda pun telah melahirkan berbagai mitos yang berkembang di tengah-tengah kehidupan masyarakat Banten. Mitos-mitos itu ada yang bercerita ketika Kerajaan Sunda masih berdiri, mitos tentang penolakan para pengikut setia Raja Sunda atas kekalahan kerajaannya, mitos yang bercerita tentang proses Islamisasi itu sendiri, dan cerita-cerita mitos ketika Kesultanan Banten telah berdiri.
————————————–
MITOS NYI RORO KIDUL VERSI MASYARAKAT BANTEN KIDUL



 Banten Kidul yang  berbatasan langsung dengan Samudra Indonesia, masyarakat Banten Kidul mengenal sebuah dongeng tentang Nyi Roro Kidul. Bagi masyarakat, cerita ini bagian yang tidak dapat dipisahkan dari eksistensi Kerajaan Sunda. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan kalau kisah tentang penguasa laut selatan ini berbeda dengan cerita yang dikenal oleh masyarakat pantai selatan di luar Banten Kidul, seperti di daerah Yogyakarta. Cerita ini begitu legendaris dan sangat kuat terpatri di hati masyarakat Lebak selatan yang memang bersinggungan langsung dengan laut selatan.

Diceritakan bahwa Nyai Roro Kidul merupakan putri Prabu Siliwangi dari Kerajaan Pakuan Pajajaran. Ibunya merupakan permaisuri kinasih dari Prabu  Siliwangi. Nyai Roro Kidul yang semula bernama Putri Kandita, memiliki paras yang sangat cantik dan kecantikannya itu melebihi kecantikan ibunya. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan kalau Putri Kandita menjadi anak kesayangan Prabu Siliwangi.

Sikap Prabu Siliwangi yang begitu menyayangi Putri Kandita  telah menumbuhkan kecemburuan dari selir dan putra-putri raja lainnya. Kecemburuan itu yang kemudian melahirkan persengkokolan di kalangan mereka untuk menyingkirkan Putri Kandita dan ibunya dari sisi raja dan lingkungan istana Pakuan Pajajaran.

Rencana tersebut dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan ilmu hitam  sehingga Putri Kandita dan ibunya terserang suatu penyakit yang tidak bisa  disembuhkan. Di sekujur tubuhnya, yang semula sangat mulus dan bersih, timbul  luka borok bernanah dan mengeluarkan bau tidak sedap (anyir). Akibat penyakitnya itu, Prabu Siliwangi mengucilkan mereka meskipun masih tetap berada di lingkungan istana. Akan tetapi, atas desakan selir dan putra-putrinya, Prabu Siliwangi akhirnya mengusir mereka dari istana Pakuan Pajajaran.
Mereka berdua keluar dari istana dan berkelana ke arah selatan dari wilayah kerajaan tanpa tujuan. Selama berkelana, Putri Kandita kehilangan ibunya yang meninggal dunia di tengah-tengah perjalanan. Suatu hari, sampailah Putri Kandita di tepi sebuah aliran sungai. Tanpa ragu, ia kemudian meminum air sungai sepuas-puasnya dan rasa hangat dirasakan oleh tubuhnya. Tidak lama kemudian, ia merendamkan dirinya ke dalam air sungai itu.

Setelah merasa puas berendam di sungai itu, Putri Kandita merasakan bahwa tubuhnya kini mulai  nyaman dan segar. Rasa sakit akibat penyakit boroknya itu tidak terlalu menyiksa dirinya. Kemudian ia melanjutkan pengembaraannya dengan mengikuti aliran sungai itu ke arah hulu. Setelah lama berjalan mengikuti aliran sungai itu, ia menemukan beberapa mata air yang menyembur sangat deras sehingga semburan mata air itu melebihi tinggi tubuhnya. Putri Kandita menetap di dekat sumber air panas itu. Dalam kesendiriannya, ia kemudian melatih olah kanuragan.

Selama itu pula, Putri Kandita menyempatkan mandi dan berendam di sungai itu. Tanpa disadarinya, secara berangsur-angsur penyakit yang menghinggapi tubuhnya menjadi hilang. Setelah sembuh, Putri Kandita meneruskan pengembaraan dengan mengikuti aliran sungai ke arah hilir dan ia sangat terpesona ketika tiba di muara sungai dan melihat laut. Oleh karena itu, Putri Kandita memutuskan untuk menetap di tepi laut wilayah selatan wilayah Pakuan Pajajaran.

Selama menetap di sana, Putri Kandita dikenal luas ke berbagai kerajaan yang ada di Pulau Jawa sebagai wanita cantik dan sakti. Mendengar hal itu, banyak pangeran muda dari berbagai kerajaan ingin mempersunting dirinya. Menghadapi para pelamar itu, Putri Kandita mengatakan bahwa ia bersedia dipersunting oleh para pangeran itu asalkan harus sanggup mengalahkan kesaktiannya termasuk bertempur di atas gelombang laut yang ada di selatan Pulau Jawa. Sebaliknya, kalau tidak berhasil memenangkan adu kesaktian itu, mereka harus menjadi pengiringnya.

Dari sekian banyak pangeran yang beradu kesaktian dengan Putri Kandita, tidak ada seorang pangeran pun yang mampu mengalahkan kesaktiannya dan tidak ada juga yang mampu bertarung di atas gelombang laut selatan. Oleh karena itu, seluruh pangeran yang datang ke laut selatan tidak ada yang menjadi suaminya, melainkan semuanya menjadi pengiring Sang Putri. Kesaktiannya mengalahkan para pangeran itu dan kemampuannya menguasai ombak laut selatan menyebabkan ia mendapat gelar Kanjeng Ratu Nyai Roro Kidul yang artinya Ratu Penguasa di Selatan.

