Kasih sayang Ilahi
Kalam Al-Habib Umar bin Muhammad Bin Hafidz
Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang
Allah SWT berkata, “Aku telah menyiapkan untuk hamba-hambaKu yang
sholeh apa-apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah
didengar oleh telinga dan tidak juga…” [1]
Seseorang yang menerima karunia yang datang dari Yang Maha Penyayang
dan kasih sayang yang dipunyai oleh Allah adalah untuk hamba-hambaNya,
tidaklah dapat benar-benar meliputi kasih sayang yang Allah berikan
kepadanya dan karunia yang dilimpahkan kepadanya karena kasih sayang
ini.
Bahkan ketika di surga, ketika ia masuk ke suatu tempat yang Allah
curahkan kepada hamba-hamba yang dimuliakanNya dengan karuniaNya, di
setiap saat ia hanya mengetahui karunia itu dimana ia berada saat itu,
dan pada saat yang selanjutnya, dan di saat setelah itu, dan saat
setelah itu sampai keabadian.
Bahkan
para malaikat di surga tidak mengetahui bagaimana karunia-karunia itu
akan dirasakan ketika surga terbuka untuk orang-orang yang berdiam di
dalamnya. Jadi, tidak ada makhluk yang benar-benar dapat membayangkan
karunia-karunia itu atau tidak ada pengalaman-pengalaman terhadap
karunia-karunia itu yang Allah telah menyiapkannya untuk hamba-hambaNya
yang sholeh.
Bahkan pada bentuk pancaindera, orang-orang yang menghuni surga akan
mengalami keindahan dan rahmat yang akan bertambah tak henti-hentinya.
Jika seseorang untuk menemukan suatu buah yang dia sukai di dalam surga,
memetik dan memakannya, Allah Ta’ala akan menumbuhkan buah yang lain di
tempat itu tadi yang lebih indah daripada buah yang tadi, dan bahkan
jika dia memetik buah yang itu, disana akan tumbuh buah yang lebih indah
dibandingkan yang tadi.
Jika
dia ingin melihat burung yang indah terbang di dalam surga dan dia
ingin burung itu berada di piringnya yang ingin dia makan, maka burung
itu akan ada siap hidang kepadanya. Ketika dia merasakan burung itu,
rasanya belum pernah ia rasakan sewaktu di dunia. Ketika ia selesai
makan, burung itu akan dihidupkan kembali dan akan terbang kembali di
surga dalam bentuk yang lebih indah. Semua keindahan itu adalah suatu
refleksi dari keindahan Nabi SAW. Ini semua karena Nabi SAW yang
merupakan ciptaan yang paling indah, bayangan yang sempurna dari Yang
Maha Indah dan Yang Maha Sempurna.
Jika seseorang di surga merasakan manisnya suatu buah ataupun seekor
burung yang ia makan di dalam surga, ia akan merasakan seribu rasa manis
di mulutnya yang saling berbeda antara satu dengan yang lain. Setiap
rasa akan menetap di memorinya dan ia akan mampu merasakannya selama 70
tahun, dan sekalipun begitu yang berikutnya akan ia rasakan lebih enak
dari yang sebelumnya. Jika ia berjalan keluar menuju ke tempat-tempat
tertentu di surga dan kemudian kembali ke istana dan tempat tinggalnya
di surga dan melihat keluarganya, ia akan berkata kepada mereka, “Kalian
bertambah bagus” dan keluarganya akan mengatakan yang sama kepadanya.
Orang-orang disana (di surga) akan merasakan bertambahnya kenikmatan,
bahkan dalam hubungannya dengan pandangan yang baik dari Allah. Ketika
hamba-hamba Allah diberikan pandangan yang baik dari Allah dan mereka
ditunjukkan pemandangan-pemandangan yang indah, disana hanya ada
bertambahnya kenikmatan yang tanpa akhir sampai kapanpun. Perwujudan
kasih sayang Allah untuk hambaNya adalah ketika Allah mencintai seorang
hamba, Dia akan menjadikan malaikat-malaikat pada tempat tertinggi di
surga untuk beribadah kepada Allah karena kecintaan kepada hamba itu.