Cerita ini memang tidak bersangkutan dengan Kesultanan Banten yang berdiri menggantikan Kerajaan Sunda di wilayah Banten Selatan. Akan tetapi, cerita ini sangat penting dikemukakan sebagai salah satu wujud mentifact masyarakat Banten Selatan tentang keberadaan Nyai Roro Kidul, Prabu Siliwangi, dan Kerajaan Pakuan Pajajaran. Artinya, Kerajaan Laut Kidul yang dikenal dalam pikiran masyarakat Banten selatan itu memiliki hubungan kekerabatan dengan Kerajaan Pakuan Pajajaran, karena penguasanya merupakan anak dari Prabu Siliwangi, raja legendaris Kerajaan Pakuan Pajajaran.
————————————–
MITOS KAMPUNG KECIREBONAN



 Cerita mitos, yang diduga paling tua pada masa awal Islamisasi daerah Banten, adalah terkait dengan cerita asal usul sebuah kampung yang bernama Kecirebonan. Kampung ini didirikan oleh Kibuyut ‘Afil atas perintah Syarif Hidayatullah, yang kelak dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati.

Untuk melaksanakan perintah tersebut, Kibuyut ‘Afil pergi dari Cirebon ke Banten atas bimbingan gaib Sinuhun Panembahan Maulana Syarif Hidayatullah gelar Sunan Gunung Jati. Setibanya di Banten, Kibuyut ‘Afil mulai mencari sebuah tempat untuk dijadikan tempat tinggal Syarif Hidayatullah.

Sementara itu, dari Cirebon Syarif Hidayatullah melemparkan sebuah tongkat ke arah Banten. Lemparan itu dilakukan oleh Syarif Hidayatullah seiring dengan keberangkatan Kibuyut ‘Afil ke Banten. Tongkat itu jatuh di sebuah tempat yang sekarang bernama Kecirebonan dan di tempat itulah Kibuyut ‘Afil mendirikan tempat tinggal untuk Syarif Hidayatullah.

Ketika Syarif Hidayatullah tiba di Banten untuk mengislamkan daerah ini, ia tinggal di kampung yang yang telah didirikan oleh Kibuyut ‘Afil. Setelah memandang anaknya, Maulana Hasanudin, cukup ilmu untuk menyebarkan agama Islam, Syarif Hidayatullah meninggalkan Banten dan kembali Cirebon. Sementara itu, kampung sebagai tempat tinggal Syarif Hidayatullah terus dijaga oleh Kibuyut ‘Afil sampai ia meninggal dunia.

Oleh karena itu, sampai sekarang kampung itu dinamai kampung Kacirebonan.
————————————–
MITOS PRABU PUCUK UMUN


 Berkaitan dengan kekalahan Prabu Pucuk Umun oleh Maulana Hasanudin terdapat sebuah mitos yang diceritakan secara lisan dari satu generasi ke generasi lain. Cerita itu oleh masyarakat Lebak dikenal dengan nama tubuy yang merupakan cerita pantun yang dituturkan secara lisan. Isi cerita ini mengacu kepada nama tempat yang sangat dikeramatkan di Banten Selatan dan dipergunakan untuk memperingati peristiwa kekalahan Prabu Pucuk Umun oleh 

Maulana Hasanudin. Menurut cerita ini, Prabu Pucuk Umun merupakan wakil Raja Sunda untuk daerah Banten dan leluhur para puun suku Baduy.

Dikisahkan dalam cerita tubuy, Maulana Hasanudin merupakan putra sulung Sunan Gunung Jati yang datang ke Banten untuk mengislamkan wilayah barat Kerajaan Sunda. Dalam melaksanakan tugasnya itu, Maulana Hasanudin disertai oleh dua orang pembantunya yang bernama Agus Jo dan Mas Lei. Upaya mengislamkan Prabu Pucuk Umun tidak dapat dilakukan oleh Maulana Hasanudin secara langsung melainkan harus melalui pertarungan di antara keduanya.

Adu kesaktian ini dilakukan karena Prabu Pucuk Umun hanya bersedia memeluk Islam kalau kesaktiannya dikalahkan oleh kesaktian Molana Hasanudin. Jenis pertandingan yang disepakati oleh kedua orang yang sama-sama sakti ini adalah mengadu ayam. Ayam Pucuk Umun diciptakan dari besi baja, berpamor air raksa, berinti besi berani, dan diberi nama Jalak Rarawe. Sedangkan ayam Molana Hasanudin merupakan penjelmaan jin. Ayam putih ini berasal dari serbannya yang dihentakkan sekali dan diberi nama Jalak Putih.

Kedua jenis ayam ini mencerminkan sifat masing-masing pemiliknya. Jalak Rarawe merupakan ayam yang terlihat sangat garang sebagai cerminan bahwa Prabu Pucuk Umun memiliki sifat dendam kesumat. Sementara itu, Jalak Putih kelihatan tenang dan sabar yang mencerminkan keluhuran budi pekerti yang dimiliki oleh Molana Hasanudin. 

Dalam pertandingan itu, Jalak Rarewe dapat dikalahkan oleh alak Putih dan bertepatan dengan kekalahan itu, si Jalak Putih kembali kepada wujud aslinya. Melihat kejadian itu, Prabu Pucuk Umun sangat kaget dan berseru “Ketahuilah Hasanudin bahwa kekalahanku kali ini hanya merupakan sebagian terkecil dari seluruh kesaktianku dan aku belum menyerah kalah, apabila kau sanggup susullah aku”.

Dengan kekalahan itu, seharusnya Prabu Pucuk Umun takluk kepada Maulana Hasanudin dan memeluk Islam. Akan tetapi, perjanjian dengan Molana Hasanudin dilanggar oleh Pucuk Umun. Ia tidak mau memeluk agama Islam dan memilih untuk memusnahkan dirinya dengan berubah menjadi burung beo.

Burung beo jelmaan Pucuk Umun itu kemudian terbang meninggalkan Maulana Hasanudin agar ia tidak ditangkap oleh Maulana Hasanudin. Ketika sedang terbang mengembara, Pucuk Umum melihat hamparan pasir sehingga merasa tertarik untuk turun kembali ke bumi. Ketika telah mendarat di bumi, burung beo itu menjelma kembali menjadi Prabu Pucuk Umun.

Setelah dirinya menjadi manusia lagi, Pucuk Umun menemukan sisa-sisa rakyatnya yang tidak mau masuk Islam dan mendirikan perkampungan baru di daerah Banten Selatan, tepatnya di daerah Lebak. Berdasarkan cerita ini, sebagian masyarakat Lebak menamakan tempat Pucuk Umun menjadi burung beo sebagai Cibeo, tempat burung beo melihat  hamparan pasir dan berubah kembali menjadi Pucuk Umun sebagai Cikeusik, dan tempat Pucuk Umun mendirikan perkampungan baru dinamai sebagai Cikartawana.

Mitos tentang kekalahan Pucuk Umun ketika beradu kesaktian dengan Maulana Hasanudin memang tidak ditemukan di setiap tradisi lisan atau cerita rakyat. Dalam suntingan Sajarah Banten yang lain, diceritakan bahwa Pucuk Umun itu tidak pernah bertanding untuk mengadu keasktian dengan Maulana Hasanudin. Dengan kesaktian yang dimilikinya, Pucuk Umum telah memperkirakan bahwa dirinya sebagai penguasa Pakuan Pajajaran yang berkuasa di Banten Girang akan digantikan oleh Maulana Hasanudin. Oleh karena itu, ia kemudian memusnahkan dirinya karena tidak mau tunduk kepada Maulana Hasanudin, seperti yang dinyatakan dalam Sadjarah Banten.

Pucuk Umun lalu tahu Jika (ia) akan kedatangan (orang) yang diperintahkan untuk menggantikan, terbayang dalam pengamatannya tidak dapat (tidak) kelak (ialah orangnya yang akan menjadi) Raja Pakuan (menggantikan) yang namanya Prabu Seda maka hilang, musnahlah ia patutlah diketahui, (bahwa) ia itu, Prabu Seda itu, adalah anak Hyang  Prabu Seda Pakuan, yaitu anak dari Prabu Mundhing Kawatgita
 
Ada juga yang meneritakan bahwa ketika ayam Pucuk Umun kalah oleh ayam Maulana Hasanudin, Pucuk Umun menguji kesaktian Maulana Hasanudin dengan cara bersembunyi dan meminta Molana Hasanudin untuk menemukan tempat persembunyiannya itu. Tantangan itu diterima oleh Molana Hasanudin dan segera memerintahkan kedua jin santrinya untuk mengejar dan menangkap Pucuk Umun. 
Setelah mengejarnya, kedua jin santri Molana Hasanudin berkata kepada majikannya “Maaf Tuan, Pucuk Umun menghilang”. Kemudian berkata Molana Hasanudin, “Yah sudahlah santri jin, barangkali sudah kehendak Tuhan Yang Agung, mungkin sudah kehendak-Nya kalau Pucuk Umun menjadi iblis atau kafir siluman selama-lamanya”. Dalam salah satu cerita rakyat, Pucuk Umun menghilang di Tubuy dan masuk ke dalam bumi sampai tidak pernah kelihatan lagi.

lalu Pucukumun terbang dari jungkulan langsung ke Tubuy, lalu musnah Pucukumun hilang di Tubuy lalu tidak keluar lagi, lalu Pucukumun masuk ke dalam bumi hilang tak kehilatan

Suntingan Sajarah Banten lainnya yang digubah dalam bentuk prosa menceritakan bahwa Pucuk Umun telah mengetahui maksud kedatangan Molana Hasanudin yaitu untuk mengislamkan daerah Banten dan menggantikan kedudukan dirinya sebagai Raja Pakuan yang berkuasa atas wilayah Banten Girang. Oleh karena itu, sebelum Molana Hasanudin menginjakkan kakinya di tanah Banten, ia memusnahkan dirinya karena tidak mau memeluk Islam dan menjadi bawahan Molana Hasanudin.

Selain itu, diceritakan pula bahwa adu ayam yang dilakukan oleh Molana Hasanudin bukan untuk mengalahkan Pucuk Umun, tetapi untuk memancing agar penduduk dari daerah lain lebih banyak lagi yang datang ke Banten.

Berkata Molana: Hai sekalian ajar, mari kita sepakat, semua mencari tempat untuk bermain mengadu ayam, tempat yang baik untuk kita. Maka berkata semua ajar: Baik. Maka semua ajar mencari tempat, menemukan tempat di Weringin Lancar. Berkata ajar: Nah, ini tempat yang baik. Maka dibersihkanlah tempat itu sehingga terang, maka pulanglah ajar,  memberitahukan kepada lurahnya, Pucuk Umun. Maka berkata Molana: Apakah ada yang mempunyai ayam? Berkata semua ajar: Ada, hamba punya. Nah, mari kita bermain. Maka mereka semua main di Lancar, maka lama kelamaan tersebar berita tentang keramaian mengadu ayam, mereka berjudi, maka orang-orang dari daerah pinggiran, datang dan ikut mengadu ayam.


————————————–

MITOS PANGERAN ARYADILLAH

Selain mitos yang terkait dengan masa transisi dari kekuasaan Hindu ke Islam, terdapat juga mitos yang hidup di sebagian masyarakat Banten ketika di daerah ini sudah berdiri Kesultanan Banten. Ada mitos yang menceritakan tentang faktor yang mendorong majunya Kesultanan Banten, mitos yang bercerita kesaktian kerabat sultan, dan cerita yang ditujukan untuk menutup-nutupi perilaku penguasa Banten.

Masyarakat di daerah Banten mengenal sebuah cerita rakyat yang mengisahkan seorang tokoh bernama Pangeran Aryadillah. Dalam kehidupan nyata masyarakat Banten, keberadaan tokoh ini didukung oleh adanya dua makam di lokasi berbeda yang diyakini sebagai makam Pangeran Aryadillah. Makam pertama terletak di Banten dan yang satu lagi terdapat di Palembang.

Lebih dari sekedar itu, sampai saat ini pun meninggalnya Pangeran Aryadillah melahirkan silang pendapat. Sebagian masyarakat berkeyakinan bahwa Sang Pangeran  memang sudah meninggal, tetapi sebagian masyarakat yang lain menganggap bahwa Pangeran Aryadillah belum meninggal melainkan ngahyang ke alam gaib.