Dengan mencintai hamba ini karena Allah, yang merupakan suatu ibadah,
Allah menjadikan malaikat-malaikat pada tempat tertinggi untuk
beribadah kepada Allah. Lalu Allah SWT berkata kepada malaikat Jibril as
yang merupakan pemimpin dari malaikat-malaikat pada tempat tertinggi,
“Wahai Jibril, Aku mencintai hamba itu, maka katakan kepada penduduk langit untuk mencintainya.”
Lalu
malaikat Jibril as mencintai hamba tersebut karena Allah, yang
merupakan bentuk ibadah, dan kemudian dia menemui malaikat-malaikat yang
lain dan mengatakan bahwa Allah mencintai hamba itu, sehingga para
malaikat pun ikut mencintainya. Oleh karena itu, hamba tersebut yang
berjalan diatas bumi dengan keterbatasannya sebagai seorang manusia,
adalah seorang yang dicintai di langit, di tempat tertinggi Allah
Ta’ala.
Ketika seorang hamba, yang dicintai oleh para malaikat karena Allah
mencintainya, masuk ke dalam kubur dan berada dalam alam barzah, karena
para malaikat tahu bahwa dia adalah salah satu orang yang dicintai Allah
Ta’ala, mereka (para malaikat) berdiri kagum sebelum kehadiran hamba
Allah tersebut, seperti para hadirin berdiri sebelum seorang raja
datang. Mereka (para malaikat) berdiri mengagumi hamba itu karena mereka
tahu kedudukan dia di sisi Allah SWT. Dia adalah salah seorang hamba
yang dicintai Allah.
Ketika hamba ini berjalan menyeberangi api nereka, api itu berkata kepadanya,
“Wahai orang yang beriman, cahayamu telah memadamku.”
Meskipun api neraka membakar segala sesuatu, hamba Allah tadi tidak
terbakar karena kecintaan Allah terhadap dirinya. Bahkan kalaupun dia
merasakan api neraka, Allah Ta’ala akan berkata,
“Kasih sayangku mendahului kemurkaanku.”
Ini terjadi hanya karena kasih sayang Allah untuk hamba tersebut yang
Allah mencintainya. Seseorang yang mencintai karena Allah, dan
seseorang yang dicintai karena Allah, tidak dapat tinggal di neraka,
karena seseorang itu akan bersama orang yang dicintai. Salah satu faedah
kecintaan Tuhan kepada hambaNya adalah bahwa hamba tadi dapat menjadi
perantara membawa orang-orang yang dia cintai. Seorang yang mati syahid
dapat menjadi perantara membawa serta 70 orang dari keluarganya yang ia
cintai.
Karena benar-benar mencintai seseorang, ia akan mencintai segala
sesuatu yang dibawa serta oleh orang itu karena cintanya. Dia mencintai
anak-anaknya, mencintai keluarganya, dan mencintai rumah dimana orang
tersebut tinggal. Bahkan ia mencintai sesuatu yang dia pakai. Jika ini
adalah cinta suatu makhluk kepada makhluk yang lain, bagaimana tentang
kecintaan dari Sang Pencipta kepada makhlukNya dan bagaimana bisa Allah
tidak memberi apapun kepada seseorang yang Dia cintai.
Allah Ta’ala berfirman di dalam Hadits Qudsi,
“Aku yang berkuasa. Jika seseorang taat kepadaKu, Aku akan memberikan
berkah. Dan jika Aku memberikan berkah, Aku memberkahi orang itu dan
semua yang dibawa oleh orang itu dan berkahKu tiada akhir.”
Ibnu Abbas ra berkata ketika dia mengomentari suatu ayat di surat
Kahfi tentang dua anak yatim yang mempunyai harta benda yang tersimpan
di dalam tanah. Ketika Nabi Khidir membangun kembali dinding disitu dia
berkata, “Ayah mereka adalah orang-orang yang sholeh.” Sayyidina Ibnu
Abbas ra mengatakan bahwa yang dimaksud ayah disitu adalah kakeknya yang
ke-7 dari jalur ibu. Karena dia adalah orang sholeh dan Allah
mencintainya. Lihatlah bagaimana jauhnya, berkah itu bisa menurun kepada
turunannya yang ke-7.