Menurut cerita ini, Pangeran Aryadillah merupakan putra seorang raja di Banten. Akan tetapi, ia sendiri tidak tahu siapa ayahnya itu. Ia kemudian bercerita kepada Hasnudin. Setelah mendengar penuturan Pangeran Aryadillah, Hasnudin meminta dirinya untuk membuktikan bahwa dirinya memang anak seorang raja Banten. Hasnudin menyuruh Aryadillah untuk merontok seluruh daun beringin dari pohonnya tanpa tersisa sehelai pun. Aryadillah menyanggupi permintaan Hasnudin kemudian bertapa di bawah pohon beringin yang akan dirontokkan seluruh daunnya itu. 

Dalam pertapaannya itu, ia meminta bantuan kepada ibu dan  kakeknya agar kesaktiannya bisa merontokkan seluruh daun pohon beringin itu.
Tidak lama kemudian, dengan kesaktian yang dimilikinya, pohon beringin itu ditiup oleh dirinya hingga seluruh daunnya rontok. Tidak ada daun yang rusak atau tertinggal di pohonnya walaupun hanya selembar. Setelah berhasil menjawab tantangan Hasnudin, Aryadillah akhirnya diakui sebagai anak raja Banten dan namanya menjadi Pangeran Aryadillah.

Setelah dirinya diakui sebagai anak raja Banten, Pangeran Aryadillah diberi tugas oleh ayahnya untuk mengusir semua dedemit yang ada di sekitar keraton. Setelah itu, ia pun pergi ke perairan Teluk Banten untuk melakukan tugas yang sama sehingga petilasannya sampai sekarang dikenal dengan sebutan Karang Hantu. Selain  berhasil menaklukkan para dedemit, Pangeran Aryadillah pun berjasa dalam menaklukkan Prabu Pucuk Umun di Banten Girang dan  bersama-sama dengan Maulana Yusuf berhasil menghancurkan pusat kekuasaan Kerajaan Sunda di Pakuan Pajajaran.

Ketika Maulana Muhammad Nasrudin menjadi penguasa Banten, kesaktiannya diperlukan oleh sultan yang berencana hendak menyerang Palembang. Atas perintah Maulana Muhammad, ia berangkat ke Palembang untuk menaklukkan negeri tersebut. Akan tetapi, di tempat inilah pasukan yang dipimpinnya mengalami kekalahan hingga dirinya gugur. Oleh karena kesaktian yang dimiliki oleh dirinya, sebenarnya Sang Pangeran tidaklah gugur melainkan menghilang dan masuk ke alam gaib. Sampai sekarang, tempat yang diyakini sebagai makam Sang 

Pangeran oleh sebagian masyarakat Banten selalu diziarahi untuk mendapatkan berkahnya.
Telah disebutkan sebelumnya bahwa dalam tradisi masyarakat Banten, peranan Sunan Gunung Jati dalam proses berdirinya Kesultanan Banten kurang begitu menonjol. Hal ini bisa dilihat dari suatu kenyataan bahwa masyarakat Banten selalu merujuk kepada Maulana Hasanudin sebagai pendiri Kesultanan Banten. Hal yang sebaliknya terjadi di Cirebon bahwa baik Kesultanan Banten maupun Kesultanan Cirebon didirikan oleh Sunan Gunung Jati. 

Ketika Sunan Gunung Jati masih berkuasa di Cirebon hubungan antara kedua kesultanan ini begitu harmonis. Akan tetapi, ketika Sunan Gunung Jati telah meninggal dunia, hubungan tersebut menjadi kurang begitu harmonis. Selain itu, Kesultanan Banten justru semakin berkembang dan menjelma menjadi sebuah pusat kekuasaan Islam di Pulau Jawa bagian barat.

Sementara Kesultanan Cirebon secara perlahan-lahan mengalami kemunduran karena tidak mampu menghadapi kekuatan-kekuatan kerajaan yang ada di sekitarnya, yakni Banten dan VOC di sebelah barat, serta Mataram di sebelah timur. Nah, kondisi inilah yang melahirkan sebuah cerita yang kemudian dijadikan landasan pembenaran bahwa majunya Banten karena memang simbol kekuasaan Cirebon telah berpindah ke Banten.
————————————–

MITOS PINDAHNYA SIMBOL KEKUASAAN CIREBON KE BANTEN


Cerita tentang pindahnya simbol kekuasaan Cirebon ke Banten diawali oleh keputusan para wali untuk menghukum mati Syeh Lemah Abang karena memiliki paham keagamaan yang berbeda dengan para wali lainnya. Paham yang dimiliki oleh Syeh Lemah Abang itu sangat berbahaya kalau diajarkan kepada kaum muslimin yang awam. Dengan menggunakan keris Kantanaga milik Sunan Gunung Jati, Sunan Kudus menusuk tubuh Syeh Lemah Abang sampai meninggal dunia.

Seketika, tubuhnya menghilang dan seiring dengan itu keluarlah suara gaib yang meramalkan masa depan Cirebon. Suara gaib itu berkata, “Bahwa Cirebon akan menjadi negara merdeka sampai anak-cucu, tetapi nanti jika telah datang kerbau putih, anak-cucu harus tahu sendiri”. Sunan Gunung Jati pun membenarkan ramalan suara gaib itu dan hal itu akan terjadi pada generasi kesembilan keturunannya.

Selanjutnya diceritakan dalam Babad Cirebon, terjadilah perkawinan antara Ratu Ayu dan Ratu Bagus Faseh. Ratu Ayu merupakan anak Sunan Gunung Jati sekaligus bekas istri Sultan Demak. Pernikahan itu melahirkan seorang putri yang bernama Ratu Nawati Rarasa yang kemudian dinikahi oleh Pangeran Dipati Pakungja, anak Pangeran Pasarean. Mereka kemudian memiliki putra yang kemudian dikenal sebagai Panembahan Ratu.

Setelah Sunan Gunung Jati meninggal dunia, kekuasaan atas Cirebon diserahkan kepada Panembahan Ratu. Pada masa itu, Mesjid Agung Cirebon terbakar dan bagian atas masjid itu (momolo) meloncat menuju Banten. Sejak saat itu berdirilah Kesultanan Banten yang mengalami perkembangan begitu pesat. Sebaliknya dengan Cirebon, sejak peristiwa itu mengalami kemunduran yang ditandai dengan takluknya Panembahan Ratu atas Sultan Mataram. Selain takluk kepada Sultan Mataram, ia pun kemudian menjadi bayangan penguasa Banten.