Sayyidina Muhammad SAW berkata tentang Uwais Al-Qarni bahwa dia
seorang diri akan dapat menjadi perantara menanggung orang-orang dari
suku Rabi di Arab dan suku Mudhar. Mereka ini adalah dua suku yang besar
di Arab. Ini adalah Uwais Al-Qarni yang tidak pernah bertemu dengan
Nabi SAW, lalu bagaimana dengan para sahabat Nabi SAW yang benar-benar
melihat Nabi? Dan bagaimana menurutmu dengan orang-orang yang dipilih
menjadi sahabat Nabi SAW, dan sepuluh diantara mereka dijanjikan surga,
dan orang-orang yang terdekat kepada Nabi SAW?
Ada suatu cerita. Di Mesir ada seseorang yang telah meninggal dan
orang-orang sering melihatnya di dalam mimpi bahwa orang itu dalam
keadaan disiksa dalam kuburnya. Setelah beberapa hari, seseorang
melihatnya di dalam mimpi bahwa dia tidak disiksa lagi. Orang itu
bertanya kepadanya apa yang terjadi. Orang itu menjawab bahwa ketika
masuk waktu Ashar kuburannya terkena bayangan kubah dari makamnya Imam
Syafii. “Saat bayangan dari makam Imam Syafii jatuh ke kuburanku,
hukumanku ditiadakan”
Sayyidina Abubakar Ash-Shiddiq pernah berjalan melewati pekuburan dan
salah satu rambutnya jatuh ke tanah di pekuburan. Karena rambut beliau
itu, siksaan kubur ditiadakan dari seluruh pekuburan. Jadi, ini
dikarenakan berkat kecintaan Allah kepada hambaNya dan ini akan membawa
manfaat terhadap orang-orang sekitar orang tersebut. Jika Allah
mencintai seorang hamba, Dia akan mencintai apa-apa yang berada di
sekitar hamba tersebut.
Karena berkat cinta tersebut, Allah memberikan
kepada yang lain.
Ada suatu cerita tentang seseorang yang tinggal pada jaman Syeikh
Abdul Qadir Al-Jaelani. Orang tersebut terdengar berteriakan setelah ia
dikubur. Orang-orang mendengarnya berteriak dari siksaan kubur dan
mereka dapat mendengarnya dari jauh. Para sahabat Syeikh Abdul Qadir
Jaelani bercerita kepada beliau, sehingga beliau lalu pergi menuju kubur
tersebut. Orang-orang meminta kepada beliau agar dapat mendoakannya
sehingga Allah mengangkat hukumannya.
Syeikh Abdul Qadir Jaelani bertanya kepada mereka,“Apakah ia adalah salah satu sahabat kita?”
Mereka menjawab tidak. Beliau bertanya lagi,
“Pernahkah kalian melihatnya hadir pada salah satu majlis kita?”
Mereka menjawab tidak. Beliau bertanya lagi,
“Pernahkah ia masuk ke salah satu masjid kita dengan tujuan untuk mendengarkan ceramah-ceramah kita atau sembahyang bersama kita?”
Mereka menjawab tidak. Beliau bertanya lagi,
“Pernahkah kita melihatnya?”
Mereka menjawab tidak. Beliau bertanya lagi,
“Apakah ia pernah melihat kita?”
Mereka menjawab tidak. Lalu salah seorang dari mereka berkata,
“Tetapi, wahai guru, saya pernah sekali melihatnya berjalan di suatu jalan setelah engkau dan para sahabatmu baru saja selesai dari majlis dan ia melihat jejak jalanmu.”
Lalu Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani menengadah kepada Allah dan berkata,
“Ya Allah, orang ini adalah orang yang pernah melihat debu jejak jalan kami setelah kami selesai majlis. Jika Engkau mencintai kami Ya Allah, kami memohon kepadaMu berkat kecintaanMu itu untuk mengangkat hukuman dan siksaan pada hamba ini.”
Pada saat itu juga, teriakan (dari kubur) itu berhenti.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
privatebundas.blogspot.com
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