Sejak saat itulah, di daerah paling barat Pulau Jawa berdiri Kesultanan Banten yang mengalami kemajuan pesat dan kekuasaannya meliputi sebagian Pulau Sumatera. Kejayaan Kesultanan Banten tidak bisa dikalahkan baik oleh VOC maupun oleh Mataram. Hanya karena terjadi konflik intern, kedaulatan Kesultanan Banten sedikit demi sedikit berkurang. Terkait dengan hal ini, sebagian masyarakat Banten mengenal adanya cerita yang kalau diperhatikan cenderung bersifat mitos karena kebenarannya sulit dibuktikan secara historis.

Ketika Kesultanan Banten dipimpin oleh Sultan Ageng Tirtayasa, kesultanan ini mencapai masa kejayaannya. Selain itu, ia pun menghadapi dua musuh sekaligus yaitu VOC dan anaknya sendiri yang dikenal dengan sebutan Sultan Haji. Sultan Haji menjadi musuh ayahnya karena terhasut oleh VOC. Permusuhan itu lambat laun menjadi konflik terbuka sehingga terjadilah peperangan terbuka antara bapak dan anaknya. Peristiwa ini sungguh sangat memalukan masyarakat Banten yang dikenal sebagai masyarakat yang menjungjung tinggi nilai-nilai keagamaan. Untuk menutupi peristiwa tersebut diciptakanlah cerita yang isinya menolak penentangan Sultan Haji kepada ayahnya.

Dalam Wawacan Haji Mangsur, dikatakan bahwa sewaktu masih kecil, Pangeran Abunasr Abdulkahar (Sultan Haji) merupakan seorang anak yang halus budi pekertinya dan amat berbakti kepada orang tua. Ketika usianya sudah cukup dewasa, ia pergi ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Sebelum berangkat ke Mekkah, ia dinasihati oleh ayahnya (Sultan Ageng Tirtayasa) untuk segera pulang ke Banten begitu selesai menunaikan ibadah haji.
Ayahnya meminta kepada anaknya agar sepulangnya dari Mekkah tidak singgah kemana-mana dahulu. Akan tetapi, Pangeran Abunasr Abdulkahar ini lupa akan nasihat ayahnya karena setelah menunaikan ibadah haji, ia tidak langsung pulang ke Banten melainkan terlebih dahulu singgah di Negeri Cina dan menikahi seorang wanita Tionghoa yang sangat cantik.

Ketika Pangeran Abunasr Abdulkahar masih tinggal di Negeri Cina, ada seorang laki-laki yang mirip dengan dirinya. Laki-laki itu adalah kakak perempuan yang dinikahi oleh Pangeran Abunasr Abdulkahar.

Laki-laki yang mirip Pangeran Abunasr Abdulkahar ini kemudian meninggalkan negerinya menuju Banten, negeri suami adiknya. Setelah mendarat di Banten, ia kemudian mengakukan diri sebagai Pangeran Abunasr Abdulkahar, putra Sultan Ageng Tirtayasa. Meskipun penuh dengan ketidakpercayaan, Sultan dan rakyat Banten menerima kedatangan Pangeran Abunasr Abdulkahar dan memperlakukannya  sebagaimana lazimnya terhadap putra mahkota. Setelah dirinya berada di keraton, VOC mulai melaksanakan rencananya untuk mengadudombakan mereka. Oleh karena itu, terjadilah konflik terbuka antara ayah dan “anaknya” itu.

Selain itu, terdapat pula cerita mitos tentang Sultan Haji yang agak berbeda dengan cerita sebelumnya. Ketika akan menunaikan ibadah haji yang keduakalinya, Sultan Haji singgah dahulu di Pulau Putri. Di pulau ini, ia jatuh cinta kepada seorang putri cantik dan berkeinginan untuk menikahinya. Sang putri mau dinikahi oleh Sultan Haji asalkan seluruh pakaian dan perhiasannya mesti dijadikan mahar pernikahan mereka.

Sultan Haji menyanggupi permintaan Sang Putri dan menyerahkan seluruh pakaian dan perhiasannya kepada Sang Putri. Oleh Sang Putri, mahar pernikahannya itu diberikan kepada kakaknya yang kebetulan berwajah mirip dengan Sultan Haji. Setelah mengenakan pakaian dan seluruh perhiasan Sultan Haji, kakak Sang Putri kemudian berlayar ke Batavia dan mengaku diri sebagai Pangeran Abunasr Abdulkahar (Sultan Haji). Rakyat Banten mengakuinya, karena memang wajahnya amat mirip dengan Sultan Haji asli.

Apalagi dengan mengenakan pakaian dan perhiasan Sultan Haji, sempurnalah ia sebagai Sultan Haji palsu. Dialah yang kemudian berperang melawan Sultan Ageng Tirtayasa dan memerintah Banten. Selang beberapa tahun, Sultan Haji asli pulang ke Banten dan melihat keadaan Banten yang sudah berubah. Untuk menjaga jangan sampai terjadi keributan di negerinya, ia kemudian pergi ke Cimanuk, Cikadueun, Pandeglang. Di sana ia aktif menyebarkan agama Islam  hingga meninggal dunia. Dialah yang kemudian dikenal dengan nama Haji Mansyur atau Syekh Mansyur Cikadueun.

Cerita rakyat yang telah disajikan itu merupakan mitos yang terkait dengan masa perpindahan kekuasaan dari Kerajaan Sunda kepada Kesultanan Banten dan mitos yang bertalian dengan keberadaan Kesultanan Banten. Cerita itu dikategorikan sebagai mitos karena memang sangat sulit untuk dibuktikan secara historis. Musnahnya Pucuk Umun yang kemudian menjelma menjadi burung beo, kemudian ayam Pucuk Umun yang terbuat dari pasir besi dan ayam Maulana Hasanudin yang merupakan jelmaan jin merupakan cerita yang sulit untuk diterima oleh akal sehat.

Demikian juga dengan penentuan tempat tinggal Sunan Gunung Jati yang dilakukannya dengan melemparkan tongkat dari Cirebon dan cerita mengenai kesaktian serta terdapat dua orang Sultan Haji, merupakan cerita yang sangat sulit dibuktikan secara historis. Cerita-cerita mitos itu kemudian hidup di tengah-tengah masyarakat dan kemudian dipandang sebagai bagian dari cerita masa lalu masyarakat Banten.

Baca juga : Misteri Nyi Roro Kidul


Selasa, 09 Agustus 2016

Misteri Nyi Roro Kidul


Akhirnya Misteri Nyi Roro Kidul Terkuak

Anda percaya dengan cerita Nyi Roro Kidul atau Ratu Pantai Selatan? Sebagian dari Anda mungkin akan berkata TIDAK. Tapi coba tanyakan kepada mereka yang hidup dalam zaman atau lingkungan Keraton Yogyakarta. Mereka yakin dengan kebenaran cerita ini.



Konon ceritanya, di suatu masa, hiduplah seorang putri cantik bernama Kadita. Karena kecantikannya, ia pun dipanggil Dewi Srengenge yang berarti matahari yang indah. Dewi Srengenge adalah anak dari Raja Munding Wangi. Meskipun sang raja mempunyai seorang putri yang cantik, ia selalu bersedih karena sebenarnya ia selalu berharap mempunyai anak laki-laki. Raja pun kemudian menikah dengan Dewi Mutiara, dan mendapatkan putra dari perkimpoian tersebut. Maka, bahagialah sang raja.



Dewi Mutiara ingin agar kelak putranya itu menjadi raja, dan ia pun berusaha agar keinginannya itu terwujud. Kemudian Dewi Mutiara datang menghadap raja, dan meminta agar sang raja menyuruh putrinya pergi dari istana. Sudah tentu raja menolak. “Sangat menggelikan. Saya tidak akan membiarkan siapapun yang ingin bertindak kasar pada putriku”, kata Raja Munding Wangi. Mendengar jawaban itu, Dewi Mutiara pun tersenyum dan berkata manis sampai raja tidak marah lagi kepadanya. Tapi walaupun demikian, dia tetap berniat mewujudkan keinginannya itu.



Pada pagi harinya, sebelum matahari terbit, Dewi Mutiara mengutus pembantunya untuk memanggil seorang dukun. Dia ingin sang dukun mengutuk Kadita, anak tirinya. “Aku ingin tubuhnya yang cantik penuh dengan kudis dan gatal-gatal. Bila engkau berhasil, maka aku akan memberikan suatu imbalan yang tak pernah kau bayangkan sebelumnya.” Sang dukun menuruti perintah sang ratu. Pada malam harinya, tubuh Kadita telah dipenuhi dengan kudis dan gatal-gatal. Ketika dia terbangun, dia menyadari tubuhnya berbau busuk dan dipenuhi dengan bisul. Puteri yang cantik itu pun menangis dan tak tahu harus berbuat apa.



Ketika Raja mendengar kabar itu, beliau menjadi sangat sedih dan mengundang banyak tabib untuk menyembuhkan penyakit putrinya. Beliau sadar bahwa penyakit putrinya itu tidak wajar, seseorang pasti telah mengutuk atau mengguna-gunainya. Masalah pun menjadi semakin rumit ketika Ratu Dewi Mutiara memaksanya untuk mengusir puterinya. “Puterimu akan mendatangkan kesialan bagi seluruh negeri,” kata Dewi Mutiara. Karena Raja tidak menginginkan puterinya menjadi gunjingan di seluruh negeri, akhirnya beliau terpaksa menyetujui usul Ratu Mutiara untuk mengirim putrinya keluar dari negeri itu.


Puteri yang malang itu pun pergi sendirian, tanpa tahu kemana harus pergi. Dia hampir tidak dapat menangis lagi. Dia memang memiliki hati yang mulia. Dia tidak menyimpan dendam kepada ibu tirinya, malahan ia selalu meminta agar Tuhan mendampinginya dalam menanggung penderitaan.

Hampir tujuh hari dan tujuh malam dia berjalan sampai akhirnya tiba di Samudera Selatan. Dia memandang samudera itu. Airnya bersih dan jernih, tidak seperti samudera lainnya yang airnya biru atau hijau. Dia melompat ke dalam air dan berenang. Tiba-tiba, ketika air Samudera Selatan itu menyentuh kulitnya, mukjizat terjadi. Bisulnya lenyap dan tak ada tanda-tanda bahwa dia pernah kudisan atau gatal-gatal. Malahan, dia menjadi lebih cantik daripada sebelumnya. Bukan hanya itu, kini dia memiliki kuasa untuk memerintah seisi Samudera Selatan. Kini ia menjadi seorang peri yang disebut Nyi Roro Kidul atau Ratu Pantai Samudera Selatan yang hidup selamanya.


Kanjeng Ratu Kidul = Ratna Suwinda Tersebut dalam Babad Tanah Jawi (abad ke-19), seorang pangeran dari Kerajaan Pajajaran, Joko Suruh, bertemu dengan seorang pertapa yang memerintahkan agar dia menemukanKerajaan Majapahit di Jawa Timur. Karena sang pertapa adalah seorang wanita muda yang cantik, Joko Suruh pun jatuh cinta kepadanya. Tapi sang pertapa yang ternyata merupakan bibi dari Joko Suruh, bernama Ratna Suwida, menolak cintanya. Ketika muda, Ratna Suwida mengasingkan diri untuk bertapa di sebuah bukit. Kemudian ia pergi ke pantai selatan Jawa dan menjadi penguasa spiritual di sana. Ia berkata kepada pangeran, jika keturunan pangeran menjadi penguasa di kerajaan yang terletak di dekat Gunung Merapi, ia akan menikahi seluruh penguasa secara bergantian.

Generasi selanjutnya, Panembahan Senopati, pendiri Kerajaan Mataram ke-2, mengasingkan diri ke Pantai Selatan, untuk mengumpulkan seluruh energinya, dalam upaya mempersiapkan kampanye militer melawan kerajaan utara. Meditasinya menarik perhatian Kanjeng Ratu Kidul dan dia berjanji untuk membantunya. Selama tiga hari dan tiga malam dia mempelajari rahasia perang dan pemerintahan, dan intrik-intrik cinta di istana bawah airnya, hingga akhirnya muncul dari Laut Parangkusumo, kini Yogyakarta Selatan. Sejak saat itu, Ratu Kidul dilaporkan berhubungan erat dengan keturunan Senopati yang berkuasa, dan sesajian dipersembahkan untuknya di tempat ini setiap tahun melalui perwakilan istana Solo dan Yogyakarta.

Begitulah dua buah kisah atau legenda mengenai Kanjeng Ratu Kidul, atau Nyi Roro Kidul, atau Ratu Pantai Selatan. Versi pertama diambil dari buku Cerita Rakyat dari Yogyakarta dan versi yang kedua terdapat dalamBabad Tanah Jawi. Kedua cerita tersebut memang berbeda, tapi Anda jangan bingung. Anda tidak perlu pusing memilih, mana dari keduanya yang paling benar.

Kanjeng Ratu Kidul dan Keraton Yogyakarta Percayakah Anda dengan cerita tentang Kanjeng Ratu Kidul, atau Nyi Roro Kidul, atau Ratu Pantai Selatan? Sebagian dari Anda mungkin akan berkata TIDAK. Tapi coba tanyakan kepada mereka yang hidup dalam zaman atau lingkungan Keraton Yogyakarta. Mereka yakin dengan kebenaran cerita ini. Kebenaran akan cerita Kanjeng Ratu Kidul memang masih tetap menjadi polemik. Tapi terlepas dari polemik tersebut, ada sebuah fenomena yang nyata, bahwa mitos Ratu Kidul memang memiliki relevansi dengan eksistensi Keraton Yogyakarta. Hubungan antara Kanjeng Ratu Kidul dengan Keraton Yogyakartapaling tidak tercantum dalam Babad Tanah Jawi (cerita tentang kanjeng Ratu Kidul di atas, versi kedua). Hubungan seperti apa yang terjalin di antara keduanya?

Y. Argo Twikromo dalam bukunya berjudul Ratu Kidul menyebutkan bahwa masyarakat adalah sebuah komunitas tradisi yang mementingkan keharmonisan, keselarasan dan keseimbangan hidup. Karena hidup ini tidak terlepas dari lingkungan alam sekitar, maka memfungsikan dan memaknai lingkungan alam sangat penting dilakukan.

Sebagai sebuah hubungan komunikasi timbal balik dengan lingkungan yang menurut masyarakat Jawa mempunyai kekuatan yang lebih kuat, masih menurut Twikromo, maka penggunaan simbol pun sering diaktualisasikan. Jika dihubungkan dengan makhluk halus, maka Javanisme mengenal penguasa makhluk halus seperti penguasa Gunung Merapi, penguasa Gunung Lawu, Kayangan, dan Laut Selatan. Penguasa Laut Selataninilah yang oleh orang Jawa disebut Kanjeng Ratu Kidul. Keempat penguasa tersebut mengitari Kesultanan Yogyakarta. Dan untuk mencapai keharmonisan, keselarasan dan keseimbangan dalam masyarakat, maka raja harus mengadakan komunikasi dengan “makhluk-makhluk halus” tersebut.

Menurut Twikromo, bagi raja Jawa berkomunikasi dengan Ratu Kidul adalah sebagai salah satu kekuatan batin dalam mengelola negara. Sebagai kekuatan datan kasat mata (tak terlihat oleh mata), Kanjeng Ratu Kidul harus dimintai restu dalam kegiatan sehari-hari untuk mendapatkan keselamatan dan ketenteraman.



Kepercayaan terhadap Ratu Kidul ini diaktualisasikan dengan baik. Pada kegiatan labuhan misalnya, sebuah upacara tradisional keraton yang dilaksanakan di tepi laut di selatan Yogyakarta, yang diadakan tiap ulang tahunSri Sultan Hamengkubuwono, menurut perhitungan tahun Saka (tahun Jawa). Upacara ini bertujuan untuk kesejahteraan sultan dan masyarakat Yogyakarta.

Kepercayaan terhadap Kanjeng Ratu Kidul juga diwujudkan lewat tari Bedaya Lambangsari dan Bedaya Semangyang diselenggarakan untuk menghormati serta memperingati Sang Ratu. Bukti lainnya adalah dengan didirikannya sebuah bangunan di Komplek Taman Sari (Istana di Bawah Air), sekitar 1 km sebelah barat Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, yang dinamakan Sumur Gumuling. Tempat ini diyakini sebagai tempat pertemuan sultan dengan Ratu Pantai Selatan, Kanjeng Ratu Kidul.

Penghayatan mitos Kanjeng Ratu Kidul tersebut tidak hanya diyakini dan dilaksanakan oleh pihak keraton saja, tapi juga oleh masyarakat pada umumnya di wilayah kesultanan. Salah satu buktinya adalah adanya kepercayaan bahwa jika orang hilang di Pantai Parangtritis, maka orang tersebut hilang karena “diambil” oleh sang Ratu.


Selain Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, mitos Kanjeng Ratu Kidul juga diyakini oleh saudara mereka, Keraton Surakarta Hadiningrat. Dalam Babad Tanah Jawi memang disebutkan bahwa Kanjeng Ratu Kidul pernah berjanji kepada Panembahan Senopati, penguasa pertama Kerajaan Mataram, untuk menjaga Kerajaan Mataram, para sultan, keluarga kerajaan, dan masyarakat dari malapetaka. Dan karena kedua keraton (Yogyakarta dan Surakarta)memiliki leluhur yang sama (Kerajaan Mataram), maka seperti halnya Keraton Yogyakarta, Keraton Surakarta juga melaksanakan berbagai bentuk penghayatan mereka kepada Kanjeng Ratu Kidul. Salah satunya adalah pementasan tari yang paling sakral di keraton, Bedoyo Ketawang, yang diselenggarakan setahun sekali pada saat peringatan hari penobatan para raja. Sembilan orang penari yang mengenakan pakaian tradisional pengantin Jawa mengundang Ratu Kidul untuk datang dan menikahi susuhunan, dan kabarnya sang Ratu kemudian secara gaib muncul dalam wujud penari kesepuluh yang nampak berkilauan. 



Kepercayaan terhadap Ratu Kidul ternyata juga meluas sampai ke daerah Jawa Barat. Anda pasti pernah mendengar, bahwa ada sebuah kamar khusus (nomor 308) di lantai atas Samudera Beach Hotel, Pelabuhan Ratu, yang disajikan khusus untuk Ratu Kidul. Siapapun yang ingin bertemu dengan sang Ratu, bisa masuk ke ruangan ini, tapi harus melalui seorang perantara yang menyajikan persembahan buat sang Ratu. Pengkhususan kamar ini adalah salah satu simbol ‘gaib’ yang dipakai oleh mantan presiden Soekarno.

Sampai sekarang, di masa yang sangat modern ini, legenda Kanjeng Ratu Kidul, atau Nyi Roro Kidul, atau Ratu Pantai Selatan, adalah legenda yang paling spektakuler. Bahkan ketika anda membaca kisah ini, banyak orang dari Indonesia atau negara lain mengakui bahwa mereka telah bertemu ratu peri yang cantik mengenakan pakaian tradisional Jawa. Salah satu orang yang dikabarkan juga pernah menyaksikan secara langsung wujud sang Ratu adalah sang maestro pelukis Indonesia, (almarhum) Affandi. Pengalamannya itu kemudian ia tuangkan dalam sebuah lukisan.

 Baca juga : Mitos-Mitos Banten Kidul







Cara Pengobatan Leukimia dan mengatahui Penyebab serta Gejalanya

Leukemia merupakan Sel darah ganas yang berasal dari sumsum tulang belakang dengan ditandai adanya peningkatan sel darah putih abnormal. Karena banyaknya sel darah putih yang diproduksi, kanker ini juga dikenal dengan sebutan kanker sel darah putih.


Leukemia juga dikenal dengan kanker darah yang berkembang dari kelebihan produksi sel darah putih yang belum matang.  Orang-orang yang menderita leukemia anemia sangat rentan terhadap memar, perdarahan, dan infeksi. 


Leukemia diklasifikasikan menjadi leukimia akut dan leukimia kronis. Leukemia diklasifikasikan lebih lanjut sesuai dengan jenis sel darah putih yang terlibat.


Penyakit Leukemia tidak ada gejala khusus pada tahap awal bagi penderitanya, akan tetapi memiliki gejala lainnya, berikut ini gejala awal penderita leukimia.
1. Anemia dan gejala yang terkait, seperti kelelahan, pucat di bibir, pucat di konjungtiva mata.
2. Kecenderungan untuk memar atau mudah berdarah, termasuk perdarahan dari gusi atau hidung, atau darah dalam tinja atau urin.
3. Kerentanan terhadap infeksi seperti sakit tenggorokan atau pneumonia bronkial, yang bisa disertai dengan sakit kepala, demam ringan, sariawan, atau ruam kulit.
4. Pembengkakan kelenjar getah bening, biasanya di tenggorokan, ketiak, atau selangkangan.
5. Kehilangan nafsu makan dan berat badan.
6. Ketidaknyamanan di bawah tulang rusuk kiri bawah (yang disebabkan oleh limpa bengkak).
7. Jumlah sel darah putih yang sangat tinggi dapat mengakibatkan masalah penglihatan karena perdarahan retina, telinga berdenging (tinnitus), perubahan status mental, ereksi berkepanjangan (priapismus), stroke, ataupun kejang karena perdarahan di otak.


sampai pada saat ini tidak ada ahli spesialis yang mengetahui persis apa saja penyebab terjadinya leukemia, tetapi kelainan kromosom, paparan polusi, paparan radiasi, dan merokok dapat menjadi faktor risiko. Pengobatan biasanya meliputi kemoterapi dan tulang transplantasi sumsum tulang.

Penanganan Awal Penderita Leukimia

Ada hal mudah yang dapat dilakukan di rumah untuk membantu mengelola efek samping dari leukimia, jika dokter telah memberikan resep obat agar meminum semua obat tersebut sesuai dosis yang diberikan dokter,  dan tak lupa kebiasaan untuk mengkonsumsi menu sehat seperti makan makanan seimbang dan cukup tidur serta olahraga dapat membantu mengontrol gejala.

Perawatan di rumah untuk gejala awal seperti mual atau muntah dan mengatasi tanda-tanda awal dehidrasi, seperti mulut kering atau pusing ketika setelah duduk kemudian berdiri, dengan mengkonsumsi permen jahe atau teh jahe juga mampu membantu mengatasi hal tersebut.
Jika ada gejala diare, konsultasikan kepada dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.


Adapaun Masalah lain yang dapat ditangani dengan mudah adalah :
1. Masalah tidur
2. Merasa sangat lelah. Jika pasien kekurangan energi atau menjadi lemah dengan mudah, cobalah untuk mengelola energi dan menjadwalkan istirahat ekstra.
3. Rambut rontok. Tips termasuk menggunakan sampo yang ringan bahan kimia dan sisir rambut dengan cara yang lembut.
4. Rasa sakit. Perawatan di rumah dapat membantu Anda mengatasi rasa sakit.
5. Penanganan stres karena kanker: Pasien kanker bisa jatuh ke dalam stres. Pikiran yang berat untuk menghadapi tantangan penyakit itu sendiri serta rasa sakit yang dirasakan perlu mendapatkan dukungan keluarga dan orang yang dikasihi. Menemukan cara baru untuk mengatasi gejala stres dapat meningkatkan kualitas keseluruhan hidup Anda seperti melakukan hal-hal yang disenangi pasien dan menyarankan pasien untuk berpikiran positif.
6. Berbagi kisah dan perasaan. Menemukan kelompok dukungan untuk sesama penyandang penyakit kanker dapat meringankan pikiran.


Tujuan mengobati leukemia adalah untuk menghancurkan sel-sel leukemia dan memungkinkan sel-sel darah yang normal dibentuk di dalam sumsum tulang. Keputusan pengobatan didasarkan pada jenis leukemia yang dimiliki, stadium penyakit, usia dan kondisi kesehatan secara umum.
Jenis leukimia sendiri dilihat melalui pemeriksaan mikroskopis sumsum tulang, apakah jenis leukimia limfoblastik atau mieloblastik. Dan apakah leukimianya tersebut akut atau kronis.




Electricity Lightning